eQuator.co.id – Singkawang-RK. Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Syaifuddin mewakili Presiden Joko Widodo menyampaikan pesan saat perayaan Cap Go Meh 2018 di Kota Singkawang, Jumat (2/3). Presiden juga meminta maaf karena tak bisa hadir dalam agenda internasional itu sekaligus mengucapkan selamat merayakan Imlek dan Cap Go Meh kepada warga Tionghoa.
Menag mengajak umat beragama dan masyarakat Kota Singkawang untuk menjadikan peringatan tahun baru Imlek 2569 Kongzili dan Cap Go Meh 2018 sebagai ajang refleksi diri. “Momentum yang tepat untuk introspeksi, merayakan dalam bingkai tradisi dengan segala kearifan yang dimiliki, sebagai sumber kekuatan masa depan bangsa,” ujar Lukman.
Menurut dia, keanekaragaman sebagai kekuatan bangsa untuk menghadapi tantangan. Baik dalam maupun luar.
”Membangun persaudaraan, tolong menolong masalah sosial, menunjukkan persaudaraan yang tulus,” tuturnya.
Selain ribuan masyarakat Kalbar, perayaan ini dihadiri Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrowi, Walikota Singkawang Tjhai Cui Mie, para duta besar negara sahabat, Forkopimda Kalbar, Kepala Kanwil Kemenag Kalbar, Pangdam Tanjungpura, Kapolda Kalbar, dan para tokoh lintas agama, suku, dan pemuda.
Menag mengarahkan semua audience yang hadir untuk mengingat dan merenung dengan sunguh-sunguh sejauh mana kontribusi, sumbangsih, dan pengadian kepada Sang Pencipta. Menurut dia, merayakan Imlek dan Cap Go Meh sebagai refleksi keagamaan perlu diarahkan dalam rangka membangun sebuah bangsa yang maju dan kuat.
“Sudah seharusnya seluruh rakyat dan elemen bangsa senantiasa menjaga kebersamaan dalam kemejemukan sehingga menjadi kekuatan masa depan bangsa. Terkait dengan ini, antar umat beragama mengedepankan ajaran agama dalam bingkai tradisi dan kebudayaan yang diwarisi para leluhur dan pendahulu kita dengan segala kearifan mereka,” papar Lukman.
Ditambahkannya, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan latar belakang adat istiadat, budaya dan agama yang beragam. Oleh karena itu, seluruh umat beragama harus terus meningkatkan pembinaan internal umat, meningkatkan tali silaturahmi, merajut kebhinnekaan, dan membangun persaudaraan.
“Tanpa upaya yang sunguh-sunguh dalam membangun kerukunan, meningkatkan kerjasama dan tolong-menolong mengatasi berbagai masalah sosial, maka kerbersamaan kita adalah kebersamaan yang semu,” jelas Menag.
Usai menyampaikan sambutan, Menag bersama Menpora Imam Nahrowi, Walikota Singkawang Tjhai Cui Mie, dan perwakilan Gubernur Kalbar menabuh tambur pertanda dimulainya pawai dan atraksi tatung. Tercatat ada 1.129 Tatung dalam atraksi ini.
Mereka berparade melewati halaman Kantor Wali Kota Singkawang di Jalan Firdaus- Jalan Diponegoro- Jalan Sejahtera- Jalan Budi Utomo- Jalan Salam Diman, Jalan Setia Budi-Jalan Niaga, dan finish di Jalan Pai Bakir.
Atraksi ini disambut antusias ribuan masyarakat dalam dan luar Kalbar yang berbondong-bondong memadati rute-rute yang dilewati. Walikota Tjhai Cui Mie mengatakan, di dalam Festival Imlek dan Cap Go Meh 2018 ini, Singkawang mencatat rekor MURI naga terbanyak yang dibuat oleh satu group. Sebanyak sembilan naga.
“Sebagai kota pariwisata yang maju di Kalbar, kita tingkat toleransinya terbaik di Indonesia,” ujarnya. Ia meyakini, dengan meningkatnya toleransi, maka pariwisata Kalbar akan meningkat dan Pendapatan Asli Daerah Singkawang juga naik.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kalbar, Kartius mengatakan, Festival Imlek dan Cap Go Meh Singkawang sudah menjadi agenda nasional. “Kita berterima kasih kepada tentara dan polisi yang telah menjaga keamanan dan juga seluruh masyarakat Kalbar yang sudah bertoleransi dan menghormati pertunjukan negeri ini,” tuturnya.
Imbuh dia, “Ini momentum yang baik untuk persatuan dan kesatuan bangsa, dan juga turis asing banyak yang datang ditambah keluarga. Hotel penuh, meningkatnya penumpang taksi dan kuliner, semua keuntungan atau dampak dari pariwisata ini penyumbang devisa 2005 hingga 2016”.
Bagi Asisten II Setda Propinsi Kalbar, Robertus Isdius, yang mewakili Penjabat Gubernur Kalbar, tatung berisikan nilai-nilai untuk mengusir bala. “Ini bagian tak terpisahakan dengan istilah multikulturalisme, dan bagaimana kita saling menghargai budaya orang lain, budaya tersebut tumbuh dan berkembang. Mari kita mengedepankan dan menghargai suku dan agama lain,” ujarnya.
Dia mengungkapkan bahwa kegiatan Festival Imlek dan Cap Go Meh Singkawang 2018 menjadi daya tarik tersendiri bagi wisata Kalbar. ”Pariwisata tidak bisa disamakan dengan bidang-bidang lain dan tentunya melibatkan stakeholder yang ada,” tutur Robert.
Dalam keramaian tamu undangan, ternyata juga terlihat istri konglomerat Chairul Tanjung, Anita Ratnasari Tanjung. Ia senang bisa melihat secara langsung atraksi pawai tatung di kota Singkawang.
“Sangat bagus dan sangat kompak sekali, ini bentuk toleransi budaya yang diakomodir dan saya pertama kali datang ke sini, dan ini sangat luar biasa sekali dan saya kagum pertama kali saya ke sini,” ujarnya.
PROGRAM KEMENAG HARUS
JAWAB KEBUTUHAN MASYARAKAT
Sementara itu, agenda Menag Lukman luar biasa padat. Dari Singkawang, ia ke Pontianak untuk Salat Jumat di Masjid Abu Bakar Assiddiq, yang berlokasi di Pondok Pesantren Khulafaur Rasyidin. Kemudian membuka Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Kantor Kementerian Agama Kalbar.
Dalam kesempatan itu, Lukman meminta agar program yang dirancang di seluruh satuan kerja Kementerian Agama harus betul-betul dalam kerangka menjawab kebutuhan umat beragama dan masyarakat, bukan karena keinginan sendiri. “Kita seringkali membuat program karena keinginan kita, maka saya minta cermati program dan anggaran yang ada, dan agar anggaran tersebut semaksimal mungkin dimanfaatkan untuk masyarakat bukan untuk yang lain,” ujarnya.
Menag mengatakan, terkadang kita seringkali terpaku masa lalu, kita merancang program itu tahun lalu bukan sekarang, dan boleh jadi ketika merancang program tersebut karena kebiasaan saja karena tahun lalu programnya seperti itu, tahun ini seperti itu lagi.
“Saya tegaskan agar mencermati apakah program tersebut memiliki relevansi tinggi dan dibutuhkan masyarakat kita. Maka dalam raker ini, kita harus memiliki keberanian, kalau memang program itu sudah tidak relevan lagi dan tidak sesuai dengan konteks saat ini, harus ada keberanian merevisi dan merubahnya,” terang Lukman.
Menurutnya, jangan seperti pengalaman masa lalu yang tidak bisa cermat menggunakan anggaran. Lukman mengilustrasikan program beasiswa untuk siswa miskin dengan angarannya 500 juta/tahun. Selanjutnya dibuat rincian dalam berbagai macam kegiatan, lalu membuat tim, panitia, rapat dan lainnya, dan itu biayanya mencapai 100 juta.
Berikutnya, ia melanjutkan, dibuat sosialisasi, kunjungan ke objek lokasi penerima program menghabiskan 100 juta, monitoring dan evaluasi, penilaian, rapat dan lainnya. “Walhasil yang diterima penerima beasiswa tidak lebih dari 100 juta, 400 juta habis untuk kegiatan tersebut, yang begini-begini ini harus dicermati,” papar dia.
Lukman menandaskan, dalam tiga tahun ini, Lima Nilai Budaya Kerja itu (Integritas, Profesionalitas, Inovasi, Tanggung Jawab, Keteladanan) sudah tidak lagi pada tataran verbal, tapi sudah mewujud dalam praktek keseharian kita.
“Maka dalam rakerda ini, sekali lagi saya ingin cermati anggaran yang ada, ini adalah dana rakyat yang harus kembali lebih banyak kepada masyarakat. Jadi kita harus memiliki kesadaran untuk itu, itu yang ingin saya titipkan,” pungkasnya.
Kakanwil Kemenag Kalbar, Ridwansyah menyampaikan, saat ini Kemenag Kalbar sedang menyiapkan ruang Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Ia berharap saat ini sistem, SDM, dan SOP sudah disiapkan dan ia berharap pertengahan tahun ini PTSP tersebut sudah bisa diresmikan. Hadir dalam agenda tersebut: Plt. Rektor IAIN Pontianak Syarif, Ketua Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri, Penasehat DWP Kemenag Trisna Willy.
Laporan: Suhendra
Editor: Mohamad iQbaL