eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Penjabat (Pj) Gubernur Kalbar Dody Riyadmadji mengaku terharu sekaligus bangga menyaksikan semaraknya perayaan Capgome di Kota Pontianak, Jumat (2/3). Pasalnya, ia belum pernah mengalami keramaian seperti itu untuk memperingati peringatan Capgome.
“Ini adalah sebuah lambang yang dipersembahkan oleh Kota Pontianak yang bisa menggambarkan betapa alam ini didukung oleh kekuatan dan bersinergi bisa berlangsung ramai,” ujar Dody ketika memberikan sambutan dalam Festival Capgome ke 2569 tahun 2018 di Jalan Gajah Mada, tepatnya di depan Yayasan Bhakti Suci Kota Pontianak.
Pembukaan Festival Capgome diawali dengan iringan drumband dari SMA Santo Petrus Pontianak. Anggota drumband berbaris rapi dan konsentrasi dengan alat mereka masing-masing. Melalui arahan dari mayor dan mayoret, kelompok drumband ini membawakan berbagai macam instrumen lagu. Satu diantaranya instrumen lagu berjudul Sungai Kapuas.
Masyarakat Kota Pontianak tumpah ruah di sepanjang tepi Jalan Gajah Mada. Terik panas matahari tak mampu menghalangi antusias warga. Di atas panggung terbuka duduk berjejer PJ Gubernur Kalbar Dody Riyadmadji, Pangdam XII Tanjungpura Mayor Jenderal TNI Achmad Supriyadi, Waka Polda Kalbar Brigjen Pol Amrin Remico, Pjs Wali Kota Pontianak Mahmudah serta pejabat dil ingkungan Pemkot Pontianak dan Pemprov Kalbar.
Nuansa warna merah melingkupi siang itu. Usai penampilan drumband berlanjut dengan arak-arakan mobil berbentuk perahu BKKBN Kalbar dan beberapa mobil pemadam kebakaran. Di belakangnya, tabuh gendang mulai terdengar. Naga Kapuas sepanjang 118 Meter berwarna biru putih menghampiri panggung terbuka. PJ Gubernur melepas langsung Naga Kapuas ditandai dengan pengibasan bendera semaphore yang sudah diikat dengan tongkat.
Pawai Capgome tahun ini resmi berlangsung. Arak-arakan mulai berjalan menempuh rute Jalan Gajah Mada menuju Jalan Tanjung Pura dan Jalan Diponegoro.
Menurut Dody, perayaan akbar ini bukan hanya menggambarkan tentang bagaimana seni dan budaya itu diusung. Akan tetapi juga semarak keberagaman lain yang menggambarkan kekompakan seperti parade mobil pemadam kebakaran.
“Mulai dari hari ini saya mencatat dalam sejarah hidup saya menyaksikan betapa kayanya budaya negara kita, Indonesia. Mudah-mudahan kebersamaan ini bisa terus berlangsung,” harapnya.
Di lain sisi, Dody juga berharap kedepannya perayaan besar seperti ini bisa mendapat tempat yang lebih luas.”Mungkin bisa dipikirkan bagaimana festival ini bisa dilangsungkan ditempat yang lebih luas,” pungkas Dody.
Sementara itu, Pejabat Sementara (Pjs) Wali Kota Pontianak Mahmudah mengatakan, perayaan Capgome merupakan warisan luhur etnis Tionghoa. Dia berharap warisan budaya ini dapat terus tergali, terpelihara dan dikembangkan. Kemudian disosialisasikan dengan baik kepada generasi muda. “Dengan demikian kegiatan ini dapat memberi inspirasi kepada generasi kita untuk mencintai kebudayaan yang ada, mengembangkan ke arah yang positif,” harapnya.
Dikatakannya, Kota Pontianak kaya akan kultur yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bukan suatu masalah untuk tumbuh bersama membangun Bumi Khatulistiwa yang lebih baik lagi untuk kedepannya.
Perbedaan tersebut dapat disaksikan dengan terselenggaranya Festival Capgome ke 2569 yang berlangsung dengan meriah. Kegiatan tersebut berhasil menghibur masyarakat Kota Pontianak, termasuk para wisatawan yang datang dari berbagai daerah.
Festival Capgome tahun ini menghadirkan 28 naga. Replika naga-naga tersebut sebelumnya sudah menjalani ritual “buka mata” untuk mengusir roh jahat ketika melakukan pawai. Pawai atau arakan naga ini dimulai pukul 13.00 WIB hingga 17.00 WIBA. Kemudian pada malam harinya, masyarakat kembali dihibur dengan “naga bersinar”.
Naga bersinar dihiasi lampu. Sehingga bagian tubuh naga tampak terang. “Dimulai dari Jalan Juanda menuju Jalan Pattimura dan berakhir di Jalan Gajahmada atau tepat di depan Kantor Yayasan Bhakti Suci Pontianak,” jelas Ketua Panitia Capgome 2018, Sugioto.
Sugioto menjelaskan, arakan replika naga merupakan puncak dari Perayaan Imlek dan Capgome. Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, ritual naga sebagai tolak bala. Misalnya di sepanjang jalan yang dilalui arakan naga sering terjadi kecelakaan, diharapkan setelah dilewati naga, kejadian serupa tidak terulang.
“Karena dipercaya replika naga yang sebelumnya dilakukan ritual buka mata telah dimasuki roh naga dari kayangan, maka mempunyai kekuatan untuk mengusir roh jahat,” paparnya.
Bagi masyarakat yang tidak menghadiri dan melihat langsung parade ini, bisa menyaksikan lewat aplikasi iVMS-4500 di ponsel berbasis Android. Pasalnya, pihak panitia sudah bekerja sama dengan Hikline CCTV untuk membantu mempromosikan atau menyiarkan acara Capgome 2018. “Masyarakat bisa menonton secara langsung dari ponsel mereka masing-masing, sehingga bagi teman-teman dari luar yang tidak sempat hadir tetap bisa menyaksikan atraksi replika naga di Pontianak,” ungkap Sugioto.
Laporan: Rizka Nanda, Maulidi Murni, Gusnadi
Editor: Arman Hairiadi