eQuator.co.id – Putussibau-RK. Slogan perbatasan sebagai beranda depan NKRI tak sepenuhnya terimplementasi. Fakta masih banyak pembangunan di perbatasan belum terwujud sepenuhnya.
Di Kecamatan Empanang misalnya. Kecamatan lini satu dari lima kecamatan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu yang berbatasan dengan Malaysia ini masih bergumul dengan berbagai kesulitan. Baik infrastruktur jalan, listrik dan air bersih.
“Jika melihat kondisi jalan kami saat ini, kami ini sepertinya belum merdeka. Belum lagi masalah yang lain,” ungkap Filipus, warga Kecamatan Empanang, Kamis (1/3).
Filipus merasa cemburu sosial terhadap beberapa kecamatan perbatasan lainnya. Seperti Kecamatan Badau, Batang Lupar dan Embaloh Hulu. Pasalnya beberapa kecamatan tersebut selalu dikunjungi para pejabat pusat bahkan mendapat peningkatan infrastruktur.
“Kok kami tidak? Kami seperti dianak-tirikan dan ditinggalkan oleh pemerintah. Apa bedanya kecamatan Empanang dengan kecamatan yang lainnya?” tanyanya.
Kendati demikian, Filipus tetap berharap pemerintah Indonesia dapat memberikan perhatian terhadap masyarakat Empanang, terutama masalah jalan dan air bersih. Kedua hal itu menurut nya sangat dibutuh masyarakat setempat.
“Bukan berarti masalah lain kami tidak perlu, tapi yang mendasar soal air bersih dan jalan ini yang didambakan masyarakat,” beber Filipus.
Sementara itu, Camat Empanang Jonatus Judang mengakui memang banyak persoalan mendasar yang ada di wilayah tersebut. Terutama berkaitan dengan kepentingan umum yang belum dipenuhi pemerintah. “Mulai dari masalah jalan, air besih, listrik dan lainnya, tempat kami itu masih sulit dan terbatas,” tuturnya.
Sejauh ini kata dia, setiap pejabat pemerintah yang berkunjung ke wilayah perbatasan, masyarakat Empanang selalu menyampaikan keinginan agar sentuhan pembangunan bisa terwujud ke daerah mereka. Ada enam desa di Kecamatan Empanang. Yaitu Desa Nanga Kantuk, Bajau Andau, Titin Peninjau, Laja Sandang, Kumang Jaya dan Keling Panggau. Dari enam desa, tiga diantaranya sama sekali belum teraliri listrik.
Di samping persoalan listrik, yang selalu dikeluhkan masyarakat kondisi ruas jalan Badau – Empanang, karena kondisinya rusak parah. “Tak bisa dibayangkan jalannya, yang jelas rusak parah dan penuh lobang,” ungkapnya.
Kemudian kata Judang, masyarakat juga mengeluhkan tidak adanya layanan air bersih. Untuk MCK masyarakat terpaksa harus menggunakan air sungai. Sedangkan untuk air bersih selalu mengandalkan air hujan.
“Jika tak ada hujan, kami terpaksa konsumsi air sungai. Bayangkan di ibu kota kecamatan saja air bersih tidak ada, apalagi di desanya,” ucap Camat.
Laporan: Andreas
Editor: Arman Hairiadi