Anjing pelacak memiliki peran penting dalam menjalankan tugas-tugas keamanan yang dilakukan kepolisian. Tidak hanya mampu mendeteksi bahan peledak dan narkoba, tapi juga mengungkap pelaku pembunuhan serta pencurian.
Ambrosius Junius, Pontianak
eQuator.co.id – Senin (15/1) pagi cuaca cerah, puluhan ekor anjing milik Unit Satwa K9 Direktorat Sabhara Polda Kalbar menggonggong saling berbalasan. Mereka tampaknya sudah tidak sabar ingin latihan.
Sebanyak 12 personel, masing-masing membawa seekor anjing. Anjing-anjing itu berbaris tidak jauh dari kandang dengan mendapatkan pengawalan pawangnya (personel Unit Satwa K9). Kandang satwa ini di sebelah barat lapangan upacara Mapolda Kalbar. Di sini lah tempat 12 personil Unit Satwa K9 keseharian melatih anjing-anjing tersebut. Sit, down, stay, perintah beberapa personel Unit Satwa K9 kepada anjing.
Seekor anjing memiliki fungsi dan tugas masing-masing dikendali seorang personel Unit Satwa K9. Hal yang wajib dilakukan personel K9 sebelum bertugas maupun berlatih adalah obedience (ketaatan). Dengan obedience, sehingga anjing tidak akan liar. Hanya dengan ketaatan anjing tersebut mudah dikendalikan pawangnya. Anjing akan bisa tenang karena adanya kedekatan dengan pawangnya.
Latihan kali ini adalah pelacakan narkotika, bahan peledak, kriminal dan SAR.
Walaupun terbiasa diperintah, masih beberapa ekor anjing terlihat bandel. Butuh kesabaran sampai satwa ini bisa tenang dan menaati perintah agar duduk, turun atau tiarap dan diam di tempat. Setelah tenang, latihan pun dimulai.
Salah seorang pawang seorang polisi wanita (Polwan) Bripda Enisepa Agatha. Bersama seekor anjing jenis Labrador Retriever bernama Serly bertugas sebagai pelacak bahan peledak (Handak). Labrador berbulu kuning keemasan itu beraksi mengendus-ngendus empat buah kotak berwarna kuning, di antaranya berisi proyektil peluru dan mesiu, salah satu bahan peledak.
Tak lama kemudian Serly duduk dan hanya diam, tanpa ekspresi di depannya ada sebuah kotak berwarna kuning. Setelah dibuka, benar saja. Kotak tersebut berisi mesiu dan proyektil. Serly berhasil menjalankan tugasnya, akhirnya hewan itu mendapatkannya reward dari Polwan berupa makanan.
Bripda Enisepa Agatha adalah Polwan di Indonesia pertama yang ikut Pendidikan Kejuruan (Dikjur) pelacak bahan peledak. Polwan akrab disapa Esa ini bergabung K9 Polda Kalbar pertengahan 2014. Dia mengikuti pendidikan selama dua bulan.
Sebelum menjadi anggota kepolisian Esa sudah terbiasa memelihara anjing. Namun baru awal bergabung di Unit Satwa K9 menjadikan anjing sebagai teman berkerja. Memang bukan hal yang mudah bagi Esa, tapi kesulitan-kesulitan masih bisa diatasinya. “Awalnya, sebelum masuk ke pembelajaran kita ajak dia main, memandikan, memberikan makan, pokoknya lebih ke pengenalan,” kata Esa usai latihan.
Antara Esa dan Serly tampak akrab. Saat Esa perintahkan duduk, Serly menurutinya. Anjing yang dikendalikannya bisa diajak berkomunikasi, karena keduanya ada menciptakan ikatan emosional. Sehingga terjadi kedekatan di antara mereka. “Harus penuh kasih sayang, sabar, itu kuncinya,” ucap Esa
Perempuan asal Kota Pontianak ini mengaku bangga bisa bergabung dengan K9. Sebab tidak semua anggota polisi melatih dan membawa anjing saat bertugas. Bergabung ke K9 hanya yang memiliki ahli khusus. “Saya tentunya bangga ngak semuanya bisa melatih anjing,” ujarnya.
Bertugas sebagai pelacakan bahan peledak, Esa biasanya lebih kepada kegiatan sterilisasi. Seperti kedatangan Presiden, hari raya keagaman dan patroli jarak jauh. Latihan setiap hari untuk meningkatkan kemampuan anjingnya.
“Saya sangat dekat dengan anjing Serly, karena kalau latihan rewardnya makanan, jadi kalau ketemu Serly sering ngajak latihan dan mau makan,” pungkas Esa.
Selain Esa, salah seorang pawang di Unit Satwa K9 yaitu Bripda Pratomo Adi Waluyo. Bersama seekor anjing jenis Belgian Malinois betina bernama Dina, Adi sedang berlatih mencari narkotika. Lokasi pencarian narkotika di antara mobil yang di parkir di sebelah markas K9. Disemangati Pratomo, Dina pun terus mencari. Dina kemudian menuju sebuah sedan dan mengendus mengelilingi mobil itu. Tidak membutuhkan waktu lama, Dina menemukan barang haram tersebut. Hewan itu mengaruk-garuk bagian depan mobil di atas plat sedan. Sebuah dompet berwarna biru berisi narkoba ditemukan. “Good dog,” kata Adi . Setelah berhasil ditemukan, Dina diberikan hadiah berupa mainan.
Adi berasal dari Kota Pontianak, mulai bergabung pada 2014. Awalnya Adi ada rasa takut, karena ia seorang muslim dan tidak memelihara anjing di rumahnya. Karena memiliki rasa sayang terhadap hewan dia memberanikan diri dan bergabung, akhirnya lama-kelamaan bisa membaur. “Saya bergabung atas kemauan sendiri. Waktu saya begabung tidak ada paksaan dan merasa terpanggil,” katanya.
Setelah Dikjur Narkotika, Adi langsung mendapat tugas di perbatasan Jagoi Babang, Bengkayang selama sebulan. Waktu itu dia bersama anjing bernama Xena, jenis belgian malonois. Anjing sudah seperti temannya dalam bertugas, diantara mereka seakan saling membutuhkan dan melengkapi. Awal mengendalikan atau pegang juga mendapatkan kesulitan.”Karena kita belum mengenal karakternya. seiring berjalannya waktu lama kelamaan menjadi dan mudah untuk mengendalikannya,” paparnya.
Adi bersama Xena cukup lama, kurang lebih empat tahunan. Sedangkan bersama Dina masih tergolong baru. Adi pecinta satwa, karena itu lah dia memilih bergabung dengan K9. “Kalau Dina ini baru kurang lebih sebulan. Kita membangun hubungan kedekatan dengan kasih sayang,” pungkas Adi. (bersambung/*)
Editor: Arman Hairiadi