Jarak Indonesia dengan Malaysia dan Brunei Darussalam semakin terasa dekat. Dari Pontianak, Kalimantan Barat, hanya membutuhkan waktu 1 jam 15 menit untuk sampai di Miri, Sarawak, Malaysia.
Ocsya Ade CP, Miri
eQuator.co.id = Dulu, Kota Pontianak-Miri harus menghabiskan waktu seharian jika menggunakan bus atau lebih dari tiga jam karena penerbangan harus transit di Kuching. Kemudahan ini setelah Xpressair membuka pute pernerbangan langsung Pontianak ke Miri. Selasa (12/12) siang, awak Rakyat Kalbar terbang bersama sejumlah delegasi dan penumpang umum ke Miri menggunakan pesawat Boeing 737. Penerbangan dari Bandara Internasional Supadio Pontianak ini merupakan penerbangan perdana Xpressair.
Saat itu, lebih dari 60 penumpang yang berada dalam maskapai tersebut. Saat berada di atas, terpancarkan wajah senang dari sejumlah penumpang.
“Saya tak sabar menginjakan kaki ke daerah yang katanya banyak warga kita kerja di sana dan kaya akan wisata itu. Apalagi dekat dengan Brunei,” kata Irawan, salah satu warga Pontianak yang ikut terbang ke Miri.
Pemuda 26 tahun ini sengaja ikut terbang perdana ke Miri demi merasakan sensasi baru. “Saya memang hobinya jalan-jalan. Biasanya ke Kuching. Tapi karena ini rute baru dan pastinya ada promo, maka saya ikut penerbangan perdana ini,” ucapnya.
Saat itu, cuaca cerah. Awan dan lagit biru menghiasi pemandangan dari jendela para penumpang. Beberapa saat sebelum landing di Bandara Miri, dari atas terlihat aktivitas pengeboran minyak di laut Bintulu-Miri. Pepohonan sawit yang rapi juga mengiringi detik-detik kaki pesawat menyentuh licinnya aspal Bandara Miri.
Setibanya di Bandara Miri, delegasi dan penumpang disambut sejumlah pejabat Sarawak dan otoritas penerbangan Miri. Salah satunya Menteri Muda Pelancongan (Pariwisata) Sarawak, Datuk Lee Kim Shin. Semua penumpang dikalungi kerajinan tangan khas masrakat Dayak, Miri.
“Xpressair Indonesia memiliki slogan yang indah, yaitu ‘Terbanglah Indonesia’. Sebagai antisipasi usaha masa depan antara kami dan penghargaan bagi pengunjung Indonesia, saya ingin mengatakan, ‘Terbanglah Indonesia, ke Sarawak!’,” kata Datuk Lee Kim Shin kepada semua undangan di Ballroom Miri Airport saat memberikan kata sambutan peresmian penerbangan ini.
Dalam peresmian ini, turut dihadiri pihak otoritas Bandara Miri dan perwakilan KBRI di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.
Sayang, perjalanan ini hanya sebentar. Rombongan delegasi dan sejumlah awak media Indonesia tak bisa menikmati malam di Miri. Selesai peresmian, rombongan kembali terbang ke Bandara Supadio Pontianak untuk melanjutkan rangkaian kegiatan peresmian penerbangan. Bersama rombongan, Konsul Jenderal RI di Kuching, Jahar Gultom ikut dalam penerbangan ini.
Total penumpang saat itu, berjumlah 108 orang. Angka ini cukup fantastis. Karena, ini penerbangan perdana dari Miri ke Pontianak. Bahkan, penumpang ada yang berasal dari Brunei.
Direktur Utama Xpressair, Koean Henny Kurniawan mengatakan, dibukanya rute penerbangan tersebut didasari beberapa pertimbangan. Di antaranya adalah melihat adanya potensi pasar wisatawan dari Pontianak ke Miri ataupun sebaliknya cukup baik.
“Selain melihat pasar wisatawan, juga mobilitas pekerja dan bisnis yang membutuhkan moda transportasi udara untuk mempersingkat waktu perjalanan dengan penerbangan langsung,” ujar dia.
Selain itu, Miri yang berbatasan langsung dengan Brunei Darussalam juga mempunyai potensi besar untuk membawa wisatawan ke Pontianak. Wisatawan dapat melanjutkan perjalanan menuju Bandung dan Yogyakarta di mana Xpressair juga melayani rute tersebut dari Pontianak. “Dari Miri menuju Brunei Darussalam dapat ditempuh dengan perjalanan darat sekitar satu sampai dua jam,” katanya.
Pada penerbangan perdana tersebut, load factor hampir penuh. Dari 120 seat yang tersedia, sebanyak 108 seat yang terisi.
Dia optimis penerbangan langsung Pontianak-Miri akan tetap ramai. Pasalnya tren berwisata saat ini sedang tinggi. Miri sendiri adalah kota hiburan dan wisata yang terkenal di Sarawak. Selain itu, pangsa pasar dari Brunei Darussalam juga besar. Pasalnya Kota Miri berbatasan dengan negara kaya minyak tersebut.
Selama masa promo, Xpressair menerapkan tarif berkisar di atas Rp 400.000 untuk satu kali penerbangan yang akan terbang setiap hari Selasa dan Sabtu mulai tanggal 12 Desember 2017. Menurutnya ini adalah harga terbaik yang bisa mereka berikan. “Harga kami hampir sama dengan naik transportasi darat. Bandingkan dengan naik bus yang memakan waktu seharian. Sedangkan kami terbang 1 jam 15 menit saja,” sebut dia.
Sebelumnya, Xpressair juga sudah membuka rute dari Pontianak ke Kuching, Sarawak. Biasanya orang yang hendak ke Miri akan melakukan perjalanan udara via Kuching. Celah pasar ini yang diambil Xpress Air, selain tentu saja mencari pasar baru. Apalagi Pontianak saat ini sudah memiliki beragam rute domestik dari kota-kota potensial di Indonesia.
Sebagai informasi, Xpressair merupakan maskapai penerbangan Indonesia yang memiliki beberapa rute penerbangan domestik dan International dengan konsep layanan medium service. Saat ini armada yang digunakan Xpressair ada tiga type pesawat, yaitu Boeing 737 series, Dornier dan ATR.
Sementara itu, Jahar Gultom mengatakan potensi kunjungan wisatawan asing dari Sarawak ke Kalbar dan sebaliknya sangat besar. Menurutnya selama ini lalu lintas orang dari kedua wilayah tersebut masih didominasi urusan bisnis, kesehatan dan ketenagakerjaan. Namun belakangan tren berplesir di kedua wilayah kian membesar. Apalagi beberapa maskapai mulai meramaikan rute penghubung kedua negara, disamping transportasi darat.
“Misalnya rute udara Pontinak-Kuching yang sudah banyak maskapai masuk. Ditambah lagi ada penerbangan langsung dari Pontianak ke Miri. Kota Miri adalah kota yang terkenal wisatanya di Asia Tenggara. Mereka konsisten mengadakan festival musik dan etnik. Ada juga budaya dan wisata alam salah satu goa terbesar di Asia,” ujarnya.
Menurut dia, sebagian masyarakat Kalbar, sudah akrab dengan Miri. Walaupun kota ini lebih dekat ke Brunei Darussalam. Namun berdasarkan pengamatannya, masyarakat Miri belum banyak mengenal Pontianak, dan Kalbar secara kesuluruhan.
“Sepertinya kita harus lebih banyak berpromosi. Saya melihat mereka gencar sekali promosi wisata ke banyak negara,” sebut dia.
Padahal, kata dia, Kalbar memiliki banyak potensi yang bisa mendatangkan wisatawan dari Sarawak. Selain alam yang terbentang luas. Kalbar juga punya keunikan budaya, walaupun punya banyak kesamaan dengan Sarawak.
“Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kami, dan kita semua. Agar Indonesia, termasuk Kalbar lebih dikenal lagi,” imbuh dia.
Bahkan, pihak KJRI di Kuching jauh-jauh hari sudah mensosialisasikan perhelatan tersebut kepada masyarakat maupun pihak pemerintahan di negara bagian Sarawak, dengan harapan banyak wisatawan mancanegara (wisman) asal Malaysia yang datang.
Sementera untuk kawasan perbatasan, hubungan antar-negara saat ini sudah semakin terbuka, batas-batas wilayah hanya sebagai pemenuhan ketentuan administrasi Keimigrasian. “Namun demikian tidak menjadi penghalang untuk meningkatkan hubungan antar-negara, apalagi Sarawak dan Kalimantan Barat penduduknya di perbatasan saling memiliki hubungan kekerabatan,” ungkap Jahar.
Belakangan Kementerian Pariwisata menggencarkan wisata perbatasan lewat even Festival Wonderful Indonesia yang hadir berbagai daerah di Kalbar. “Semakin sering adanya kegiatan bersama yang melibatkan antara warga perbatasan ke dua negara akan meningkatkan good understanding, khususnya di wilayah perbatasan kedua negara,” jelasnya.
Menurut Jahar, KJRI Kuching berkomitmen senantiasa akan selalu mendukung dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan seperti ini.
“Kami berupaya pula untuk mengajak berbagai pihak di Sarawak untuk hadir menyaksikan kegiatan ini,” tutup Jahar. (*)