Prediksi Pakar Politik: Calon Gubernur Kalbar dari Banteng Jatuh ke Figur Ini

DI KANTOR PDIP. Dr. Ari Junaedi bersama kader PDIP saat workshop media digital dan komunikasi terapan di Kantor DPP PDIP, Jakarta, belum lama ini. Istimewa

eQuator.co.id-Jakarta. Pengumuman rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan untuk pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di sejumlah daerah, termasuk Kalimantan Barat, sedang ditunggu. Pakar politik Universitas Indonesia (UI), Dr. Ari Junaedi, menyebut karena geliat partai berlambang banteng gemuk dalam lingkaran tersebut memang barometer kekuatan politik di Kalbar.

“Bisa dipahami jika PDIP terkesan lama dalam mengeluarkan rekomendasi, mengingat Kalbar adalah lumbung suara bagi PDIP serta strategis dalam konstelasi politik nasional. Namun dari pola baku yang saya amati selama ini, PDIP tidak akan gegabah dalam menjatuhkan pilihannya,” analisa pengajar komunikasi politik di Program Sarjana FISIP UI tersebut, belum lama ini.

Menurut Ari, untuk menentukan siapa yang didapuk menjadi calon pengganti petahana Gubernur Kalbar, diperkirakan PDIP tidak akan menanggalkan parameter PDLT. Yakni prestasi, dedikasi, loyalitas serta tidak tercela. Dari semua parameter tersebut, ia memprediksi Bupati Landak, Karolin Margret Natasa, lah yang akan mendapat tiket calon gubernur.

“Torehan prestasi Karolin saat dua kali Pemilu Legislatif sebagai kampiun peraup suara tingkat nasional, prestasinya sebagai Bupati Landak, serta determinasi sosial politiknya yang tinggi menjadikannya pilihan yang rasional dan logis dari PDIP,” paparnya.

Kompetitor Karolin, lanjut pria yang kerap menjadi pembicara di seminar berbagai daerah Kalbar, maupun kancah nasional dan kampus kampus ternama ini, di jajaran PDIP wilayah Kalbar sangat jauh elektabilitas dan popularitasnya darinya.

Setakat ini, diketahui, DPP PDI Perjuangan akan menggelar pertemuan tiga pilar di Jakarta. Dalam acara yang dihelat di Jakarta pada tanggal 15 – 17 Desember 2017 itu, diperkirakan rekomendasi calon-calon kepala daerah akan diumumkan langsung oleh Ketua Umum Megawati Soekarnoputeri dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. (miq)