eQuator.co.id – Nanga Pinoh-RK. Sudah ribuan rumah di beberapa kecamatan Kabupaten Melawi terendam banjir. Penghuninya mengungsi ke rumah warga yang berada di dataran lebih tinggi.
Di Kecamatan Ella Hilir, warga di beberapa desa hingga kemarin tidak bisa menempati rumahnya. Kediamannya terendam banjir sejak 19 September lalu dengan ketinggian dua hingga tiga meter.
“Kami di Desa Lengkong Nyadom, Kecamatan Ella Hilir sudah tiga hari harus mengungsi ke rumah warga yang berada di dataran tinggi. Ada ratusan rumah yang terendam banjir di desa lengkong Nyadom ini. Sampai sekarang belum ada bantuan dari pemerintah,” kata Kepala Dusun Lengkong Nyadom, Anton menghubungi Rakyat Kalbar via selular, Kamis (21/9).
Camat Ella Hilir, Syaparudin mengaku belum ada laporan korban jiwa akibat bencana banjir di wilayah kerjanya. Namun kerugian material sangat besar. Menurutnya, semejak 2017 ini banjir terbesar di Kecamatan Ella Hilir, menggenangi beberapa desa. “Bahkan jalan kabupaten penghubung Kecamatan Ella Hilir dan Kecamatan Menukung sudah tenggelam di areal logpond Desa Popai,” jelas Syaparudin.
Dia mengatakan, Kecamatan Ella Hilir memiliki 19 desa. Banjir melanda Desa Pelempai Jaya, Nanga Ella Hilir, Lengkong Nyadom, Popai, Nanga Nuak, Domet Permai, Sungai Mentoba, Nanga Kalan dan Kahiya. “Rata-rata rumah warga terkena banjir, termasuk gedung sekolah, tempat ibadah, Posyandu dan rumah dinas camat juga sudah kebanjiran,” ungkapnya.
Syaparudin menjelaskan, akibat banjir, ternak warga, khususnya yang tinggal di bantaran sungai hanyut terbawa arus. Kebanyakan sapi, kerbau dan kambing. Para petani mengalami kerugian karena area pertanian dan kebun karet terendam air. Warga juga tidak bisa menoreh karet. “Padahal karet merupakan satu-satunya mata pencaharian mereka,” katanya.
Banjir yang melanda Kecamatan Ella Hilir diakibatkan curah hujan tinggi beberapa hari terakhir. Air sungai meluap hingga kepemukiman, bahkan menutup ruas jalan Ella-Menukung.
“Kami dari pemerintah Kecamatan Ella Hilir langsung turun ke beberapa desa, melakukan evakuasi korban. Tim dari kecamatan juga mendata warga yang menjadi korban banjir,” ucap Syaparudin. Dia berharap Pemkab Melawi melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga mengecek ke lokasi banjir, sekaligus melakukan pendataan dan menyalurkan bantuan.
Banjir juga melanda Kecamatan Pinoh Utara. Banjir melanda pesisir sungai yang menenggelamkan ratusan rumah. “Kami di Desa tanjung Arak sudah mengungsi ke rumah warga di daerah yang lebih tinggi sejak tiga hari lalu. Ada ratusan rumah yang terendam, bahkan ada yang sampai ke atap,” kata Sekdes Tanjung Arak, Ruslan Efendi, kemarin.
Begitu juga di Kecamatan Menukung. Sebelumnya kecamatan ini dilanda banjir paling besar di Melawi sejak 17 September lalu dan menenggelamkan ratusan rumah warga. Kemarin sudah mulai surut, namun warga belum bisa kembali ke rumahnya. Mereka masih mengungsi di rumah keluarga atau warga yang tinggal di dataran tinggi.
“Akibat banjir tersebut, banyak warga yang mengungsi dan ada satu jembatan gantung yang roboh. Kami sudah menyampaikan laporan resmi ke BPBD bersamaan dengan foto-fotonya,” ungkap Camat Menukung M. Noh via WhatsAap. Dia mengaku jumlah total rumah warga yang terendam belum dapat dirincikan, begitu juga dengan kerugiannya. “Hingga sekarang belum ada bantuan dari Pemkab,” tegas M. Noh.
Terpisah, Camat Nanga Pinoh, Daniel mengaku banjir di sembilan desa di wilayahnya masih bertahan. Sementara bantuan sampai saat ini belum ada. “Sebagai Camat kita telah melakukan langkah-langkah menghimpun data dari pemerintah desa tentang kondisi lapangan dan berkonsultasi dengan BPBD,” katanya.
Dikatakan Daniel, hasil konsultasi dirinya dengan BPBD menyatakan sampai saat ini dana bantuan belum ada. BPBD Melawi akan berupaya meminta bantuan dengan Pemerintah Provinsi Kalbar. BPBD Melawi meminta kepala desa memberikan laporan secara tertulis. “Saya sudah memerintahkan Kasi Kesra untuk menghubungi para Kades agar menyampaikan informasi tertulis baik via SMS maupun WhatsAap,” ungkap Daniel.
Rabu (20/9) sore telah keluar imbuan bupati melalui Kabag Pem Setda Melawi. Bupati meminta laporan dari setiap desa, sama persis hasil koordinasi Daniel dengan BPBD. Hanya saja belum ada yang masuk datanya. “Disinyalir banjir seperti ini sering terjadi, sering dimintai data, namun bantuannya terkadang tidak terealisasi akibat kurang tersedianya bantuan yang dapat disalurkan,” beber Daniel.
Dia mengharapkan jajaran pemerintah desa melaksanakan monitoring serta pengamatan terhadap meningkatnya debit air Sungai Melawi dan Sungai Pinoh. Kemudian mengambil langkah-langkah antisipasi dan evakuasi warga. Apalagi kondisi banjir di wilayah Nanga Pinoh sudah sangat mengancam keselamatan warga. Melaporkan dan berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk pemerintahan kecamatan Nanga Pinoh mengenai perkembangan situasi dan kondisi di desanya masing-masing.
“Adapun desa-desa di Kecamatan Nanga Pinoh yang terkena dampak banjir, Desa Kelakik, Labai, Nusa Pandau, Semadin Lengkong, Tanjung Niaga, Baru, Nanga Kayan, Paal dan Tanjung Lay. Kabupaten kita kurang sekali menyiapkan anggaran yang begini, akibatnya Pemkab gelagapan menanggulangi bencana. Padahal banjir adalah bencana rutin terjadi,” tegas Daniel.
Parahnya lagi, menurut Daniel, kecamatan sebagai ujung tombak, kurang dibekali sarana dan prasarana yang memadai untuk menyikapi kondisi ini (banjir). “Cukup sulit bagi pemerintah menyatakan eksistensi negara hadir di tengah rakyat dalam bentuk sapaan langsung sederhana,” kesalnya.
Laporan: Dedi Irawan
Editor: Hamka Saptono