Mengenakan jas putih, khas para dokter, lalu menolong seseorang yang sedang sakit, menjadi mimpi Rizka Nurazizah. Selangkah lagi bisa diwujudkan. Itu setelah dia mendapat beasiswa Indonesia Tiongkok Culture Center (ITCC)-Jawa Pos.
Roesita Ika Winarti, Samarinda
eQuator.co.id – SENYUMNYA terkembang saat tahu namanya masuk dalam daftar beasiswa ITCC. Dia tak menyangka, tawaran yang datang saat sosialisasi mengenai beasiswa tersebut mengantarkannya mewujudkan mimpi menjadi dokter.
Kala itu, penuh semangat, dara penyuka novel romantis tersebut menyiapkan persyaratan. Mulai salinan rapor semester 1-5, surat keterangan hasil ujian (SKHU), paspor, hingga kartu keluarga. “Ada syarat tambahan karena saya memilih kedokteran. Nilai rata-rata biologi harus 7,8 dan memiliki nilai 400 dalam TOEFL (tes bahasa Inggris),” ucapnya kepada Kaltim Post (Jawa Pos Group).
Anak dari pasangan Motasi Sulistianto (ayah) dan Rusdiana (ibu) itu nantinya berkuliah di Fakultas Kedokteran, Hubei University of Science & Technology. Dia mengatakan, keberhasilannya meraih beasiswa itu adalah bagian dari cita-citanya keluar dari zona nyaman.
Meski bakal hidup jauh dari keluarga, Rizka mengaku siap lahir dan batin. Dia tak merasa khawatir sendirian. Sebab, para penerima beasiswa asal Kaltim dan daerah lainnya kini menjadi kawan baiknya.
Baca Juga: Hitam dan Keriting Berbahasa Mandarin
Soal dokter, dia menyebut, profesi mulia itu memang diidamkannya sejak kecil. Ibu dan kakaknya yang seorang bidan, kata dia, menjadi sosok yang paling inspiratif. Orangtua dan saudaranya itu membuka praktik di Samarinda.
“Mereka menolong persalinan banyak orang. Saya ingin seperti ibu dan kakak saya. Tapi, pilihan saya menjadi dokter,” kata dia.
Anak kedua dari empat bersaudara itu mengatakan, saat lulus kelak, dia bakal mengabdi kembali di daerah. Dia ingin secepatnya memberikan pertolongan kepada masyarakat. Terutama di daerah pinggiran yang sulit mendapatkan akses layanan kesehatan.
Rizka mengaku tak keberatan bila harus mengabdi di kawasan terpencil. Namun, menurut dia, tenaga kesehatan yang bertugas nantinya wajib difasilitasi dengan peralatan yang mumpuni.
“Banyak saya baca, dokter tidak bisa berbuat banyak karena keterbatasan alat. Semoga, saat saya bertugas nanti, masalah itu sudah menemukan solusi,” sebutnya.
Bila diberikan kesempatan mengambil spesialisasi, Rizka mantap menjawab akan mengambil spesialis bedah. “Bedah lebih menantang. Perlu keahlian khusus. Banyak kasus berat memerlukan dokter bedah yang terampil. Nanti, saya adalah salah satu dokter itu,” sebutnya lalu tersenyum.
Dia merasa bersyukur, sejauh ini keluarga selalu mendukung pilihannya. Itu sebabnya, Rizka selalu berusaha memberikan yang terbaik agar tak mengecewakan orang-orang yang disayanginya.
DALAMI BAHASA
Berkuliah di luar negeri, kata dia, juga memberikan tantangan tersendiri. Terutama soal bahasa. Itu sebabnya, sebelum berangkat Rizka serius mendalami bahasa Inggris dan mandarin.
Sebelumnya, dia mengikuti bimbingan di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di Banjarbaru, Kalsel, selama sebulan. Sejak akhir Juli hingga Agustus.
“Bahasa mandarin tak semudah bahasa Inggris. Apalagi pelafalan dan penulisannya cukup rumit. Susah sekali,” ujarnya.
Setelah pelepasan seluruh calon mahasiswa penerima beasiswa ITCC di Graha Pena Jawa Pos di Surabaya, belum lama ini, Rizka kembali kursus bahasa Inggris hingga sekarang. Dia memilih belajar langsung di Kampung Pare, Kediri, Jawa Timur.
Rizka pun mengaku tak sabar segera pergi ke Tiongkok. Secuil demi secuil informasi tentang lingkungan kampusnya nanti dia coba kumpulkan dari cerita para senior yang lebih dulu berangkat. “Saya coba cari tahu keadaan dan suasana belajar di sana. Semoga bisa beradaptasi dengan cepat,” kata dia. Bila tak ada kendala, Rizka direncanakan berangkat ke Negeri Panda bulan depan. (Kaltim Post/JPG)