Kemenag Pantau Kondisi Jamaah Haji

Kemenag Kalbar: Tahun Ini Lebih Enjoy

GRAFIS HAJI - Sumber: Kementerian Agama RI

eQuator.co.id-Pontianak. Seluruh jamaah haji, pada siang ini waktu Arab Saudi, mulai menjalankan ibadah wukuf di Padang Arafah. Jamaah dari berbagai belahan dunia pun sudah bergerak ke Padang Arafah untuk melakukan wukuf.

Pemberangkatan tersebut juga berkaitan dengan pelaksanaan rukun haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kalbar, Syahrul Yadi menuturkan, sebelumnya jamaah sudah terkonsentrasi untuk beristirahat guna persiapan wukuf di Arafah. Menurut dia, kesiapan fisik dan kesabaran diperlukan untuk melaksanakan tahapan ibadah ini.

“Jamaah pun harus ingat bekal saat manasik. Jangan sampai ibadah haji yang dilakukan dan sudah lama diidamkan tidak terlaksana dengan baik. Jaga kesehatan fisik, jaga hati, dan sabar. Ini adalah kerja keras dan berat karena semua jamaah menyatu di Arafah,” jelas Syahrul, Rabu (30/8).

Tahun ini, jamaah Kalbar yang menunaikan rukun Islam ke 5 itu berjumlah 2.515 umat. Syahrul menambahkan, tahapan ini merupakan titik kritis atau puncak dari ibadah haji. Karena itu, ia berharap jamaah bisa menjaga diri dan mengikuti aturan.

“Jangan keluar dari aturan dan regulasi yang sudah disiapkan pemerintah, Insya Allah berjalan lancar,” tegasnya.

Meskipun tahapan haji belum tuntas, ia menilai pelaksanaan tahapan ibadah haji tahun ini lebih baik. “Tahun ini lebih enjoy, walaupun jamaah banyak, tapi tidak banyak yang merasakan hambatan. Jika dulu banyak yang sakit, dan itu belum menghadapi puncak haji di Arafah dan Mina. Ini karena memang benar-benar menjaga stamina tubuh dan kesabaran,” ungkap Syahrul.

Sementara itu, Kasi Pendaftaran dan Dokumen Haji Kemenag Kalbar, Huznul Azmi menuturkan, empat calon haji asal Kalimantan Barat meninggal dunia. Yakni, Razali Haka Abdul Karim (Pontianak, meninggal di Mekkah, usia 82 tahun), Uray Suarni Uray Hasanuddin (Singkawang, meninggal di Madinah, usia 61 tahun), Rubianto Karlan Wirjodiharjo (Kubu Raya meninggal di Mekkah, usia 80 tahun), dan Hadri Jamad Ali (Sambas, meninggal di Mekkah dalam usia 42 tahun).

Sedangkan jumlah jamaah yang menjalani rawat inap di Arab Saudi sesuai data terakhir (27 Agustus) berjumlah empat orang. Jemaah itu Ace Hidayat Dana Syafei, Jumrah Bakri, Muhammad Jalal, dan Musharofah Jamali Jalil.

“Ada yang mulai tanggal 19 Agustus, ada yang perawatan di Madinah dan Mekkah,” terang Huznul.

Jamaah yang meninggal dunia, Hadri Jamat Ali, dinyatakan tutup usia pada Selasa (29/8) setelah di rawat di Rumah Sakit An-Nor Mekkah. Dikatakan pelaksana tugas Kepala Kantor Kemenag Sambas, Karlan, Hadri berasal dari Desa Cepala, Kecamatan Tekarang, Sambas.

“Kemenag Sambas turut berduka cita atas wafatnya almarhum Hadri Jamat Ali, semoga beliau khusnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” tuturnya, kemarin (30/8).

Selain itu, Karlan mendoakan agar semua jamaah haji asal Sambas lainnya dalam keadaan sehat walafiat. “Waktu haji  tinggal beberapa hari lagi, hari ini sudah hari Tarwiyah, besok sudah wukuf di Padang Arafah,” tuturnya.

Ia mengungkap, saat ini masih kesulitan mendapatkan laporan detil dari petugas Kemenag Sambas yang mendampingi jamaah haji. “Untuk medapatkan informasi tersebut saya sudah WA petugas dari Kemenag Sambas di sana, dan saat ini belum detil informasinya yang didapat. Almarhum masih berusia muda, baru 42 tahun. Informasi terakhir yang saya dapat, almarhum meninggal karena sakit tipus,” tutup Karlan.

Dikonfirmasi, Juli Arsadi, Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang sedang berada di Mekkah. Ia saat ini mendampingi jamaah Kloter 15. Menurut dia, almarhum Hadri sempat dipasangi ventilator (alat bantu napas).

“Dirawat lebih kurang seminggu,” ucapnya.

Sementara itu, Wakil Gubernur Christiandy Sanjaya mengatakan, Iduladha menjadi momen bagi umat muslim untuk menunaikan ibadah haji di tanah suci Mekkah. Momen ini juga diperingati dengan saling berbagi melalui kurban.

“Ini tentu sangat baik, jadi mari sama-sama menjaga dan ikut mensukseskan momen besar bagi umat muslim,” ajak dia.

Ia menuturkan, pemerintah memiliki komitmen untuk mensukseskannya. Menurut Christiandy, salah satu bidang yang mendapat perhatian serius dari pemerintah adalah pelaksanaan ibadah haji di tanah suci Mekkah tersebut.

“Saya berharap, para jamaah haji bisa pulang dengan selamat, terutama menjadi haji dan hajah yang mabrur,” pungkasnya.

Di sisi lain, seperti biasa, jamaah Indonesia akan mendapatkan pesan khutbah Arafah oleh rombongan Amirulhaj. Dilansir Jawa Pos, rencananya mantan dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag, Abdul Jamil, bertindak sebagai khatib.

Jamil mengatakan tema khutbah yang dia bawakan berjudul Nilai-Nilai Kemanusiaan Ibadah Haji untuk Meningkatkan Kualitas Keagamaan serta Tanggung Jawab Sosial. Mantan rektor UIN Walisongo Semarang itu bakal menyampaikan ke 221 ribu jamaah Indonesia, bahwa dalam ibadah Wukuf di Padang Arafah, hendaknya tidak sekedar berdiam.

“Tetapi sebaiknya jamaah merenungi makna dan isyarat ajaran kemanusiaan dalam pelaksanaan ibadah haji,’’ jelasnya.

Kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sepulang dari Arab Saudi. Dia menjelaskan ketika mengenakan ihram dan diikat dengan sejumlah larangan, itu ada makna tersendiri. Yakni dalam hidup ada masanya untuk berubah menjadi lebih baik.

Kemudian larangan tidak menggunakan wewangian selama ihram, mengisaratkan supaya umat Islam tidak terikat pada hal-hal ornamental. ’’Bahkan terkadang untuk mengejar hal-hal ornamental itu, umat Islam sampai lupa diri,’’ jelasnya.

Lalu larangan membunuh, bahkan mematahkan tumbuhan saat ihram, menandakan supaya menjadi pribadi yang menjaga ekologi dan ekosistem. Supaya dapat hidup bersama alam dengan simbang dan harmonis.

Sekretaris Komisi Fatwa MUI sekaligus rombongan Amirulhaj, Asrorun Niam Sholeh, menjelaskan soal ibadah tarwiyah. Ibadah tarwiyah adalah pergerakan jamaah dari Makkah menuju Mina pada 8 Dzulhijjah (30/8). Ia mengatakan, kebijakan resmi pemerintah Indonesia, jelang wukuf jamaah haji dimobilisasi dari Makkah langsung ke Arafah. Tidak mampir untuk bermalam di Mina dahulu.

Asrorun menjelaskan, tidak semua jamaah Indonesia langsung ke Arafah. Catatan dari panitia haji ada 16 ribu jamaah yang memilih mengikuti ibadah tarwiyah atau singgah di Mina dahulu.

Dia menegaskan bahwa tarwiyah adalah sunah. Sementara wukuf adalah rukun haji. Jangan sampai karena mengejar tarwiyah, jamaah haji tidak bisa ikut wukuf.

“Alasan pemerintah Indonesia tidak tarwiyah untuk memudahkan menggerakkan jamaah dari Makkah ke Arafah,’’ terangnya.

Meski begitu, pengamat haji Dadi Darmadi menuturkan, setiap tahun tentu ada saja jamaah yang ingin mengikuti tarwiyah. ’’Ibadah sunah sekecil apapun, kalau sudah di Arab Saudi itu ingin dilakukan oleh jamaah,’’ tuturnya.

Dia berharap kalaupun pemerintah tidak menerapkan tarwiyah, sebaiknya dijelaskan sejak manasik di tanah air. Sehingga tidak ada rasa kecewa dari jamaah haji.

Menurut Dadi, di lapangan banyak jamaah yang lebih menuruti petunjuk dari pembimbing KBIH ketimbang arahan dari pemerintah. Sehingga jika ada pembimbing KBIH yang menyarankan ikut tarwiyah, jamaah rombongannya akan ikut semuanya.

Dia berharap jamaah juga memaklumi pemerintah Indonesia. Keputusan tidak melayani tarwiyah diambil bukan tanpa pertimbangan. Dadi mengatakan jika 221 ribu jamaah mengambil rute Makkah lalu bermalam ke Mina dahulu, bisa kewalahan saat mengejar waktu wukuf.

“Kalau dalam waktu normal dari Makkah ke Arafah bisa 15 menit. Tetapi saat puncak haji bisa delapan jam. Jadi riskan jika seluruh jamaah harus ke Mina (tarwiyah, red) dahulu,’’ papar Dadi.

Laporan: Rizka Nanda, Sairi, Riko Saputra, JPG

Editor: Mohamad iQbaL