Diplomasi “Nasi Goreng” SBY-Prabowo

DEMOKRAT-GERINDRA. SBY dan pengurus Demokrat menjamu Prabowo Subianto dan pengurus Gerindra di Cikeas, Kamis (27/7). Jawa Pos Photo

eQuator.co.id – Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto tiba di kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono pukul 20.25 WIB. Ia didampingi sejumlah pengurus Gerindra.

“Rame banget kayak pasar malem,” katanya ketika menginjakkan kaki di kediaman SBY di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/7).

Ketika disinggung mengenai nasi goreng yang bakal disuguhkan SBY bagian dari diplomasi, Prabowo yang menggunakan batik cokelat itu menjawab singkat. “Ya diplomasi,” guyon dia. Prabowo mengatakan kepada awak media bahwa tujuan kedatangannya untuk bersilaturahmi dengan SBY.

Kedatangan Prabowo disambut hangat sejumlah pengurus Partai Demokrat yang telah menunggu di kediaman SBY. Canda dan tawa terdengar dalam sambutan itu.

Prabowo pun langsung menghampiri SBY di ruang tamunya. Tak lama mereka keluar duduk di pendopo dan menyantap nasi goreng langganan SBY yang telah disediakan. Yang mendampingi Prabowo yakni Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, Eddy Prabowo, dan beberapa pengurus lainnya.

Manuver pertemuan SBY dan Prabowo memang mulai memanaskan suhu politik jelang pesta demokrasi 2019. Hal itu pun tak luput dari perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kompetitor Prabowo di ajang Pilpres 2014 itu angkat bicara menanggapi pertemuan mantan rivalnya itu dengan SBY di Cikeas tadi malam.

“Pertemuan para tokoh kan baik-baik sajalah,’’ ujarnya saat ditemui di Hotel Grand Sahid Jakarta kemarin (27/7).

Menurut Jokowi, pertemuan seperti yang dilakukan semalam merupakan hal yang wajar di negara demokrasi. “Pertemuan antarpartai, antartokoh, pertemuan apapun itu baik, asal untuk kepentingan negara dan bangsa,’’ tambahnya.

Presiden Jokowi sendiri sudah sempat bertemu dengan Prabowo maupun dengan SBY Setahun belakangan. Diawali oleh saling kunjung antara Jokowi dengan Prabowo. Jokowi lebih dulu berkunjung ke kediaman Prabowo di Hambalang, Bogor, pada 31 Oktober 2016. Sekitar dua pekan kemudian, pada 16 November 2016, giliran Prabowo yang datang ke Istana Merdeka.

Usai pertemuan dengan Prabowo, Presiden terus mengagendakan pertemuan secara bergantian dengan para pimpinan parpol. Mayoritas dengan parpol koalisi pemerintah. Rangkaian pertemuan itu ditutup pada 9 Maret lalu, saat Jokowi bertemu dengan SBY di Istana Merdeka. Meskipun demikian, hingga saat ini Jokowi tidak melakukan kunjungan balasan ke Cikeas.

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Agus Hermanto menyebut pertemuan SBY dan Prabowo merupakan ajang komunikasi dua negarawan. Perbedaannya, Prabowo dalam posisi pimpinan partai politik yang masih memiliki kans untuk maju sebagai calon presiden di pemilu 2019 nanti. Bisa saja pertemuan keduanya membicarakan isu terkait itu.

”Pak Prabowo tentunya ingin meminta pandangan-pandangan. Termasuk juga hal yang berkaitan bagaimana memperoleh kemenangan terutama di Pilpres,” kata Agus di gedung parlemen, kemarin (27/7).

Menurut wakil ketua DPR itu, hasil akhir pembahasan UU Pemilu tentu memaksa setiap parpol untuk berkoalisi. Bisa saja, dalam pertemuan itu dibahas mengenai peluang koalisi. ”Seandainya mau berkoalisi sah-sah saja. Karena Gerindra dan Demokrat kalau koalisi sudah lebih dari 20 persen,” ucapnya.

Namun, Agus tidak ingin berspekulasi apakah dalam pertemuan itu Demokrat juga akan memastikan dukungan kepada Prabowo. Sebab, Partai Demokrat sendiri juga berkeinginan mengajukan calon di pilpres 2019. Hal tersebut bahkan sudah digariskan dalam keputusan organisasi. ”Dalam rakernas di Lombok, Partai Demokrat memutuskan akan mengusung atau mendorong baik itu presiden, atau wapres dari internal,” kata Agus.

Figur capres maupun cawapres, diyakini Agus, bisa mendongkrak raihan suara Partai Demokrat. Tolok ukurnya adalah hasil pemilu 2014 lalu, dimana tanpa calon presiden yang digadang-gadang maju, Partai Demokrat mengalami penurunan perolehan suara.

Terkait figur Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon pemimpin yang diunggulkan Demokrat, Agus menyebut hal itu merupakan aspirasi dari kawula muda. Dari berbagai roadshow, kawula muda nampak antusias mengikuti berbagai orasi yang disampaikan AHY.

”Bahkan kawula mudanya tidak hanya dari Demokrat tapi yang lain juga mendorong,” ujar adik mendiang Ketum Demokrat Hadi Utomo itu.

Sementara itu, di iklim politik yang kian dinamis jelang 2019, Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto (Setnov) kembali menegaskan ikrarnya untuk tetap mendukung Presiden Jokowi dalam kontestasi Pilpres mendatang. ”Golkar ini kan selalu menjunjung tinggi asas taat asas jadi tetap kita mendukung Pak Jokowi,” ujarnya.

Terkait pertemuan SBY dan Prabowo, Setnov menilai terlalu dini jika disebut untuk membahas koalisi untuk bersaing dengan Jokowi di Pilpres 2019. Menurut dia, masih ada waktu satu setengah sampai dua tahun jelang Pilpres 2019.

“Di waktu itu, dinamika politik akan selalu berubah,” katanya.

Setnov menyebut, pertemuan tokoh-tokoh partai bisa jadi akan makin intens menjelang pemilu serentak 2019 mendatang. Karena itu, dinamika politik yang terjadi dalam dua tahun ke depan tidak akan bisa diprediksi. (Jawa Pos/JPG)