Segera Bentuk BNN di Perbatasan

Narkotika Terus Menerus Masuk Lewat Border Resmi

DIGIRING. Lima tersangka peredaran narkotika jenis sabu sebanyak 2 Kg digiring di halaman kantor Gubernur Kalbar, Pontianak, Kamis (13/7) pagi. Rizka Nanda-Rakyat Kalbar

“Ini rabies satu saja sudah ribut seperti apa, dia (Malaysia) masukkan Narkoba beton-ton lewat Entikong, kita tidak ribut”— Wali Kota Pontianak, Sutarmidji

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Maraknya narkotika yang melintasi pos lintas batas negara kerap “dibiarkan” lolos hingga ke Ibukota Kalbar, Pontianak. Entah apa yang dikerjakan petugas di border resmi Indonesia-Malaysia kalau terus menerus kebobolan. Alhasil, keberadaan Badan Narkotika Nasional (BNN) di border sudah sangat mendesak.

“Barangnya diimpor dari Thailand, Taiwan, China, baru ke Malaysia, dan Indonesia, karena itu BNN harus berada di perbatasan, itu merupakan suatu tindakan yang ideal,” ucap Kepala BNN Provinsi Kalbar, Brigjen Pol Nasrullah, dalam peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2017 di Balai Petitih Kalbar, Kamis (13/7) pagi.

Penyalahgunaan Narkotika, dikatakannya, merupakan masalah yang harus segera diselesaikan. Nasrullah mendorong seluruh kepala daerah di Kalbar untuk dapat membentuk BNN di wilayah masing-masing.

Khusus di dua daerah yang berbatas langsung dengan Malaysia dan telah memiliki pos lintas batas, yakni Sambas dan Kapuas Hulu, pembentukan BNN sudah diajukan ke pemerintah pusat untuk mendapat alokasi dana. “Nantinya secara beratahap, BNN akan berusaha secara temporer untuk mengawasi apabila ada orang asing masuk ke Indonesia, nanti kita akan koordinasi dengan pihak (instansi) lain yang berada di sana,” terangnya. Ia berharap, pencegahan dan pemberantasan Narkotika ini didukung semua pihak.

Permintaan Nasrullah agar BNN hadir di setiap border Indonesia-Malaysia punya alasan kuat. Minggu (10/7) dan Senin (11/7), BNNP Kalbar bekerja sama dengan Polda setempat meringkus lima tersangka pengedar narkotika jenis sabu-sabu pada Minggu (10/7) dan Senin (11/7).

“Barang ini sementara diduga dari Malaysia sengaja dimasukkan untuk Kalbar,” tuturnya.

Kronologis kejadian, lanjut dia, pada Senin, pihaknya mengamankan dua laki-laki berinisial RD dan AU di Rumah Makan Kartika, jalan Panglima Aim No. 88-99, Rt001/Rw004 Kelurahan Saigon, Pontianak Timur.

Sebelum penangkapan, BNNP Kalbar mendapat info dari masyarakat bahwa rumah makan tersebut langganan penitipan barang dari keluarga di daerah untuk anak mereka yang kuliah di Pontianak.

“Kurir (RD dan AU) ini hanya tau mengantar saja, tidak tau siapa orang yang akan diberikan barang tersebut, karena ditunggu pada waktu yang telah ditentukan tidak ada yang datang,” bebernya.

”Apakah sudah tersebar (informasi), karena kita menangkapnya langsung di rumah makan, atau orang yang dituju juga memiliki kurir lain,” sambung Nasrullah.

Tim BNNP Kalbar memang langsung menggeledah barang bawaan RD dan AU. Dalam penggeledahan, ditemukan dua paket Narkotika jenis sabu-sabu yang dibungkus dengan plastik berwarna kuning emas. Masing masing seberat 1023.0 gram dan 1018,0 gram.

“Menurut pengakuan tersangka, dalam menjalankan aksinya, mereka diupah sebesar Rp80 juta,” bebernya.

Modus penyerahan barang haram tersebut dengan cara dititipkan ke penjaga rumah makan. RD akan memesan nasi, kemudian nasi yang sudah diganti dengan paket sabu-sabu tersebut akan dititipkan kepada penjaga. Nasrullah memastikan tidak ada keterlibatan penjaga rumah makan.

Nasrullah dan kawan-kawan belum merasa puas dengan tangkapan itu. Petugas BNNP Kalbar melakukan pengembangan terhadap RD dan AU. Didapatlah pengakuan dua paket narkotika tersebut diambil dari KD, RZ, dan HS. Nah, tiga orang yang juga sudah jadi tersangka kejahatan peredaran narkotika ini mengambilnya dari Malaysia melalui border Aruk, Sambas.

Setelah barang diserahkan kepada RD dan AU, tiga tersangka tersebut menunggu RD dan AU di Hotel Sun Star Singkawang. Mereka membawa uang upah sebagai kurir untuk dibagi lima.

“Hari Selasa tanggal 11 juli 2017 sekitar pukul 00.40, petugas BNNP Kalbar tiba di Singkawang dan mengamankan KD, RZ, dan HS, beserta barang bukti, kemudian dibawa ke kantor BNNP Kalbar di Pontianak guna proses lebih lanjut,” ungkap Nasrullah.

Pada tahun 2017 BNNP Kalbar bekerja sama dengan BNN pusat dan Polda Kalbar telah mencegah peredaran sekitar 100 kilogram sabu-sabu. Kata Nasrullah, satu gram sabu-sabu dapat dikonsumsi lima orang sekaligus. “Berarti satu kilogram kira-kira 5.000 orang yang menggunakan perharinya,” pungkasnya.

Rakyat Kalbar sempat mengunjungi rumah makan Rumah Makan Kartika, di jalan Panglima Aim. Salah seorang pengelola rumah makan tersebut menyatakan RD dan AU sesaat sebelum penangkapan berada di meja tidak jauh dari pintu masuk.

“Iya benar, katanya bawa Narkoba, yang ditangkap kemarin dua orang (RD dan AU,red) pas lagi makan,” tutur pria yang enggan menyebut namanya ini, Kamis (13/7) siang.

Menurut dia, dua orang tersebut belum lama masuk ke rumah makan yang terletak kira-kira 20 meter dari Jalan Tanjung Raya 2 tersebut.  Dia tidak mengenal dan tidak mengetahui darimana datangnya RD dan AU. Alhasil, dia terkejut ketika beberapa orang menghampiri kedua tersangka saat itu.

“Saya ndak tau, saya duduk, lagi duduk, kaget juga tiba-tiba orang rame di dalam sini,” ucapnya.

Namun, dia pun tidak bisa membeberkan secara jelas kronologis penangkapan karena tidak begitu memperhatikannya. Dikatakannya, hal biasa ketika orang-orang yang berlalu lalang di jalan itu mampir untuk makan maupun membeli lauk pauk dan sayur yang telah matang di rumah makan itu.

“Ndak nyangka sih, kalau makan di sini kan biasanya memang ramai, orang yang lewat di jalan ini biasa mampir ke sini,” ungkapnya.

Kejadian ini membuatnya trauma ketika melihat orang yang mampir membawa barang-barang meskipun orang itu dikenalnya. Kini, dia tak akan menerima lagi barang titipan.

“Takut juga kalau ada yang seperti itu, kalau ada yang nitip jangan diizinkan lagi, kita kan ndak tau apa isinya,” pungkasnya.

Di sisi lain, Wali Kota Sutarmidji yang wilayahnya sering ketiban Narkotika selundupan dari perbatasan menyindir para petugas di pos lintas batas. “Kalau lewat jalan tikus wajar saja, ini jalan resmi kok bisa lolos, berarti kan tidak ada kesiagaan,” ungkap orang nomor satu di Pemkot Pontianak ini diwawancarai usai menghadiri halal bi halal di DPRD setempat, kemarin.

Menurut dia, mustahil sabu-sabu dalam jumlah besar dapat diselundupkan. Sebab, pemeriksaan terhadap kendaraan seharusnya dilakukan sesuai prosedur oleh otoritas perbatasan Indonesia-Malaysia.

Sutarmidji mempertanyakan keseriusan pihak Malaysia, yang seolah kurang memperhatikan pintu perbatasannya sehingga sabu dalam jumlah besar bisa lolos begitu saja. “Apa artinya mereka ada yang jaga di sana, polisinya di sana? Ini yang harusnya jadi warning ke kita, bahkan ini harus disampaikan ke pemerintah pusat agar (mendesak,red) Malaysia serius menangani ini,” cetusnya.

Dia pun mengaku kesal ketika Kalbar dihebohkan dengan rabies yang sampai ke negara tetangga. Sebab, Malaysia menilai rabies itu persoalan serius yang dibawa dari Kalbar.

“Ini rabies satu saja sudah ribut seperti apa, dia (Malaysia) masukkan Narkoba beton-ton lewat Entikong, kita tidak ribut, itu yang harus diperhatikan, kalau memang mereka tidak bisa mengurus Narkoba lewat pintu resmi, biar rabies banyak-banyak di sana, kalau perlu anjing gila disimpan di sana saja semua,” tutup Sutarmidji.

Terpisah, Bupati Sambas, Atbah Romin Suhaili sangat mendukung pembentukan BNN di wilayah yang dia pimpin. Menurutnya, peredaran Narkoba harus diantisipasi secara maksimal karena berkaitan dengan keberlangsungan generasi yang baik.

“Sambas merupakan wilayah terdepan, kami sangat siap, bahkan kami telah menyediakan lahan untuk pendirian fisik (kantor BNN) di Sambas,” tegas Atbah dihubungi via telpon.

Pihaknya menanti perkembangan selanjutnya dari BNN. “Sudah diajukan, sekarang sedang menunggu, karena pembangunan fisik (kantor BNN) itu dari BNN langsung,” pungkasnya.
Laporan : Rizka Nanda, Riko Saputra, Ambrosius Junius, Gusnadi

Editor: Mohamad iQbaL