PPDB Lebih Repot dari Tahun Lalu

Google Maps Tentukan Radius

MENANTI. Suasana hari pertama pendaftaran PPDB online di SMA Negeri 1 Pontianak Jalan Sumatera, para pendaftar dan orangtua menanti antrian berkas bukti pendaftaran, Senin (3/7). RISKA NANDA

eQuator.co.idPontianak-RK. Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) 2017 tingkat SMA/SMK di Kalbar dimulai kemarin. Tahun ini pemerintah menetapkan sistem zonasi.

Penerapannya menggunakan skor radius jarak rumah calon peserta didik dengan sekolah. Untuk melihat radius itu, sekolah menggunakan aplikasi google maps. Seperti yang dilakukan SMA Negeri 1 Kota Pontianak.

“Google Maps itu menentukan radius antara tempat tinggal peserta didik dengan sekolah dan bukan rute. Jadi penggunaannya lebih riil,” kata Ketua Panitia PPDB SMA 1 Pontianak, Rahmat Prasjoyo, Senin (3/7).

Dia menuturkan dalam beberapa jarak yang sudah ditentukan peserta didik mendapat nilai intensif. Untuk nilai yang paling tinggi yakni 45 point. Hanya saja sekolah membatasi radius antara sekolah dan rumah yakni hanya 17 kilometer. “Jika dari aplikasi radiusnya lebih dari 17 kilometer, maka tidak mendapat nilai intensif,” jelas Rahmat.

Intensif yang diperoleh itu nantinya akan dijumlahkan dengan hasil ujian nasional siswa. Nilai akhir itulah yang nantinya menentukan siswa diterima atau tidak. Penentuannya tetap menggunakan sistem rangking dan sesuai kuota penerimaan sekolah.

Tahun ini calon peserta didik dapat mendaftar di lima sekolah. Jika tidak lulus di satu sekolah, penilaian yang sama juga dilakukan pada sekolah lainnya yang menjadi pilihan calon peserta didik. Dimana menggunakan rangking dan disesuaikan dengan kuota penerimaan sekolah.

Rahmat mengakui mekanisme PPDB tahun ini lebih repot dibandingkan tahun lalu. Sebelumnya hanya melihat nilai murni siswa. Sedangkan tahun ini, panitia harus mampu mengukur radius domisili anak ke sekolah secara tepat dan benar. “Jadi harus benar-benar memperhatikan KK siswa itu. Hitungannya harus tepat,” kata dia.

Kepala SMA Negeri 1 Pontianak Fatmawati menuturkan, penggunakan aplikasi Google Maps guna memberikan nilai dalam penghitungan radius. Pihak sekolah menyiapkan satu orang menggunakan aplikasi google maps dan satu menginput data pendaftar.

Dia mengaku, kuota penerimaan yang disediakan hanya 350 kursi. Jumlah itu di luar dari 10 peserta didik untuk program tiga T (terpencil, terbelakang dan terdepan). Mereka yang ikut program ini juga mengikuti seleksi di masing-masing daerah.

“Kami sudah menerima SK 10 orang ini. Dengan mengikuti seleksi di daerah, mereka bisa memperoleh kesempatan pendidikan yang sama,” ujar Fatmawati.

Lain lagi dengan SMK. Meski pendaftaran dilakukan secara online, pihak sekolah melakukan seleksi minat dan bakat bagi peserta didik baru. Tes ini bisa diikuti setelah mendapat pengumunan jadwal dan kuota plus 10 persen dari sekolah. Tes itu sebagai pengganti mekanisme zonasi dalam penerimaan peserta didik baru yang ditetapkan pemerintah pusat.

“Jadi yang diterima sekolah itu belum tentu lulus. Penilaiannya, ujian nasional berbobot 60 persen dan tes minat bakat 40 persen,” kata Waka Kesiswaan SMKN 3 Pontianak Marheni Sujatin.

Sama seperti sekolah lainnya, jumlah peserta yang mendaftar juga memadati meja panitia. Berbeda dengan tahun sebelumnya mereka yang mendaftar SMK tahun ini tidak bisa lagi mendaftar ke SMA. “Jadi tahun ini tidak bisa lagi. Jika SMA ya SMA semua, jika SMK ya SMK semua. Jadi yang diperlukan SKHUN yang asli,” tegas Marheni.

Dikatakannya, syarat melampirkan ijazah asli tetap diperlukan. Akan tetapi itu hanya bagi peserta didik yang lulus pada tahun sebelumnya. Sedangkan bagi peserta didik dari daerah lain yang lulus dengan paket B, maka harus mendaftar dulu di Dinas Pendidikan Provinsi Kalbar. Tahun ini SMKN 3 membuka kuota penerima untuk 352 siswa. Di antaranya Jurusan Akuntansi 160 siswa, Sekrataris 96 siswa dan pemasaran 96 siswa.

 

Laporan: Riska Nanda

Editor: Hamka Saptono