Sedikit berbeda dengan pendahulunya, Jarot Winarno tak bosan menelusuri wilayah pedalaman Sintang. Walau akses jalan menuju ke sana hancur seperti bubur. Rabu (24/5), Bupati Sintang periode 2016-2021 ini kembali mengunjungi wilayah Ketungau Tengah dan Ketungau Hulu.
Achmad Munandar, Nanga Merakai
eQuator.co.id – Tepat pukul 12.00, Jarot yang ditemani sejumlah kepala SKPD dari dinas pekerjaan umum (PU), Kesehatan, Pendidikan dan kebudayaan, unit pekerjaan jalan dan jembatan (UPJJ), serta badan pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa (BPMPD) sampai di salah satu warung kopi Nanga Merakai, Kecamatan Ketungau Tengah. Mereka rehat sejenak.
Tengah mencampur kopinya dengan sedikit gula, Jarot didatangi sesosok orang. Separoh baya. Orang itu langsung duduk tepat berhadapan dengan Jarot.
Ternyata, dia Kepala Dusun Air Nyuruk, Kecamatan Ketungau Tengah, Benyamin. Ia meminta Bupati Sintang untuk membangun dan memperbaiki jalan di wilayahnya.
“Seikhlasnya,” kata Benyamin. “Kondisi jalan maupun jembatan di sini sudah sangat rusak, susah untuk dilewati,” sambungnya.
Jarot yang mengalami sendiri “pengalaman buruk” melintasi jalan bak kubangan kerbau pun segera merespon permintaan Benyamin. Kepala Dinas PU Sintang, Murjani, dipanggilnya.
“Kepala Dinas PU, sini. Catat dan dengarkan persoalan masyarakat kita,” tukasnya.
Kepada wartawan, Benyamin mengaku lega bisa berbicara langsung dengan Jarot. Kata dia, bupati lulusan strata satu Universitas Indonesia (UI) Jakarta itu mudah diajak diskusi.
“Saya kira tadinya tidak bisa ketemu dan ngobrol. Ternyata, bupati orangnya enak dan tidak ada jarak dengan masyarakatnya,” ucapnya. “Mau membahas segala persoalan serta mau menerima dan mendengarkan keluhan kami di pedalaman ini,” imbuh Benyamin.
Yang bikin dia lebih lega, ada kepastian terkait persoalan infrastruktur yang dibahas dengan bupati dan Kepala PU Murjani. “Mau diapakan lagi, memang kondisi jalannya sudah seperti ini. Tapi, solusinya sudah ada, bupati langsung memerintahkan Kadis PU Sintang untuk menghitung dan membangun jalan menuju Marakai,” tuturnya.
Tak seberapa lama rombongan Pemkab Sintang di sana. Jarot CS (Cum Suis/dan kawan-kawan) berpamitan, melanjutkan perjalanan menuju Desa Nanga Seran. Masih di Kecamatan Ketungau Tengah.
Tak gampang menuju Nanga Seran. Butuh lima jam berkendara. Sebab, lagi-lagi, infrastruktur jalannya memang hancur lebur.
Masyarakat Nanga Seran mendesak bupati membangun jembatan sebagai penghubung beberapa desa yang ada di Ketungau Tengah. Selama ini, warga di sana hanya mengandalkan kapal ponton untuk menyeberangi Sungai Kapuas.
Alhasil, tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan. Sekali melintas, kendaraan roda empat dikenakan biaya Rp300.000. Sedangkan kendaraan roda dua Rp30.000.
Penyeberangan sungai ini memang satu-satunya cara untuk menuju ke desa-desa lain di Ketungau Tengah. Artinya, tidak ada akses darat yang dapat dilalui.
“Jadi mau mahal atau murah, suka atau tidaknya dengan harga yang ditetapkan oleh penyedia jasa angkutan itu, kami harus bayar,” ujar Kornelis Karim, warga Desa Wirayuda.
Wajar saja, ia sangat sangat sangat berharap Pemerintah Sintang secepatnya membangun jembatan penyeberangan di Ketungau tengah. “Susah kami kalau tidak ada jembatan. Kebetulan bupati ada datang, kami minta bangun jembatan,” tukasnya.
Pemkab Sintang sendiri memastikan Jembatan Ketungau II dibangun tahun ini. Pengerjaan tahap awalnya dibiayai Rp5 miliar. Jembatan Ketungau II akan menghubungkan wilayah Ketungau Tengah arah kanan dari Merakai. Bentang jembatannya 120 meter, lebar 6 meter.
“Jembatan Ketungau II masuk kategori tipe B,” terang Kepala PU Murjani.
Jembatan Ketungau II, ia menerangkan, dibangun secara bertahap. Tidak bisa dikerjakan dengan satu tahun anggaran. Duitnya tak cukup. Kini, tahap pertama dalam proses lelang.
Camat Ketungau Tengah, Dakun, optimis pembangunan jembatan akan membantu ekonomi masyarakatnya. Pasalnya, jumlah penduduk Ketungau Tengah arah kanan cukup besar.
Ia merinci, penduduk Ketungau Tengah arah kanan sebanyak 17 ribu jiwa. Terdiri atas 16 desa. Jumlah desanya lebih besar dari Ketungau Tengah arah kiri yang sebanyak 13 desa. Sementara, Jembatan Ketungau II penghubung antara Ketungau Tengah arah kiri dan Kanan. (*/bersambung)