eQuator.co.id – Pontianak-RK. Kondisi Kota Pontianak sudah kondusif. Sempat terjadi gesekan kecil, namun bisa diatasi aparat keamanan.
“Kemarin memang ada dua agenda, Gawai Dayak dan Aksi Damai Bela Ulama. Namun di tengah kegiatan tersebut, ada beberapa kelompok ingin menuju ke (Jalan) Gajah Mada dan sudah sempat berdilog dengan kepolisian dan TNI, sehingga terjadi sedikit permasalahan. Dan di Gajah Mada sudah bisa diatasi,” kata Kapolresta Pontianak Kombes Pol Iwan Imam Susilo ditemui di lokasi Pekan Gawai Dayak (PGD) di Rumah Radangk Jalan Sultan Syahrir Pontianak, Minggu (21/5).
Diakui Kombes Pol Iwan, malam harinya ada segelintir massa berkeliling-keling kota. Namun tidak sampai mengganggu warga. “Melihat beberapa orang tersebut, dari pihak kami memberikan pengertian, sehingga massa kembali pulang,” ungkapnya.
Pagi Minggu kemarin, beberapa kelompok tertentu terjadi kesalahpahaman. Bahkan sempat mencegat bus. “Dengan cepat, anggota dari kepoisian dan TNI mengatasinya, hingga saat ini kondusif,” ungkapnya.
Diakui Kapolresta Iwan, ada beberapa orang yang diamankan. Namun tidak ditahan, hanya diberikan pembinaan agar tidak mengulangi perbuatannya. “Ada sekitar emam orang yang kami amankan. Intinya sampai saat ini sudah kondusif. Mudah-mudahan hal ini tidak terulang kembali, sampai kegiatan (Pekan Gawai Dayak, red) selesai,” harap Kombes Pol Iwan.
Mengantisipasi kejadian susulan, Kapolresta mengatakan, polisi dan TNI sudah melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat dan agama. Meminta saling menjaga agar Kota Pontianak tetap kondusif. “Pengamanan ini dilakukan sampai tanggal 27 mendatang. Kegiatan ini dilakukan untuk mempromosikan pariwisata Kalbar, sehingga keamanan harus dijaga. Apalagi banyak tamu yang hadir, bahkan dari luar negeri,” jelas Kombes Pol Iwan.
Tugas Kita Bersama
Sekretaris Jenderal Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) Yakobus Kumis mengatakan, masyarakat Dayak adalah benteng terdepan dan terakhir keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini menjadi tanggungjawab moral melaksanakan perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam mempertahankan ideologi Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.
Apalagi akhir-akhir ini situasi Indonesia dalam kondisi kurang baik. Ada pihak yang berupaya memecah persatuan dan kesatuan bangsa. Intoleransi telah menyebar kemana-mana. Paham radikalisme dan terorisme sudah merasuk ke dalam kelompok-kelompok dan Ormas-Ormas di Indonesia.
“Masyarakat Dayak mendukung sepenuhnya TNI/Polri dalam mempertahankan NKRI, ideologi Pancasila, UUD 45 dan Bhinneka Tunggal Ika. Masalah keamanan di Kalbar menjadi tugas kita bersama, bukan hanya TNI/Polri, tapi tugas masyarakat Kalimantan Barat,” tegas Yakobus Kumis, kemarin.
Yakobus Kumis mengaku telah berkoordinasi dengan berbagai suku bangsa yang ada di Kalbar, meliputi MABM, Paguyuban Bugis, Jawa, IKBM, Batak, Flores, Tionghoa, Maluku, Padang, Sunda dan paguyuban suku lainnya. Mereka mendukung PGD ke-32, karena kegiatan ini merupakan festival kebudayaan. “Ini harus dilestarikan dan didukung,” ungkapnya.
Dia mengimbau seluruh etnis di Kalbar bersama-sama menciptakan kedamaian, keamanan dan ketenteraman. “Mari merangkul bergandeng tangan. Kita tolak yang namanya intoleransi, radikalisme dan terorisme di Kalbar,” ajaknya.
PGD ke 32 di hari kedua berjalan aman dan tetap diselenggarakan hingga pesta budaya itu resmi ditutup. “Pekan Gawai Dayak akan tetap diselenggarakan sejak dibuka sampai penutupan pada tanggal 27 nanti,” kata Kartius, Ketua Panita PGD saat konferensi pers di Rumah Radangk, Minggu (21/5).
Dikatakannya, banyak yang bertanya kepadanya, terutama dari daerah, terkait keamanan di Kota Pontianak.Dia menyampaikan kepada seluruh masyarakat Kalbar dan Indonesia pada umumnya, walaupun ada kendala pada pembukaan Sabtu (20/5), tetapi bisa diatasi. Gawai dayak berjalan aman terkendali.
“PGD sampai sore ini berjalan aman, Puji Tuhan, masyarakat menginginkan kedamaian,” ujar Kartius.
Kartius berterima kasih kepada seluruh masyarakat Kalbar yang mendukung event tahunan tersebut. “Saya berterima kasih kepada semua suku bangsa di Kalbar yang sudah mendukung PGD ini, sehingga bisa dilaksanakan dengan aman. Begitu hebatnya TNI/Polri, begitu hebatnya masyarakat Kalbar yang cinta damai,” ungkapnya.
Selaku ketua panitia, dia mengimbau kepada seluruh masyarakat Kalbar, masyarakat Dayak khususnya, agar dapat mengendalikan diri. “Saya meminta agar jangan mudah terpancing dan jangan bikin ribut,” tegas Kartius.
Dikatakannya, gawai Dayak tidak bertentangan dengan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, maupun kehidupan dunia modern. Bahkan sejarah Indonesia mencatat adat istiadat, hukum adat merupakan salah satu sumber inspirasi pembentukan hukum nasional.
“Jadi pelaksanaan PGD tidak bertentangan dengan hukum negara. Bahkan masyarakat dunia mengakui kebudayaan merupakan icon pariwisata,” jelas Kartius.
Dari sektor pariwisata, baik budaya, kuliner dan alamnya, memberikan penghasilan kepada masyarakat yang menyelenggarakannya. Dayak juga bagian dari Indonesia, termasuk kebudayaannya. “Oleh karena itu, saya meminta kepada masyarakat di Kalbar maupun di luar Kalbar untuk tidak mengganggu PGD ini,” imbuhnya.
PGD yang menetapkan bukan orang Dayak. Gawai sudah ada sejak 32 tahun yang lalu, begitu juga Rumah Betang yang ada di Jalan Sutoyo, telah dibangun oleh gubernur beragama Islam. “Yang menetapkan Gubernur Kadurusno, Rumah Betang di Jalan Sutoyo juga dibangun oleh Gubernur Mayjen TNI H. Soedjiman,” jelas Kartius.
Laporan: Ocsya Ade CP, Zainudin, Ambrosius Junius
Editor: Hamka Saptono