Produk Kalbar Dipamerkan di Sarawak Timber and SMEs Expo 2017

TESTING GITAR BAMBU. Chief Minister Sarawak (Menteri Utama) Datuk Amar Abang Johari Tun Openg mengetes dentingan gitar berbahan bambu produk Bandung usai pembukaan Sarawak Timber and SMEs Expo 2017 di BCCK, Kamis (18/5). OCSYA ADE CP

eQuator.co.id-Kuching. Kementerian Pengembangan Industri dan Kewirausahaan Sarawak Malaysia melalui Sarawak Timber Industry Development Corporation (STIDC) menggelar Sarawak Timber and SMEs Expo 2017 di Borneo Convention Centre Kuching (BCCK) selama tiga hari sejak Kamis 18 hingga Minggu 21 Mei 2017.

Pameran produk-produk utama berbahan kayu yang ke tiga ini, juga memamerkan produk khas Indonesia, Korea, China, India dan Vietnam. Khusus Indonesia, penyelenggara menyediakan 35 stand/boots pameran. Dan mayoritas diisi oleh pelaku usaha UMKM Kalbar.

“STIDC adalah suatu badan di bawah Pemerintah Sarawak yang membawahi semua industri yang berhubungan dengan kayu. Pameran ini dua tahun sekali digelar. Pada kesempatan ini kita disediakan 35 boots oleh pemerintah Sarawak dengan cuma-cuma,” kata Jahar Gultom, Konsul Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) Kuching usai menghadiri pembukaan pameran, Kamis (18/5).

Pada momen ini, kata Jahar, Konjen RI Kuching mengundang Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kalbar untuk turut berpartisipasi memamerkan produk andalan Bumi Khatulistiwa. “Selain produk dari Dekranasda Kalbar, juga ada produk khas Pontianak dan Singkawang serta satu atau dua boots untuk produk Jakarta dan Bandung,” paparnya.

Dari 35 boots tersebut, sepuluh diantaranya diisi dengan pameran produk makanan dan minuman Kalbar, seperti kripik, kerupuk, nasi uduk serta minuman lidah buaya dan sebagainya. Selebih dari boots itu, diisi dengan produk kerajinan seperti kain songket, batik, batu cincin, ayaman, aksesoris dan sebagainya. “Di samping itu, selain memamerkan produk andalan Kalbar, Dekranasda juga mengirim Miss Borneo dan Abang Borneo. Saya kira ini akan menarik juga,” ucap Jahar.

Dari situ, Jahar melihat bahwa tidak hanya produk unggulan pemerintah daerah atau Indonesia umumnya yang dipresentasikan melalui boots tersebut, namun juga SDM-nya. Pameran ini sangat menarik dan bisa memberikan gambaran Indonesia saat ini. “Kita sangat dinamis, SDM kita berkembang dengan bagus dan produk kita berkualitas,” ucapnya.

Dalam memamerkan produk unggulan ini, kata Jahar, yang diharapkan adalah kerjasama konsumen dengan pelaku usaha setelah pameran tersebut. Misalnya adanya deal atau kesepakatan yang berlangsung antara pelaku usaha dengan konsumen. “Jadi produk yang dipamerkan ini sebagai exhibition untuk pengenalan produk,” harapnya.

Setelah ini, lanjut Jahar, pihaknya akan melakukan evaluasi terkait produk unggulan mana yang diminati masyarakat atau pasar Sarawak.

Sementara itu, dalam sambutannya, Chief Minister Sarawak (Menteri Utama) Datuk Amar Abang Johari Tun Openg yang kerap disapa Abang Jo mendesak pelaku industri kayu Sarawak untuk melanjutkan rencana penanaman kembali hutan secara agresif. Demi menjamin keberlanjutan sumber daya kayu untuk menghasilkan kayu industri yang cukup untuk aktivitas produksi, terutama pembuatan mebel.

Dengan menekan penguatan kebijakan penanaman kembali hutan, menurut dia, pada akhirnya akan mengurangi kerusakan atau tekanan panen pada hutan alam atau hutan lindung.

“Penting juga agar kualitas hutan yang ditanam mendapat perhatian khusus melalui penelitian dan pengembangan (R & D) dan praktik pengelolaan terbaik,” kata Abang Jo.

Bertema ‘Timber and Beyond’ tahun ini, Expo mencatat 48 persen peningkatan partisipasi dibandingkan tahun 2015. Dengan 280 peserta pameran terdaftar yang memiliki total 494 boots/stand. “Sektor swasta yang terlibat dalam industri perkayuan perlu berkolaborasi dan menekankan inisiatif Litbang untuk menciptakan produk bernilai tambah dan inovatif. Tentunya memenuhi kebutuhan dan posisi Sarawak di pasar,” katanya.

Sarawak, ia menjelaskan, berpotensi menjadi kontributor furnitur terbaik Malaysia untuk ekspor, karena sumber daya alamnya yang melimpah. Namun Sarawak bukanlah produsen terbesar di Malaysia, karena Johor masih memimpin meski Sarawak kaya akan sumber daya kayu.

Bahkan lebih dari 30 tahun, Abang Jo menunjukkan, bahwa tidak ada indikasi sektor swasta untuk melakukan penanaman kembali hutan dan Litbang secara serius. Apa yang telah dilakukan oleh sektor swasta tidak memuaskan.

“Dengan demikian, administrasi saya akan menekankan pada tidak mengeluarkan lebih banyak lisensi kayu, mendorong penanaman kembali tanaman asli yang agresif dan meningkatkan R & D untuk memastikan keberlanjutan,” tegasnya. Menyadari bahwa industri perkayuan akan terus memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Sarawak, Abang Jo berharap strategi ini akan membantu Sarawak mencapai posisi globalnya pada 2030 nanti.

Laporan: Ocsya Ade CP

Editor: Hamka Saptono