eQuator.co.id – Pontianak-RK. Pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Rasau Jaya di Desa Bintang Mas, Rasau Jaya, Kubu Raya menuai masalah. Supplier pembangunan SMK merasa dirugikan dan kini sedang diselidiki kepolisian.
Penyelidikan kepolisian berawal dari pengaduan Supplier beberapa waktu lalu di Mapolsek Sungai Raya. Pengaduan dibuat, lantaran pihak yang menyediakan bahan bangunan (supplier) merasa dirugikan.
Kapolsek Sungai Raya AKP Haryanto dikonfirmasi, Rabu (15/3) menegaskan, jajarannya saat ini sudah melakukan penyelidikan atas pengaduan supplier. Beberapa pihak sudah diundang ke Mapolsek Sungai Raya. Sayangnya, tak semuanya yang datang. Bahkan ada yang tidak memenuhi undangan tersebut atau tidak kooperatif atas kinerja kepolisian. “Kita akan undang lagi bagi yang tidak datang,” tegas AKP Haryanto.
Diakui Haryanto, jajarannya memanggil dengan cara mengundang. Alasannya kasus ini masih dalam tahap pengaduan dan penyelidikan. Ketika pengaduan naik status menjadi laporan (LP), maka pihaknya akan mengeluarkan surat panggilan kepada pihak terkait. “Kalau sudah naik LP, maka statusnya nanti akan menjadi panggilan,” tegasnya.
Penyelidikan atas pengaduan supplier yang merugi Rp700 juta tersebut sedang berjalan. Penyelidikan masih ditingkat pengaduan, menentukan apakah ada unsur tindak pidana atau tidak. “Jika ada tindak pidananya, kita akan naikkan menjadi LP (laporan polisi) dan tahap proses sidik,” jelas Haryanto.
Sebelumnya Abdullah selaku supplier mengaku sangat kecewa dengan kinerja Dinas Pendidikan Kubu Raya. Semua pekerjaan pembangunan SMKN 2 Rasau Jaya sudah dibangun oleh pihaknya. Namun hingga saat ini kontraktor pembangunan SMKN 2 Rasau Jaya itu belum membayar material kepada supplier.
Alasannya, kontraktornya belum menerima pembayaran dari Dinas Pendidikan Kubu Raya atas pembangunan SMKN 2 Rasau Jaya yang dianggarkan Rp2,5 miliar. Sumber dananya dari Kementerian Pendidikan yang digelontorlan melalui Dinas Pendidikan Kubu Raya tahun 2016. Saat ini SMKN 2 Rasau Jaya sudah rampung dibangun, hanya menghabiskan dana Rp1,4 miliar saja.
“Dari total jumlah dana yang sudah terpakai itu, Rp700 juta uang kami belum dibayar. Kami punya bukti kuitasi pengambilan material. Namun uang tersebut tidak mau dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kubu Raya,” kesal Abdullah.
“Kami merasa dijebak. Bisa saja kami membongkar bangunan sekolah tersebut, karena materialnya dari kami belum dibayar,” tegas Abdullah. (zrn)