Stop Ancam Anak dengan Dokter dan Jarum Suntiknya

DOKTER MINTA TOLONG. Imbauan unik agar tak lagi menakut-nakuti anak yang terpajang di salah satu rumah sakit. Netizen for Rakyat Kalbar

eQuator.co.id – Pontianak-RK. “Kalau nakal, disuntik dokter nanti ya,” ungkapan yang tidak asing di telinga. “Disuntik dokter”, frase untuk menakut-nakuti kebanyakan anak-anak. Yang kadang membekas sampai beranjak dewasa, bahkan ‘diwariskan’ ke keturunan berikutnya.

Elvi Fatmawati (38) mengaku kerap menggunakan frase tersebut agar buah hatinya, Nazwa (6), menurutinya. Kata-kata kunci tersebut dilontarkan ketika sang anak tak mau makan atau enggan berhenti bermain.

“Saya emang sering bilang begitu,  apalagi sekarang yang kecil udah kenal gadget. Kalau dikasih tau susah, akhirnya saya ancam. “Nanti disuntik dokter kalau gak mau dengar”, saya bilang begitu,” tutur warga Pontianak Utara ini kepada Rakyat Kalbar, di kediamannya, Sabtu (4/3).

Nah, gara-gara sering mengeluarkan ancaman bohong-bohongan tersebut, Nazwa menolak keras ketika benar-benar sakit dan akan dibawa ke dokter. Ketika dibujuk-bujuk, ia menyebut, “Adek takut disuntik dokter, sakit”.

“Akhirnya saya mikir, itu gak baik buat anak,” ujar Elvi.

Ujung-ujungnya, mau tak mau jurus rayuan menawarkan mainan pun dilontarkan kepada anaknya itu. “Biar mau ikut (ke dokter). Terus di sana (tempat praktik dokter) ketemu dokter dan diajak ngobrol. Untung akhirnya hilang takutnya. Dokternya bilang disuntik itu gak sakit, palingan kayak digigit semut aja,” paparnya.

Hal ini sebenarnya sepele. Namun ternyata berpengaruh buruk dalam hidup si anak. Elvi sendiri dulunya juga kerap ditakut-takuti dengan frasa serupa.

Salah seorang dokter anak yang berdomisili di Pontianak, dr. Nevi Bachtiar mengatakan, menakut-nakuti anak dengan kata “disuntik jarum” memang secara tak langsung melemahkan mental si anak.

“Akan menyebabkan susah diperiksa, juga akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Menakut-nakuti supaya dia tidak nakal sedikit banyak akan berpengaruh dalam pertumbuhan mentalnya, bahkan sampai pernah ada satu anak yang teriak histeris waktu akan disuntik,” ungkapnya.

Menurut dia, anak yang trauma dengan jarum suntik adalah salah satu hal yang memberatkan para dokter. “Dan, anak yang sering ditakut-takuti akan tumbuh sebagai anak yang penakut, tidak berani untuk mencoba,” jelas Nevi.

Ia menyatakan, metode pola asuh anak banyak bentuknya, tanpa harus menggunakan ancaman “disuntik jarum”. Dengan cara memberi pengertian terhadap anak bahwa ada rambu-rambu tertentu yang tidak boleh dilanggar. Sebab, manusia telah mempunyai 95% otak orang dewasa semenjak menginjak usia 2 tahun.

Senada, Psikolog Winda Lestari. Praktisi NLP (Neuro-Linguistic Programming) berlisensi Amerika Serikat ini menyebut, mendidik anak dengan memberikan titah semacam ancaman bukanlah hal yang tepat. Pengaruh negatif pada mental anak pasti terjadi.

“Iya jelas itu bukan pengaruh baik bagi tumbuh kembang anak, malah kemudian anak berpikir bahwa dokter adalah penghukum karena jika dia nakal dia akan di suntik dokter,” tutur perempuan yang lulus menempuh pendidikan strata duanya di Universitas Indonesia itu.

Imbuh dia, “Apalagi kalau ditambah kata seperti nanti disuntik dokter lo, hiii… takuuttt.. sakittt..”.

Setakat ini, Elvi Fatmawati tak lagi menakut-nakuti anaknya. Ia memilih membimbing anaknya dengan lebih sabar, memberi pemahaman lebih dalam tanpa harus membuatnya merasakan ketakutan. Dan setidaknya kini Nazwa tak lagi jeri terhadap dokter dan jarum suntiknya.

“Soalnya disuntik gak sakit, kayak digigit semut aja. Terus dokternya juga baik, suka kasih adek kue,” tandas Nazwa.

 

Laporan: Rizka Nanda

Editor: Mohamad iQbaL