People Power, NBA, dan Persebaya

Ada kesamaan antara Sacramento Kings dan Persebaya, dua ”home team” saya. Sama-sama sempat terancam hilang, sama-sama diselamatkan oleh people power. Bukti bahwa fans adalah segalanya.

Oleh AZRUL ANANDA

eQuator.co.id – Saya dibesarkan di Surabaya, Jawa Timur. Saya menginjak dewasa saat kuliah di Sacramento, California.

Persebaya Surabaya adalah home team orisinal saya. Tim yang sejak kecil jadi tontonan saya. Apalagi, ayah banyak terlibat di tim tersebut.

Sacramento Kings adalah home team kedua saya. Walau tidak pernah menjadi juara, Kings adalah tim NBA favorit saya sampai hari ini.

Kedua tim itu memiliki kesamaan. Saya mulai dulu dari Sacramento Kings.

Setelah berjaya di awal 2000-an, nyaris masuk final NBA, tim itu sempat terseok-seok di bawah kepemilikan keluarga kaya yang bisnis utamanya hotel judi di Las Vegas.

Saking terancamnya, beberapa tahun lalu Kings sempat terancam dipindah ke kota lain (Seattle, Negara Bagian Washington). Tepatnya pada musim NBA 2010–2011. Kondisi bisnis keluarga Maloof sedang tidak sehat. Juga, mereka frustrasi karena tak kunjung mampu menemui kesepakatan dengan pemerintah kota untuk membangun arena baru (yang diharapkan bisa meningkatkan potensi pemasukan).

Pada akhir musim 2010-2011 itu, tampaknya Sacramento harus bersiap kehilangan Kings. Padahal, ibu kota California tersebut tak punya tim olahraga profesional lain. Satu-satunya kebanggaan mereka ya Sacramento Kings tersebut.

Masyarakat Sacramento benar-benar marah, benar-benar berjuang agar Kings tidak pindah. Mereka juga berjuang agar keluarga Maloof menjual tim tersebut kepada pihak lain yang bersedia menetap di Sacramento.

Kampanye Here We Stay (Di Sini Kami Menetap) berkembang luas di seluruh kota. Sejumlah billboard dipasang, spanduk-spanduk dibentangkan, dan lain sebagainya.

Pihak NBA mendengar teriakan itu. Pemerintah kota ikut aktif melobi supaya Kings tidak pindah. Akhirnya, terjadilah voting di antara para pemilik klub NBA. Untuk menyetujui kepindahan Kings.

Doa para penggemar terkabul. Para pemilik klub menolak kepindahan Kings. Sacramento Kings tetap di Sacramento.

Keluarga Maloof akhirnya menjual tim itu kepada pihak lain. Pemerintah kota dan pemilik baru Kings menemukan kesepakatan untuk patungan membangun stadion baru (Golden1 Center), yang kemudian menjadi salah satu arena terbaik di seluruh NBA.

Sejak 2013 itu, Kings sekarang mencoba untuk merangkak lagi ke papan atas. Bukan proses yang mudah dan masih terus berjalan. Tapi, sekarang tim itu punya kejelasan dan bisa memikirkan strategi jangka panjang.

Tapi, penggemar Kings dan masyarakat Sacramento total men-support tim tersebut. Walau prestasi belum memuaskan, mereka tetap mendukung sepenuh hati. Penjualan season ticket alias tiket terusan Sacramento Kings tergolong salah satu yang terbaik di seantero NBA.

Sacramento Kings dan NBA menunjukkan komitmen mereka kepada penggemar di Sacramento dan masyarakat Sacramento membalas dengan komitmen yang sama untuk Kings. Bagi pembaca yang mengikuti perkembangan sepak bola nasional, ada banyak kemiripan antara Sacramento Kings itu dan Persebaya Surabaya.

Karena berbagai hal, yang sekarang sudah tidak perlu lagi dipusingkan atau diributkan, nasib Persebaya sempat tidak menentu. Tahunnya pun kurang lebih sama dengan Kings. Bisa saya rasakan, kekecewaan, amarah, dan kegalauan suporter Persebaya kurang lebih ya sama dengan yang dirasakan penggemar Kings itu.

Pengurus, suporter, dan lain-lain ikut berupaya agar Persebaya bisa kembali ke tempat yang semestinya. Sama-sama bernuansa people power.

Sekarang, Persebaya sudah kembali. Sekarang, Persebaya juga sudah ganti pemilik. Sekarang, Persebaya akan mencoba kembali melangkah ke barisan teratas.

Dua tim di negara yang berbeda. Dua tim dari cabang olahraga yang berbeda. Dua tim yang tetap bisa selamat dari cobaan berat berkat penggemarnya.

Malah sebenarnya ada satu lagi kemiripan. Selama bertahun-tahun, pendukung Kings diejek-ejek sebagai pendukung paling norak (cenderung dianggap kampungan) oleh yang lain. Karena dukungan mereka memang selalu riuh, dengan sorakan di dalam arena sebagai salah satu yang paling nyaring di seantero NBA.

Pernah, pada satu tahun, penggemar Kings diejek oleh seorang bintang lawan sebagai pendukung ”kota sapi” karena dianggap ”ndeso”. Balasannya? Pendukung Kings ramai-ramai datang menonton dengan menggunakan lonceng sapi.

Bunyi klunungan lonceng sapi itu kini menjadi salah satu identitas pendukung Sacramento Kings! Saya rasa, kita harus secara terbuka mengakui dan menyadari bahwa suporter Persebaya sempat punya image yang kurang positif.

Malahan, ini pertanyaan yang paling banyak ditujukan kepada saya, yang kebetulan sekarang menjadi direktur utama Persebaya.  ”Memangnya Bonek bisa berubah?” tanya mereka. ”Memangnya Bonek bisa diharapkan?” sindir mereka.

Menanggapi itu, saya biasanya tersenyum. Saya bilang, ”Kenapa tidak?” Saya meminta mereka membayangkan dalam posisi suporter Persebaya. Begitu rindu tribun, begitu sering dikecewakan, selama bertahun-tahun. Wajar kalau rasa frustrasi itu terus memuncak. Padahal, mereka hebat sekali, tetap loyal walau bertahun-tahun tidak ada pertandingan!

Saya lalu menunjukkan segala kampanye yang sedang gencar dilakukan oleh suporter Persebaya sekarang: No ticket, no game. No racism. Dan banyak hal positif lainnya.

Tentu akan perlu waktu untuk implementasinya secara 100 persen. Tapi, itu menunjukkan niat yang luar biasa.

Kepada barisan manajemen dan tim, saya sempat menyampaikan bahwa Persebaya harus menjadi contoh. Kalau timnya profesional dan baik, kalau pemainnya profesional dan baik, maka fansnya akan mengikuti aura positif tersebut.

Dan kalau semua kampanye itu menjadi kenyataan, maka apa yang terjadi di Sacramento akan terjadi pula di Surabaya. Komitmen baru tim terbalaskan oleh komitmen para penggemarnya. Saya –kami– yakin itu bisa terjadi. Saya –kami– yakin itu akan terjadi.

Saya paling suka kalau ada pihak yang mencibir dan tidak percaya. Karena itu justru memberi motivasi ekstra. Karena puasnya luar biasa kalau bisa membuktikan sesuatu yang dianggap tidak bisa.

Kepada seluruh suporter Persebaya, seluruh pihak yang terlibat dengan Persebaya, saya akan terus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Dan ayo kita buktikan bersama kalau kita bisa! (*)