Buaya timbul disangka mati, jangan percaya takhayul. Yang penting Imlek dan Capgome Singkawang meriah dihadiri Presiden Jokowi.
Suhendra, Singkawang
eQuator.co.id – Tak suah pernah, baru kali ini buaya sepanjang lebih dari satu meter sering bermunculan di Sungai Singkawang sehingga membuat ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di bantaran sungai menjadi cemas. “Kita khawatir juga dengan sering munculnya buaya-buaya itu. Sewaktu saya kecil tidak pernah melihat adanya buaya, sekarang sudah sering sekali. Belum sampai setahun ini, saya kerap melihat buaya dekat rumah ibu saya maupun di belakang rumah saya,” ungkap Desi Eriani, Ketua RT 18 RW 06 Kelurahan Jawa, Kecamatan Singkawang Tengah kepada Rakyat Kalbar, Jumat (20/1).
Kemunculan pertama, kata Desi, dari informasi pekerja membendung sampah-sampah di sungai oleh petugas kebersihan. “Kemudian muncul lagi saat pengerjaan mulainya pembangunan jembatan Agen Baru, dan terakhir saya lihat di belakang rumah,” katanya.
Menurut dia, ketika banjir Sungai Singkawang sebelumnya, buaya sempat muncul di halaman rumah warga. “Jadi ketika air pasang, ternyata buayanya ke tepi dan tentu masuk ke lingkungan pemukiman warga. Ini kan buat khawatir juga, apalagi anak-anak kan sering bermain air saat banjir,” ujarnya.
Dilapori secara tertulis oleh pengurus RT, BKSDA Seksi Wilayah III Singkawang diminta melakukan tindakan. “Bahkan surat secara tertulis itu tembusannya hingga ke Walikota Singkawang, dan sempat kita mendapat kabar bahwa Walikota berencana membangun tanggul di sekitar sungai Singkawang,” papar Desi.
Tak berapa lama, BKSDA Singkawang membalas. Isinya, buaya-buaya tersebut termasuk satwa yang dilindungi dan akan dievakuasi ke arah hulu sungai.
“Kita masih menunggu tindakan itu, karena keberadaan buaya ini membuat kami cemas, dan saya lihat buayanya sudah semakin besar sekitar 1,5 meter panjangnya, saya rasa lebih dari satu buayanya,” tandasnya.
PERTANDA BAIK
Adakah ini suatu isyarat buat Kota Singkawang yang akan menggelar Festival Imlek dan Capgome? Budayawan Tionghoa Singkawang, Wijaya Kurniawan, SH, menepis berbagai takhayul atau aura mistis kemunculan hewan purba itu.
“Tidak ada kaitannya dengan Imlek, ini murni kejadian alam saja. Tentu hewan tersebut bisa saja berada di mana-mana, karena sungai ini kan saling berhubungan satu dengan yang lain. Apalagi sisa-sisa pemotongan ayam di pasar yang dibuang di sungai tentu juga berpengaruh,” ujar Wijaya kepada Rakyat Kalbar, Jumat (20/1).
Namun, ia berharap kemunculan buaya juga pertanda membawa berkah menjelang Imlek. “Jadi bisa diibaratkan macan di air, tapi kita minta warga yang tinggal di sekitar sungai Singkawang agar waspada dan berhati-hati, khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan,” ingatnya.
Ia juga meminta agar dilakukan tindakan dari instansi terkait, khawatir buaya itu tidak hanya satu. Kalau ada anak tentu saja induk selalu mengawal karena buaya adalah satwa yang hidup berkoloni.
“Kalau ada betina dan jantannya, tentu bisa beranak pinak dan jangan sampai sudah banyak jumlahnya baru dilakukan tindakan. Kita khawatir juga, apalagi bagi anak-anal kecil yang sering bermain di dekat sungai, tentu bahaya sekali. Sebaiknya orangtua selalu mengawasi anak-anaknya saat bermain,” pungkas Wijaya.
ACTION BKSDA
Badan Koordinasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Wilayah III Singkawang akan menangkap buaya yang berada di Sungai Singkawang, untuk diselamatkan. “Memang sering ada laporan yang masuk, dan kami sampai ke lokasi, ternyata buaya sudah tidak ada lagi,” ujar Antonio Marques, Plh Kepala Tata Usaha BKSDA Seksi Wilayah III Singkawang, kepada Rakyat Kalbar, Jumat (20/1).
“Kita sebelumnya sudah memancing buaya untuk muncul, dengan berbagai umpan termasuk ayam, namun tidak muncul juga. Tapi kita akan berupaya menangkap buaya itu,” katanya.
Kata Antonio, upaya-upaya sudah dilakukan termasuk sebelumnya memasang jaring. “Kita tetap merespon setiap laporan dari masyarakat yang khawatir,” katanya sambil mengimbau warga terutama yang tinggal dekat bantaran Sungai Singkawang tetap hati-hati. “Terpenting jangan sampai mereka diganggu, dan tetap waspada saat mendekati sungai,” ujarnya.
Pengelola Bahan Perlindungan Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA Seksi Wilayah III Singkawang, Hermino Do Carmo Gusmao mengatakan bahwa asal muasal buaya yang sering muncul di Sungai Singkawang belum diketahui secara pasti asalnya.
“Yang pasti buaya itu bukan berada di kawasan mangrove, dan buaya itu terlihat juga sering berada di kawasan pohon nipah di kelurahan Tengah, dan munculnya buaya ini bukan juga pengaruh iklim,” katanya.
Gusmao juga belum bisa memastikan jumlah buaya yang sering timbul ke permukaan sungai. ”Yang sering terlihat hanya satu saja,” ujarnya.
Iwan, warga yang tinggal tak jauh dari Sungai Singkawang melihat buaya itu biasanya berjemur di hamparan tanah dekat sungai, tapi buaya itu cepat masuk ke dalam air apabila ada orang yang menghampirinya.
“Kehadiran buaya di sungai tentunya berpotensi membahayakan keselamatan warga di tepian sungai. Lama kelamaan buaya itu akan semakin besar dan menjadi induk buaya, sebaiknya diamankan dulu,” katanya.
Terlepas dari kenyataan munculnya buaya di Sungai Singkawang yang belum jelas asalnya, sang alligator itu muncul tak jauh dari Jembatan Jl Niaga hingga sekitar Jembatan Agen lama dan baru atau garatak jodoh. Nah, mungkin bukan buaya tengah mencari jodoh. (*)