Dari Sentiong Jadi Coffee Street

TEMPO DOELOE. Beginilah Jalan Gajah Mada Tahun 1971. Gertak kayu dan jalan tanah setapak merupakan wajah pusat wisata di masa lalu. ARSIP DAN DOKUMENTASI DAERAH KOTA PONTIANAK

eQuator.co.id–Ada nostalgia yang hilang dari Jalan Gajah Mada (GM) Pontianak. Wajah metropolis jalan tersebut tidak lagi menyisakan kepingan yang bisa dikenang Vincencius. Pria yang memasuki usia 78 tahun itu pernah menjadi wakil kepala Kampung Parit Tokaya sejak 1978.

“Kalau sekarang sudah tak ada, bangunan lama sudah tak ada di Gajah Mada, itu sudah baru semua,” kisah Vincen ditemui di kediamannya, Jalan WR Supratman, Gg. Waru III, Pontianak, Sabtu (14/1).

Ia mengingat bangunan di daerah tersebut adalah rumah-rumah kayu dengan atap daun dan sirap. Bukan pemukiman berharga selangit serupa sekarang. Dahulu Jalan Gajah Mada hanyalah pinggiran kota.

“Jalan utama itu yang ada hanya Jalan Tanjungpura, Gajah Mada itu masih kuburan sama kebun,” ungkapnya.

Di Tanjungpura lah pusat aktivitas masyarakat baik ekonomi maupun sosial. Termasuk pasar, gedung bioskop, hingga gedung pertemuan. Ia tidak bisa mengingat semua bangunan penting yang pernah ada di sepanjang jalan tersebut.