eQuator.co.id – Pontianak-RK. Ternyata jamaah umrah yang terlantar di Arab Saudi tak hanya 43 orang asal Sambas. Se-Kalbar jumlahnya mencapai 143 jamaah.
Merasa tak diurus di Madinah, salah seorang jamaah yang enggan namanya dikorankan mengungkapkan kekesalan kepada PT. Aulia Wisata Tour yang beralamat di Jalan Ali Anyang nomor 42 Pontianak. Menurut dia, penyedia jasa perjalanan umrah di bawah pimpinan Utin Novi Anggraini itu tidak kooperatif.
“Kami sama sekali tidak bisa menghubungi (via telpon maupun whatsapp) pemilik Aulia Travel. Tidak diberi makan dan tidak tahu harus kembali ke Kalbar kapan,” ungkapnya via seluler kepada sejumlah wartawan, Rabu (4/1).
Walhasil, terpaksa dia yang menanggung makan seluruh jamaah tersebut. Ia memaparkan, 143 jamaah yang terlantar terdiri dari dua rombongan. Sebanyak 104 orang sedang berada di Jeddah dan 39 orang lagi bersamanya di Madinah.
“Rombongan di Jeddah sampai saat ini tidak tau pulang ke Kalbar kapan, dan kami yang di Madinah ini malah tidak diberi makan dari pertama datang,” bebernya.
Ia berharap pengurus travel mengambil tindakan secepat mungkin. “Kalau sampai seminggu bahkan lebih tentu saya keberatan. Dimana tanggung jawab travel, sementara semua jamaah menghubungi pemilik Aulia Travel tidak bisa,” cetusnya.
Kantor PT. Aulia Wisata Tour dan Travel yang menempati sebuah rumah di Jalan Alianyang nomor 42 Pontianak didatangi Rakyat Kalbar pada sekitar pukul 10.15. Kondisinya kosong, tak terlihat seorang pun.
Namun, tak lama datang seseorang menggunakan sepeda motor jenis Vixion yang ternyata pengurus Aulia Wisata. Namanya Jamaludin bekerja sebagai staf desain.
“Memang ada keterlambatan kepulangan karena Maskapai Maldivest sedang mengalami kerusakan, dan insya Allah akan kembali pada 5 Januari ini melalui Kuala Lumpur,” terangnya.
Hanya saja, dia membantah pihaknya telah menelantarkan para jamaah. Ditegaskannya telah terjadi miskomunikasi.
“Kami sudah konfirmasi, bahkan pihak katering marah karena sudah menyiapkan makanan semenjak pukul 3 dini hari tapi tidak ada satupun jamaah yang mengambil makanan,” lugas Jamaludin.
Atas persoalan ini, Kepala Kantor Kementerian Agama wilayah Kalbar, Syahrul Yadi menginstruksikan seluruh travel umrah dan haji senantiasa melaporkan ketika membawa jamaah ke tanah suci. Hal ini penting guna mencegah terputusnya komunikasi jika terjadi sesuai di luar rencana perusahaan penyedia jasa tersebut.
“Seperti terlantar atau persoalan lain yang dialami jamaah ketika menunaikan ibadah umrah, di sini kadang-kadang terputus. Oleh sebab itu, maunya kami ada lapor, berangkat berapa jumlahnya, begitu juga pulangnya,” pintanya.
Menurut dia, penyedia jasa bagi 143 jamaah umrah yang katanya ditelantarkan tersebut tidak melaporkan keberangkatan jamaahnya kepada Kemenag. “Meski bukan keharusan, sebaiknya melapor berapa yang berangkat dan pulang. Ini masyarakat Kalbar yang ingin kita lindungi,” tutur Syahrul.
Sambungnya, “Jangan sampai berangkat (umrah) 100 dan pulangnya 99. Jadi satunya kemana? Apakah bergabung dengan ISIS? Itu yang kami takutkan”.
Di sisi lain, Syahrul mengajak masyarakat untuk berprasangka baik. Kejadian ini, menurut dia, murni musibah yang bisa dialami siapa saja.
“Agar kejadian serupa tidak terulang lagi, bagi calon jamah haji maupun umrah bisa melakukan beberapa langkah. Seperti memastikan keabsahan penyelenggarannya, terdaftar atau tidak? SK Travel ada ijin dari Kementerian Agama atau tidak? Lalu pastikan jadwal keberangkatan dan kepulangan, pastikan pula visa dan dapat hotel bintang berapa,” paparnya.
Apa langkah yang bisa dilakukan Kemenag? Kata dia, pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa karena berdasarkan kewenangan hanya sebatas memberikan dan membatalkan SK bagi penyelenggara haji dan umrah saja.
Senada, Kepala Kantor Kemenag wilayah Singkawang, Nahruji Sudiman. “Kita hanya bisa memantau, dan apabila hendak melaksanakan umrah maka sebaiknya berkoordinasi terlebih dahulu ke Kementerian Agama Kota Singkawang,” tuturnya.
Laporan: Gusnadi, Suhendra
Editor: Mohamad iQbaL