Pelaku Industri Otomotif Berkolaborasi, Rumah Sederhana Dominasi Properti

Mengeker Prospek Ekonomi dan Bisnis 2017 (6)

Ilustrasi : Internet

eQuator.co.id – Kolaborasi dan restrukturisasi bisnis otomotif bakal mencuat seiring dengan kiat ketatnya kompetisi. Selain itu, momentum pemulihan diharapkan mengentaskan industri dari kelesuan.

Mulai 1 April 2017, Mitsubishi Group akan efektif merestrukturisasi skema bisnisnya di Indonesia. Presiden Direktur PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) Hisashi Ishimaki mengumumkan restrukturisasi di tubuh organisasi bisnis kendaraan Mitsubishi di Indonesia dengan tiga poin utama.

Pertama, KTB bakal menjadi perusahaan yang hanya bergerak di bisnis Mitsubishi Fuso Truck and Bus Corporation (MFTBC). Fungsinya ganda: manufaktur dan distributor. Kedua, mengalihkan bisnis manufaktur Mitsubishi Motors Corporation (MMC) ke PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKI). MMKI berdiri sejak Desember 2014 sebagai perusahaan manufaktur produk-produk MMC dengan porsi kepemilikan saham MMC (51 persen), Mitsubishi Corporation/MC (40 persen), dan Krama Yudha/KY (9 persen).

Ketiga, mengalihkan bisnis distribusi MMC ke perusahaan baru yang sedang dipersiapkan. Saat ini perseroan menggodok pembentukan dua entitas baru yang akan menjalankan dua operasional bisnis. Yakni, merek MFTBC untuk bisnis commercial vehicle (CV) serta merek MMC untuk bisnis passenger car dan light commercial vehicle (LCV) alias kendaraan niaga ringan.

Perusahaan baru yang mulai aktif pada April 2017 tersebut adalah perusahaan anyar sebagai distributor MMC dengan kepemilikan saham yang terdiri atas MC (40 persen), KY (30 persen), dan MMC (30 persen). Kedua, KTB sebagai manufaktur dan distributor MFTBC dengan komposisi kepemilikan saham yang terdiri atas KY (40 persen), MC (30 persen), dan MFTBC (30 persen).

’’Nanti setiap perusahaan lebih berfokus. Lebih sederhana secara fokus kerjanya,’’ kata Ishimaki, ditemui belum lama ini.

Restrukturisasi didorong perkembangan situasi, terutama untuk memenuhi demand dan memperluas bisnis kendaraan Mitsubishi di Indonesia. KTB, menurut dia, berdiri sejak 1970 di Indonesia. Sejak itu, kegiatan bisnis dijalankan, terutama oleh KY yang bermitra dengan MC.

Di lintas merek, Mitsubishi juga mulai berkolaborasi dengan Nissan yang belum lama ini mengakuisisi 34 persen saham Mitsubishi di Jepang. Ditambah lagi, kepemilikan Nissan di Renault membuat kolaborasi ketiganya sangat memungkinkan. Nissan menyatakan bahwa kolaborasi strategis nanti dikembangkan dengan dimulai dari kawasan Asia Tenggara.

Begitu juga Grup Toyota yang meningkatkan kolaborasi dengan Daihatsu selaku anak usahanya. ’’Tahun depan kami harap situasi pasar makin baik. Kami akan meminta Daihatsu membikin kendaraan yang lebih dibutuhkan konsumen dengan kualitas yang baik,’’ tutur President Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Hiroyuki Fukui.

Grup Toyota belum lama ini juga mengumumkan kolaborasi dengan Daihatsu untuk membentuk entitas baru sebagai pusat pengembangan produk. Terutama untuk mobil kecil.

’’Tapi, itu masih nanti dalam jangka panjang. Kami bakal jadikan Indonesia sebagai hub,’’ ujarnya.

Vice President Director TAM Henry Tanoto mengakui, kompetisi memang akan makin ketat. Namun, semua itu berdampak positif kepada konsumen dan para pelaku industri.

’’Pada intinya, berlomba memberikan yang terbaik,’’ ucapnya.

Henry memperkirakan tahun depan pasar mobil nasional berpotensi tumbuh 3–5 persen jika dibandingkan dengan tahun ini. ’’Kalau tahun ini 1,060 juta sampai 1,070 juta unit, berarti tahun depan bisa sedikit lebih tinggi lah di sekitar 1,1 juta,’’ ungkap Henry.

Indikator pertumbuhan terlihat dari potensi makin membaiknya makroekonomi dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi lebih dari 5 persen. Selain itu, pergerakan harga komoditas tampak cukup positif.

’’Exchange rate juga cukup stabil tahun ini. Semoga berlanjut membaik ke tahun depan,’’ katanya.

Dia juga menyinggung pertambangan yang bakal menggeliat seiring dengan tren naiknya harga batu bara. Komoditas perkebunan seperti kelapa sawit juga membaik.

’’Jadi, tahun ini sebagai fondasi cukup baik situasinya. Kalau berlanjut, otomotif ikut membaik,’’ terangnya.

Henry menuturkan, pasar otomotif selalu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Saat makroekonomi positif, penjualan mobil juga membaik. Tantangan tentu masih ada. Salah satunya dari suku bunga. Tahun depan masih ada proyeksi suku bunga kembali ketat. Padahal, mayoritas pembelian mobil atau lebih dari 60 persen dilakukan melalui kredit.

’’Interest rate pasti berpengaruh,’’ tandasnya.

YAKIN HUNIAN Rp1 M DIMINATI

Di sisi lain, sektor properti selalu berjalan segaris dengan kondisi makroekonomi. Para pelaku usaha di bidang itu pun optimistis bisa memanfaatkan momentum pemulihan tahun depan.

Tahun ini merupakan masa yang berat bagi industri properti. Namun, Ketua Realestat Indonesia (REI) Jatim Happy Gunawarman optimistis pasar properti secara umum sedikit membaik dalam 1­–2 tahun mendatang. ’’Itu didasarkan pada membaiknya ekonomi makro dan mikro,’’ ujarnya.

Di dalam negeri, kebijakan pemerintah sejak tahun ini berfokus menghilangkan kendala yang berkaitan dengan pertumbuhan industri properti. Pelonggaran aturan uang muka hingga kebijakan penurunan suku bunga diharapkan bisa membawa pengaruh besar pada tahun depan. Ada pula kebijakan seperti dana amnesti pajak yang dapat diinvestasikan dalam properti.

Tekanan terhadap harga properti diproyeksi masih berlanjut hingga dua tahun mendatang. ’’Tapi, ada beberapa pengembang yang optimistis tekanan terhadap harga properti mulai berkurang,’’ katanya.

Segmen high-end relatif tidak bergerak. Diikuti segmen menengah yang tumbuh lambat. Sebaliknya, segmen menengah ke bawah masih mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi. ’’Data backlog menunjukkan bahwa kebutuhan perumahan terus meningkat setiap tahun, khususnya untuk perumahan tapak sederhana. Kondisi itu tidak terlepas dari terbatasnya kemampuan masyarakat membayar uang muka dan angsuran,’’ ungkapnya.

Direktur PT Ciputra Surya Tbk Sutoto Yakobus menyebutkan, secara umum pertumbuhan industri properti tahun depan mencapai 10–15 persen. Prediksi tersebut disertai syarat momen politik seperti pilkada berlangsung dengan aman. Bagaimanapun juga, stabilitas politik berpengaruh besar terhadap sektor properti. Sebenarnya properti masih berpeluang tumbuh lebih tinggi kalau program amnesti pajak sudah berkontribusi nyata.

’’Kalau tax amnesty telah masuk, properti bisa tumbuh 20 persen saja sudah bagus,’’ tuturnya. Namun, pengembang tidak mau hanya mengandalkan amnesti pajak. Sutoto masih yakin tren pasar properti menengah memiliki permintaan tinggi. ’’Hunian dengan kisaran Rp 1 miliar paling diminati,’’ jelasnya. (*/bersambung/Jawa Pos/JPG)