eQuator – Pola pergerakan yang berusaha untuk memecah belah bangsa dan memperlemah persatuan serta kesatuan, antara lain tindakan yang merusak generasi muda secara fisik dan nonfisik.
“Fisik, seperti contoh adalah narkoba dan yang merusak secara nonfisik adalah seperti de-ideologi Pancasila. Yang akhirnya dalam diri generasi muda tertanam sikap-sikap saling membenci, saling curiga, lebih mementingkan kelompok, egois dan bersikap hedonis dan fanatisme sempit,” ujar Wakil Gubenur Kalbar, Christiandy Sanjaya dalam acara pembukaan Pelatihan Kader Lanjut (PKL) dan Orasi Kebangsaan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Provinsi Kalbar, yang berlangsung di Aula Asrama Haji Pontianak, Kamis (5/11).
Wagub mengingatkan, betapa strategisnya kedudukan pemuda dan peran pemuda dalam konstelasi ke Indonesiaan, khususnya dalam menjaga eksistensi dan keberlanjutan NKRI. Maka pemuda harus dipersiapkan melalui proses pendidikan dan sosialisasi akan nilai-nilai Pancasila, pluralisme, kepahlawanan, patriotisme dan nasionalisme sejak dini.
“Melalui berbagai sarana dan berbagai metode agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi pemuda Indonesia yang berjiwa Pancasilais dengan ciri-ciri agamis, pluralis, nasionalis, demokratis, patriotik dan bersikap adil serta bijaksana,” paparnya.
Ciri-ciri tersebut sepertinya utopis dan idealis. Namun kalau semua pihak dan semua mau bersinergi serta berusaha sungguh-sungguh tiada impian yang tidak tercapai.
Wagub menjelaskan, masa-masa mahasiswa merupakan masa emas untuk pertumbuhan intelektual, spiritual dan emosional. Pada masa tersebut jika tidak dikelola dan diarahkan dengan baik maka pertumbuhan tidak akan maksimal atau perkembangannya menjadi negatif.
“Perilaku negatif atau perilaku menyimpang yang bertentangan dengan norma hukum, norma sosial dan norma agama. Akibat dari pola asuh dan pengelolaan intelektual, spiritual dan emosional yang salah atau tidak terkontrol dengan baik,” ulasnya.
Selain itu, dalam diri generasi muda sedang terjadi proses mencari jati diri yang rentan terpengaruh oleh hal-hal instan yang dinilai nyaman, baik atau enak dalam sesaat. Tetapi pada dasarnya dan akhirnya akan dapat merusak secara perlahan, tetapi pasti bagi masa depannya.
Menurutnya, fase pengkaderan melalui Pelatihan Kader Lanjut (PKL) dan Orasi Kebangsaan yang dilaksanakan tersebut bertujuan untuk membangun dan memperkuat basis pengetahuan.
Yang setidaknya bermetamorfosis dari mujahid dan memiliki komitmen terhadap nilai-nilai pergerakan dan indikator yang selalu siap mewakafkan dirinya untuk kepentingan gerakan. Serta memiliki kemampuan dan keterampilan mengelola organisasi, mampu mengembangkan kualitas kepemimpinan dan merancang strategi gerakan jangka pendek serta jangka panjang dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan, khususnya di Kalbar.
Wagub berharap, agar para kader dan para calon kader mujahid dapat merubah dan mendesain pola kaderisasi dan gerakan ke depan. Yaitu dengan cara melatih dan mendorong mentalitas kader yang mulai berkurang. Hal tersebut telah terbukti dengan banyaknya tokoh-tokoh nasional, regional maupun lokal yang dilahirkan dan sudah terbukti kualitasnya. Dan hal ini harus tetap dipertahankan oleh calon-calon mujahid.
Acara PKL yang dilaksanakan selama 3 hari tersebut mengangkat tema “Memaknai Semangat Nasionalisme, Membangun Karakter dan Kemandirian Pemuda Dalam Bingkai NKRI” yang diikuti oleh PC. 12. Dengan menghadirkan nara sumber, diantaranya dari Kodam XII/TPR.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Ka Badan Kesbangpol, Kementerian Agama Provinsi Kalbar serta pengurus PMII Kalbar. (fie)