Sutarmidji Ajak Jaga Pontianak

TNI/Polri Patroli, Polres Singkawang Gelar Olah TKP

DOA BERSAMA. Gabungan organisasi keagamaan dan mahasiswa melakukan doa bersama, mengenang Intan Olivia, korban ledakan bom di Gereja Oikomene Samarinda di Taman Digulis Untan, Selasa (15/11). ZAINUDDIN

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Aksi pengeboman di Samarinda, Kaltim dan pelemparan molotov di Kota Singkawang jangan sampai terjadi di Kota Pontianak.

Walikota H. Sutarmidji, SH, M.Hum mengajak warganya menjaga kondusifitas. Agar Kota Pontianak tetap aman dan nyaman.

“Kita berharap apa yang sudah kita bangun untuk Kota Pontianak, bisa kita jaga sama-sama untuk kenyamanan bersama. Saya mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat, mari kita menjaga iklim yang kondusif, aman, nyaman dan tertib di kota tercinta ini,” kata Sutarmidji, Selasa (15/11).

Walikota dua periode ini meyakini warganya bisa menjaga iklim yang kondusif, toleransi, saling menghormati antaretnis dan umat beragama. Dia berpesan, semua pihak menghindari kesalahpahaman yang berkaitan dengan etnis maupun agama. Sarannya, siapa pun tidak bicara tentang agama yang dianut orang lain. Biarkan masing-masing pemeluk agamanya yang tahu, menjalankan ajaran agamanya sesuai dengan kitab suci agama itu masing-masing.

“Mari kita jaga Kota Pontianak, mari kita buat kota ini tetap nyaman di dalam keberagaman. Saya berharap rasa toleransi, kebersamaan dan saling menghormati antara satu etnis dengan etnis yang lainnya dan antara satu penganut agama dengan agama lainnya perlu mendapat perhatian kita bersama,” harap Sutarmidji.

Kepada para ulama dan tokoh agama, hendaknya terus memberikan pemahaman yang mudah dicerna dan dipahami para penganut agama mereka masing-masing. Bila tidak, maka akan terjadi kesalahpahaman dan menyebabkan gesekan-gesekan antarpemeluk agama.

Peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Forum Pembauran Kebangsaan, perlu secara intensif melakukan pertemuan. Membahas langkah-langkah yang perlu mereka lakukan dan didiskusikan.

“Tidak hanya pada tataran elit, masyarakat juga harus diberikan pemahaman. Supaya tetap bisa menjaga iklim yang kondusif,” ujar Sutarmidji.

Sebelumnya, Sutarmidji mengungkapkan keprihatinannya atas kasus ledakan bom di Samarinda dan Kota Singkawang. Selaku kepala daerah, dia menyadari keprihatinan semua umat. Bahkan dia yakin, semua pemeluk agama turut prihatin dengan peristiwa yang memilukan itu.

Sutarmidji berharap, kejadian itu dijadikan sebagai media untuk semakin saling memahami. Tidak ada provokasi apapun di Kota Pontianak. Masyarakat diminta melihat berita-berita di media sosial secara utuh. Media pemberitaan tidak memberitakan sepotong-sepotong, tetapi harus jelas dan lengkap. Supaya masyarakat tidak salah menafsirkan.

“Jangan memenggal suatu wawancara, sehingga artinya tidak utuh. Masyarakat jangan terlalu cepat percaya apa yang dimuat di media sosial. Karena bisa saja itu sudah diedit atau potongan-potongan wawancara atau karangan sendiri dengan akun-akun fiktif,” tegas Sutarmidji.

Perbedaan etnis, ajaran agama yang dianut, bukan berarti tidak bisa saling menyayangi dan tidak bisa saling menghormati. Perbedaan itu bukan untuk permusuhan atau mencari pertentangan. Melainkan untuk saling menghormati.

“Kalau semuanya berpijak pada saling menghormati, maka saya yakin tidak akan ada gesekan-gesekan apapun. Kita lakukan kehidupan yang kita jalani di muka bumi ini dengan nyaman, supaya kita mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat,” ungkap Sutarmidji.

Walikota Sutarmidji mendukung aparat keamanan menindak tegas siapa pun yang membuat ketidaknyamanan di Kota Pontianak. Iklim yang kondusif harus tetap terjaga untuk keberlanjutan pembangunan kota. Dia meminta semua pihak perlu meningkatkan kewaspadaan. Ketua RT harus peduli dengan lingkungannya.

“Kalau di situ 1 x 24 jam atau 2 x 24 jam tamu harus lapor dengan RT, kalau tidak lapor, segera suruh keluar orang tersebut dari RT bersangkutan,” tegasnya.

Khatulistiwa Berdoa

Warga Kota Pontianak melakukan doa bersama dalam aksi Khatulistiwa Berdoa dengan menyalakan 1.000 lilin. Begitu banyak isu yang ingin memecah NKRI. Puncaknya teror di Samarinda yang mengorbankan anak-anak. Begitu juga lemparan molotov di Vihara Budi Dharma Kota Singkawang dan di Gereja Khatolik Malang.

Doa bersama ini dilakukan oleh beberapa organisasi berlatar Kristen Protestan, Khatolik dan Islam yang difasilitasi GMKI di Tugu Digulis Universitas Tanjungpura (Untan), Selasa (15/11).

Mereka yang melakukan doa bersama meliputi pengurus dan anggota GMKI, GMNI, PMII, PMKI, Ikatan Alumni Bujang Dara Gawai Dayak, IMKB, GAMKI Pontianak, Kubu Raya dan Kalbar serta PMK Kota Pontianak. Eratnya rasa persatuan antarumat beragama di Kota Pontianak dan Kalbar pada umumnya ini patut menjadi contoh.

Sambangi Rumah Ibadah

Mengantisipasi berbagai bentuk teror di Kota Pontianak dan Kubu Raya, Kodim 1207/BS Pontianak bersama kepolisian melakukan patroli dialogis di setiap rumah ibadah di wilayah hukumnya, Selasa (15/11). Patroli itu gencar dilakukan sejak maraknya pengeboman rumah ibadah.

Komandan Kodim 1207/BS Pontianak, Kolonel Inf Jacky Ariestanto mengatakan, patroli dialogis ke rumah-rumah ibadah ini dilakukan dijam-jam rawan. Selain di masjid, gereja, vihara dan pura, patroli juga dilakukan di objek-objek keramaian. “Sejak dua bulan lalu kami sudah melakukan patroli ini pasca pemboman di Medan. Setelah insiden itu, kita melaksanakan siaga satu dan kita berpatroli secara acak,” kata Jacky di Makodim.

Tentunya, sambung Jacky, patroli-patroli yang dilakukan ini untuk mengantisipasi, agar Kota Pontianak dan Kubu Raya aman dari segala bentuk teror. Terlebih, beberapa hari terakhir terjadi pemboman Gereja Oikomene di Samarinda, Kaltim maupun yang diduga terjadi di Vihara Budi Dharma, Kota Singkawang.

“Patroli ini dengan sitem dialogis atau komunikasi sosial kepada masyarakat, di objek-objek yang dirasa perlu diamankan. Pelaksanaan ini tentu atas perintah komando atas, yakni Pangdam XII/Tanjungpura,” ucap Jacky.

Dalam patroli ini, kata Jacky, selain bersama-sama kepolisian dalam hal ini Polresta Pontianak, juga melibatkan berbagai komponen masyarakat. Selain untuk memberikan rasa aman dan berkomunikasi kepada masyarakat, sekaligus bisa memberikan bimbingan pada masyarakat, agar tercipta kondisi polisi bagi diri sendiri.

“Masyarakat bisa menjadi polisi bagi diri sendiri maupun keluarga serta lingkungan sekitar. Jika terjadi persoalan, mereka bisa dengan cepat memberikan informasi, baik kepada pihak Kodim 1207/BS maupun kepolisian,” ungkapnya.

Paling tidak, tadinya ingin berbuat jahat, namun karena melihat kesiapan segala pengamanan baik dari TNI/Polri maupun masyrakat, maka pelaku tersebut akan mengurungkan niatnya.

Jacky meminta masyarakat tidak mudah terpancing isu provokasi yang disebarkan oknum-oknum tak bertanggungjawab. Ia mengajak, bijaklah menyikapi isu sara demi bersama-sama menjaga kemanan daerah. “Insya Allah, saya mengharapkan dan memprediksi wilayah Kota Pontianak dan Kubu Raya aman. Karena masyarakatnya heterogen, sudah beratus-ratus tahun saling mengenal dan mempercayai satu sama lain,” ungkap Jacky.

Patroli Selasa kemarin dipimpin Kaur Ops Kodim 1207/BS Pontianak, Kapten Arm Endang Rosadi. Rumah ibadah pertama yang didatangi dan diawasi, Gereja HKBP Pontianak, kemudian dilanjutkan ke Pondok Pesantren di Ampera, Masjid Mujahidin, Vihara di Ahmad Yani dan terminal antarnegara di Sungai Ambawang. Petugas memeriksa bagian-bagian tempat yang dikunjungi dan berdialog dengan pengurus atau penjaganya.

“Patroli dialogis kita, sistemnya acak dan waktu tak terbatas. Cek ke lokasi yang menjadi target, apakah ada yang mencurigakan atau tidak. Setelah kami merasa yakin aman, maka baru dilanjutkan ke tempat lainnya,” kata Endang.

Intinya, lanjut Endang, ingin memberikan rasa aman bagi seluruh masyarakat, baik Kota Pontianak maupun Kubu Raya dan Kalbar pada umumnya. “Sebelum bom molotov itu, kita sudah laksanakan tugas patroli ini,” ujarnya.

Olah TKP Vihara

Polres Singkawang melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Vihara Budi Dharma (Kwan Im Kiung), Selasa (15/11).

“Olah TKP ini terkait pelemparan molotov di Vihara Budi Dharma, Senin (14/11) pukul 02.30 dinihari,” kata AKBP Sandi Alfadien Mustofa, Kapolres Singkawang.

Tujuan olah TKP, memperkuat keterangan para saksi yang sudah diperiksa. Pasca kejadian, ada enam saksi yang telah diperiksa. Tidak menutup kemungkinan akan bertambah. “Nantinya baru bisa menyimpulkan, siapa dan apa motif pelaku dari aksi tersebut,” kata AKBP Sandi.

Polisi juga telah menyita barang bukti berupa empat botol berukuran sedang yang sudah pecah di halaman Vihara Budi Dharma, Jalan GM Situt, Kota Singkawang.

“Diduga botol-botol inilah yang digunakan pelaku untuk melakukan upaya pembakaran Vihara Budi Dharma Singkawang,” tegasnya.

Sandi mengatakan, berdasarkan keterangan saksi, ada dua pelaku yang dicurigai. Tidak menutup kemungkinan ada pelaku lainnya yang terlibat.

 

Laporan: Fikri Akbar, Ocsya Ade CP, Zainuddin, Suhendra

Editor: Hamka Saptono