Dingin dengan Obama

KETEMUAN. Deretan foto pertemuan Obama dan Trump yang disebut hangat tetapi sebenarnya kaku. Jawapos.com

eQuator.co.id – Hari pertama setelah terpilih sebagai presiden AS ke-45 diisi Donald Trump dengan sowan kepada Barack Obama, presiden yang akan digantikannya di Gedung Putih, serta Ketua House of Representatives (DPR AS) Paul Ryan di Capitol Hill. Trump ditemani sang istri, Melania, dan Wakil Presiden Mike Pence.

Ryan berusaha keras terlihat ramah terhadap Trump. Selama masa kampanye, mereka sempat berseberangan meski sama-sama dari Partai Republik. Ryan secara terbuka menyatakan tidak mendukung pencalonan Trump karena kerap melontarkan pernyataan yang melecehkan seseorang.

Dalam kesempatan itu, Ryan mengajak Trump ke balkon di kantornya. Dari balkon tersebut, keduanya bisa melihat Washington Monumen dan panggung yang sedang dibangun untuk pengambilan sumpah Trump sebagai presiden ke-45 nanti. Selain itu, hotel baru Trump yang baru saja diresmikan bisa dilihat dari balkon tersebut.

Trump yang merupakan orang baru di dunia politik mengungkapkan bahwa dirinya tidak sabar bergabung dengan Ryan untuk mulai mengimplementasikan kebijakan-kebijakan baru.

”Seperti yang kalian tahu, kami akan menurunkan pajak. Kami akan memperbaiki layanan kesehatan dan membuatnya lebih terjangkau dan lebih baik,” ujar Trump. Dia juga kembali menjanjikan lapangan pekerjaan yang sangat banyak untuk penduduk.

Pria yang tercatat sebagai presiden tertua yang terpilih dalam pilpres AS itu tampak lebih santai saat berada di Capitol Hill. Hal tersebut berbeda dengan saat dia bertemu Obama beberapa jam sebelumnya. Keduanya tampak sangat kaku. Bahasa tubuh keduanya menunjukkan bahwa masih ada ketegangan yang tersisa. Secara terang-terangan, dua tokoh itu saling serang selama periode kampanye.

Trump masuk ke Gedung Putih lewat pintu sisi selatan, bukan pintu utama. Hal tersebut tampaknya dilakukan untuk menghindari kamera jurnalis dan staf kepresidenan. CBS News menyebutkan, ada tiga hal yang terlewat dalam kunjungan kali pertama Trump ke Gedung Putih sebagai presiden terpilih.

Biasanya, presiden terpilih akan disambut dengan hangat di halaman White House oleh presiden yang akan menyerahkan tampuk kekuasaannya. Karena Trump masuk ”sembunyi-sembunyi”, jelas tradisi sambutan tersebut tidak ada. Begitu pula tradisi foto bersama di luar ruangan. Trump dan Obama tidak memiliki foto tersebut.

Dan yang terakhir adalah keceriaan saat pertemuan di dalam ruangan. Foto-foto Trump dan Obama sangat jauh berbeda dengan foto mantan Presiden Bill Clinton saat menyambut Presiden terpilih kala itu, George W. Bush.

Trump pernah menyebut Obama adalah presiden paling buruk sepanjang sejarah AS. Dan Obama mengatakan kalau tokoh Partai Republik itu tidak pas menjadi presiden.

Namun, Jumat (11/11) menjadi hari bersejarah bagi mereka berdua. Akhirnya, keduanya bertemu dengan jabatan yang sama. Presiden. Berbincang lebih dari sejam di ruangan Oval, mereka berusaha melupakan hubungan pahit yang sudah terjadi. Disebutkan Obama, mereka berbincang hangat tentang persatuan dan transisi kekuasaan yang damai.

Hanya saja, hasil foto mengatakan hal sebaliknya. Hasil-hasil foto yang dimiliki media menunjukkan betapa masih ada bara di antara keduanya. Dari foto atas (dari kiri atas) terlihat keduanya menjaga jarak dan bingung mau mengatakan apa kepada media.

Foto kedua, saat bersalaman, keduanya seolah tidak ikhlas. Bersalaman tanpa tatapan mata seolah sedang marahan. Foto ketiga, ketika Obama berbicara, Trump mencoba melihat ke arah Obama. Tetapi mungkin juga dia melihat ke arah lain.

Foto deretan bawah (dari kiri) ketika salaman kali kedua sebelum pembicaraan berakhir, Obama melihat ke arah Trump tetapi Trump menolak melihat balik. Cieee… semacam dipaksa baikkan tetapi enggan. Namun, akhirnya semua ketegangan itu usai ketika Obama mengatakan pertemuan dengan media usai. Keduanya pun tertawa lepas. Lega.

Berdasar ahli bahasa tubuh Patty Wood yang diwawancarai Daily Mail, melihat posisi duduk keduanya, Obama dan Trump menunjukkan kalau keduanya berada dalam posisi aplha.

”Masing-masing menunjukkan kalau saya jagoannya,” kata Wood.

Obama, disebut Wood, lebih mendemontrasikan kekuatan dan secara tidak sadar mengatakan, saya masih memiliki kekuasaan. ”Sementara, Trump, dilihat dari tangannya yang seperti sedang berdoa namun posisinya ke bawah, memperlihatkan kalau dia mempelajari sesuatu yang tidak dia ketahui sebelumnya,” ulasnya.

Dan, Trump sendiri, tampaknya, membenci dan ingin menghindari media. Kemarin (11/11) untuk kali pertama Trump kembali mencuit di akun Twitter-nya.

”Baru saja menggelar pemilu yang sukses dan terbuka. Kini demonstran profesional yang dihasut oleh media sedang unjuk rasa. Sangat tidak adil!” tulis Trump.

Sejak Rabu (9/11) Trump memang hilang dari pantauan media. Tidak ada yang tahu di mana dirinya. Ajudannya menyatakan, Trump tengah berada di New York bersama para penasihatnya. Saat bertemu dengan Obama, Trump juga menolak mengizinkan jurnalis bepergian bersamanya dalam pertemuan bersejarah tersebut.

Organisasi media sempat meminta ada beberapa jurnalis yang mengikuti setiap jejak langkah Trump saat berada di Washington, tapi penasihat Republik menolaknya.

”Keputusan tersebut bisa membuat warga Amerika buta akan keberadaannya dan kondisinya pada saat krisis nasional,” ujar koresponden Reuters di White House Jeff Mason.

Tim yang dibawa oleh Trump juga tidak memberikan jadwal harian maupun update kegiatan yang dilakukan suami Melania tersebut. Mereka juga tidak memberitahukan pemimpin dunia siapa saya yang sudah mengontak Trump. Ucapan selamat tersebut diketahui publik karena diberitakan media dari negara-negara lain.

White House biasanya mengeluarkan pernyataan terkait siapa saja pemimpin dunia yang mengucapkan selamat kepada presiden terpilih. Beberapa detail percakapan bakal diungkapkan. Namun, Trump yang merasa dianaktirikan oleh media memilih untuk menutup diri. (Jawa Pos/JPG)