Sepekan, Presiden Inspeksi Pasukan Beruntun

Beralasan untuk Pastikan Loyalitas

Jokowi

eQuator.co.id – Untuk kesekian kalinya, Presiden Joko Widodo menginspeksi pasukannya usai aksi demonstrasi 4 November. Setelah sebelumnya menginspeksi TNI AD, Polri, dan Kopassus, kemarin (11/11) giliran Korps Brimob dan Marinir yang disambangi oleh Presiden. Loyalitas menjadi alasan utamanya.

Kunjungan diawali ke Mako Brimob Kelapa Dua Depok. Pukul 8.30, Jokowi mengapelkan 3.169 personel brimob. Sementara saat mengunjungi Mako Brimob di Kelapa Dua, Presiden Jokowi mengapresiasi kekompakan dan profesionalitas dari Korps Brimob. Jokowi menuturkan, terima kasih untuk seluruh anggota Korps Brimob yang sedang bertugas di seluruh pelosok tanah air. ”Brimob telah menjaga seluruh masyarakat tanpa membedakan suku, agama dan golongan,” ungkapnya.

Dia menuturkan, semua anak bangsa harus dilindungi. Namun, bila sebuah bangsa besar, seperti Indonesia menghabiskan energy untuk pertentangan suku, ahaman dan golongan, tentu merupakan langkah mundur. ”saya menginginkan agar Indonesiua menjadi contoh terbaik dalam mengelola keberagaman,” ungkapnya.

Jokowi menyebut bahwa sebagai pimpinan tertinggi kepolisian, Korps Brimob tentu harus menjalankan dan menjaga undang-undang 1945 dan pancasila.””selalu perkuat kekompakan dan bekerjasama dalam menjalankan tugas,” ungkapnya.

Bila terdapat masalah yang hadir. Maka, Brimob harus bisa menyelesaikannya. Jangan sampai menunggu dan menunggu, hingga masalah menjadi kian besar. ”harus langsung diselesaikan,” tuturnya.

Disinggung mengenai rencana aksi demo lanjutan, Jokowi berharap tidak sampai terjadi. Dia ingin demonstrasi terkait kasus Ahok cukup sampai 4 November lalu saja. ’’Kita mengharapkan tidak ada demo-demo lagi karena proses hukum sudah dilakukan,’’ tambah Presiden 55 tahun itu.

Usai mengapelkan pasukan Brimob, Jokowi bergeser ke markas Korps Marinir di Kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Dia disambut ribuan pasukan di lapangan upacara. Di belakang pasukan, sejumlah alutsista seperti tank dankendaraan lapis baja lainnya diparkir berjajar. Sebuah tank amfibi BMP-3F bertuliskan Indonesia 1 menjadi podium untuk Presiden sekaligus kendaraan inspeksi pasukan.

Usai pengarahan, Jokowi menyalami barisan terdepan dari seluruh pasukan. Saat menyalami kompi terakhir, tubuh Jokowi diangkat dan diarak kembali menuju tank untuk sesi foto. Yel-yel diteriakan sebelum sesi foto berlangsung.

Jokowi meminta prajurit marinir menjadi perekat kemajemukan masyarakat Indonesia. ’’Kita ingin yang mayoritas melindungi yang minoritas. Yang minoritas menghormati mayoritas,’’ ujarnya. Dia mengingatkan, banyak bangsa yang harus terpecah belah dan cerai berai akibat tidak mampu mengelola perbedaan. Berbeda dengan Indonesia yang mampu menikmati persaudaraan di tengah perdamaian.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menuturkan, ini kali pertama dia mendatangi markas Marinir sebagai Presiden. ’’Yang pertama dulu waktu masih gubernur,’’ tutur Jokowi. 31 ribu marinir merupakan kekuatan yang besar untuk mempertahankan NKRI.

Disinggung mengenai inspeksi pasukan yang dilakukan secara beruntun , Jokowi beralasan bahwa sebagai panglima tertinggi dia belum pernah mengunjungi para prajuritnya. ’’Yang kedua, dalam ketatanegaraan kita, saya ingin memasikan semuanya loyal pada negara, setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan NKRI,’’ lanjutnya.

Rangkaian safari Jokowi sepanjang pekan ini dmulai dari Mabes TNI AD Senin (7/11) lalu. Dia mengapelkan 2.000 prajurit TNI yang mengamankan jalannya aksi demonstrasi. Selasa (8/11), Presiden datang ke PTIK menemui perwira dan personel kepolisian. Kemudian, Kamis (10/11) Jokowi mendatangi Mako Kopassus usai upacara ziarah nasional di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Hal senada disampaikan Wapres Jusuf Kalla. Menurut dia, tidak ada kekhawatiran tertentu yang membuat presiden menginspeksi pasukan secara beruntun. ’’Menginspeksi pasukan, kesiapan pasukan, ya tentu bahwa Presiden ingin melihat itu, sebagai panglima tertinggi,’’ ujar JK di Istana Wapres kemarin. Meskipun begitu, apabila memang situasi dikatakan memanas, maka harus disiapkan aparat keamanan dengan bijaksana.

Mengenai rencana aksi susulan pada 25November mendatang, JK mengatakan bahwa aksi demonstrasi merupakan hal yang sering terjadi.khususnya di DKI Jakarta. Dia menyatakan tidak mengetahui motif rencana aksi tersebut. Namun, bisa jadi berkaitan dengan batas waktu penyelesaian kasus dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta nonoaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Sesuai kesepakatan pada 4 November lalu, penyelidikan bakal dilakukan selama maksimal dua pekan. Sehingga, seharusnya pada 18 November mendatang sudah ada kejelasan mengenai kasus itu.’’Jadi mungkin mengantisipasi hasil pemeriksaan itu, apakah mendukung atau bagaimana. Kita lihat saja nanti,’’ lanjutnya.

Meskipun demikian, JK tetap yakin bila rencana aksi tersebut benar-benar direalisasikan, bakal berlangsung damai. Mengingat, aksi pada 4 November lalu juga berlangsung damai hingga selesai pukul 18.00.

Sementara itu, Analis Intelijen Wawan Hari Purwanto menyatakan, Presiden merupakan panglima tertinggi seluruh pasukan. Sehingga, inspeksi berturut itu dia nilai sebagai upaya konsolidasi. ’’Sebagai panglima tertinggi, kehadiran dan kedekatan dengan prajurit atau bawahan secara langsung menjadi sedemikian penting,’’ ujarnya.

Saat kondisi yang sedang menghangat pascademo 4 November lalu, perlu ada sebuah briefing atau perintah yang mestinya memang dilakukan dalam menyikapi hal tersebut. ’’Kedekatan tadi perlu dilakukan secara intens. Terutama kewaspadaan menghadapi segala kemungkinan yang ada,’’ lanjutnya.

Menurut dia, wajar apabila masyarakat memberikan penilaian atau tafsir tertentu atas tindakan presiden menginspeksi pasukannya. Perbedaan pendapat itu biasa saja. Tapi secara prinsip, hal itu tidak menjadi masalah. Pasti ada yang ingin disampaikan oleh presiden, dan akan menjadi perhatian khusus untuk pasukan mulai tingkat manajemen hingga di lapangan

Dia menambahkan, pertemuan langsung dengan panglima tertinggi itu sesuatu yang sangat bernilai bagi prajurit. ’’Kedekatan antara pemimpin dan yang dipimpin itu sangat perlu,’’ tambahnya. Sehingga, bisa terbangun kesamaan persepsi mulai pucuk pimpinan tertinggi hingga ke tingkatan terbawah. (byu/idr)