eQuator.co.id – Kemenangan Donald Trump atas Hillary Clinton pada pilpres paling gaduh dalam sejarah AS langsung direspons para pemimpin dunia. Hampir semuanya mengucapkan selamat. Namun dengan intonasi yang berbeda.
Presiden Dewan Uni Eropa Donald Tusk dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker mengucapkan selamat atas kemenangan Trump. Keduanya mengundang Trump datang ke Eropa untuk membahas isu-isu penting seperti imigrasi, ISIS, perubahan iklim, dan ancaman Rusia terhadap Ukraina. ’’Pembahasan ini memungkinkan bagi kami untuk memetakan perjalanan hubungan kita selama empat tahun ke depan,’’ tulis surat yang dikirimkan Tusk dan Juncker kepada Trump.
Ucapan selamat untuk Trump juga datang dari Sekjen NATO Jens Stoltenberg. Dia berharap bisa bekerja sama dengan Trump dan menyebut kepemimpinan AS penting untuk NATO. Ucapan senada dilontarkan PM Spanyol Mariano Rajoy.
Presiden Prancis Francois Hollande memilih mengucapkan selamat atas kemenangan Trump dengan hati-hati. Sebelum memberikan selamat, Hollande menelepon Kanselir Jerman Angela Merkel. Tidak diketahui apa yang mereka bicarakan. Hollande hanya menunjukkan sedikit antusiasme terhadap kemenangan Trump. ’’Kemenangan Trump membuka periode ketidakpastian yang harus dihadapi dengan kejernihan dan kejelasan,’’ ujar Hollande.
Di pihak lain, Merkel menyatakan bahwa AS dan Jerman memiliki hubungan yang dekat. Selain itu, kedua negara mempunyai nilai-nilai yang sama. Misalnya dalam hal demokrasi, kebebasan, warna kulit, gender, agama, orientasi seksual, dan pandangan politik. ’’Berdasar nilai-nilai tersebut, saya menawarkan presiden masa depan Amerika, Donald Trump, hubungan kerja sama yang erat,’’ kata Merkel.
Yang paling bahagia atas kemenangan Trump adalah Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin begitu antusias mengucapkan selamat untuk Trump. Dia langsung mengirimkan telegram ucapan selamat kepada Trump begitu taipan 70 tahun tersebut dipastikan menang.
Bagi Rusia, Trump mungkin lebih mudah dihadapi jika dibandingkan dengan Clinton yang sudah melanglang buana di dunia politik dan bisa memetakan situasi. Trump tergolong orang baru. Anggota Duma (Parlemen Rusia, Red) bahkan langsung bersorak gembira saat Trump dipastikan menang. ’’Rusia ingin dan siap memperbaiki hubungan seutuhnya dengan AS,’’ ujar Putin dalam sebuah pertemuan dengan Kremlin.
Selain Rusia, kemenangan Trump disambut dengan sukacita oleh Israel, sekutu utama AS. Di era Presiden Barack Obama, hubungan kedua negara renggang karena Obama mendukung resolusi damai Israel-Palestina dan kerap mengecam pembangunan di Tepi Barat. Menteri Pendidikan Israel Naftali Bennett menyatakan, kemenangan Trump berarti bahwa era pembentukan Palestina sebagai sebuah negara telah berakhir.
Sementara itu, Palestina memilih pernyataan dengan sangat hati-hati. Juru Bicara Presiden Mahmoud Abbas mengatakan bahwa Palestina akan bekerja sama dengan presiden siapa pun yang terpilih oleh warga Amerika. Namun, ada catatan bahwa kerja sama tersebut untuk mencapai perdamaian permanen di Timur Tengah berdasar solusi dua negara antara Israel dan Palestina.
Di Asia, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyambut hangat kemenangan Trump. Dia mengucapkan selamat kepada Trump dalam acara gathering penduduk Filipina di Kuala Lumpur, Malaysia, kemarin (9/11). Duterte dijuluki Trump dari Timur karena keduanya memiliki banyak kesamaan. ’’Kami berdua suka mengumpat, bahkan untuk hal kecil. Kami agak mirip,’’ ujarnya.
Tampaknya, Duterte diperingatkan agar menjaga ucapan atas Trump. Sebab, jika tersinggung, reaksi Trump tentu tidak seperti Obama. Duterte pernah melontarkan sumpah serapah kepada Obama.
Sementara itu, pemerintah Kuba langsung menggelar latihan militer selama lima hari pasca kemenangan Trump. Latihan serupa pernah digelar enam kali sebelumnya. Semuanya dilakukan saat hubungan antara AS dan Kuba tegang. Trump memiliki kebijakan yang bertolak belakang dengan Obama atas Kuba. (Reuters/Guardian/Time/Rappler/SkyNews/sha/c19/any)