eQuator.co.id – Seluruh lembaga survei dan polling di AS boleh memakan seluruh paperwork mereka. Bagaimana tidak? Berbulan-bulan hasil jajak pendapat mengunggulkan Hillary Clinton. Semua salah besar. Mereka seharusnya malu kepada The Simpsons. Kartun klasik itu sudah memprediksi bahwa Donald Trump menjadi presiden. Tepatnya pada season 11 dalam episode berjudul Bart to the Future yang tayang pada 19 Maret 2000. Enam belas tahun silam!
Ceritanya, dalam sebuah perjalanan liburan, Bart bertemu dengan seorang paranormal Native American. Bart ingin melihat dirinya 30 tahun dari saat itu. Ternyata masa depan Bart sangat mengerikan. Dia adalah seorang musisi gagal yang sehari-harinya dihabiskan untuk nongkrong dan minum bir. Tidak pernah dapat job dan tidak pernah punya uang.
Yang lebih nyebelin, si adik, Lisa, baru saja terpilih sebagai presiden AS. Dalam sebuah scene, Lisa sedang memimpin brifing di Gedung Putih. ’’Sebagaimana diketahui, kita mewarisi kondisi keuangan yang parah dari Presiden Trump. Bagaimana keadaannya?’’ tanya Lisa kepada seorang menteri. Si menteri mengeluarkan chart yang grafiknya mengarah ke bawah dengan tajam. ’’Kita bangkrut, Madam,’’ ucap menteri tersebut.
Penulis naskah episode itu, Dan Greaney, menyebut episode tersebut sebagai warning buat AS. ’’Kami ingin Lisa mendapati masalah yang tak bisa diselesaikannya dan segalanya berjalan sangat buruk. Karena itulah, kami memilih Trump sebagai predecessor-nya,’’ kata Greaney kepada The Hollywood Reporter. ’’Episode itu lolos karena konsisten dengan visi bahwa Amerika sudah gila,’’ lanjutnya.
Kreator The Simpsons, Matt Groening, menjelaskan bahwa pihaknya mencari sosok yang paling absurd dan tolol untuk menjadi presiden sehingga Lisa pusing tujuh keliling. ’’Memilih Trump sebagai presiden levelnya sudah di atas satire,’’ ujar Groening.
Well, setidaknya, jika semua ramalan The Simpsons menjadi kenyataan, setelah ini AS mendapatkan presiden sebaik Lisa. Semoga bapaknya bukan Homer. (Jawa Pos/JPG)