eQuator.co.id – Pontianak-RK. Cukup luar biasa Wali Kota Pontianak Sutarmidji. Dia tak lari dengan dalih punya kegiatan lain seperti melihat proyek atau semacamnya ketika ratusan warga Pontianak meluapkan kekesalan, Jumat (4/11) malam. Konon, masyarakat marah karena Presiden Joko Widodo tak menemui langsung para peserta Aksi 411 di Jakarta.
Suasana Jalan Gajahmada yang ramai dengan warung kopi dan anak-anak muda yang nongkrong hingga larut malam tampak berbeda malam itu. Hampir semua pertokoan, warung kopi, hingga mini market yang biasanya buka 24 jam memilih berkemas lebih awal. Beberapa polisi tampak berjaga-jaga di sejumlah titik.
Beredar isu, bahwa kawasan Jalan Gajahmada akan diserang. Dan benar saja, menjelang pukul 24.00, ratusan orang berjalan kaki di sepanjang Jalan Gajahmada, dari arah simpang Jalan Patimura dan Diponegoro. Mereka melakukan sweeping terhadap tempat-tempat usaha milik masyarakat setempat yang masih buka.
Aksi sweeping ini merupakan buntut dari demo 4 November 2016 di Jakarta yang sempat chaos. Massa, yang sebagian besarnya terdiri dari remaja belasan tahun dan pemuda 20-30an tahun, tersebut tersulut emosi karena mendapat kabar beberapa pemuka agama menjadi korban dan terluka dalam Aksi Bela Alquran di Jakarta.
“Gara-gara Ahok (Gubernur DKI nonaktif, Basuki T. Purnama) lah ni Bang,” ujar salah seorang dari mereka yang enggan dikutip namanya dan minta dipanggil dengan nama O saja.
O mengaku, ia dan teman-temannya datang dari daerah Tanjung Raya. Mereka mengaku marah dengan aksi kekerasan yang menimpa sebagian tokoh Islam dalam demonstrasi di Jakarta. Suasana memang sempat mencekam ketika sebuah traffic corn dibakar di Jalan Sultan Hamid II.
Beruntung, beberapa senjata tajam yang dibawa oleh massa cepat diamankan pihak kepolisian. Sebagian besar mereka hanya berjalan kaki karena kebanyakan pertokoan memang telah lebih dahulu tutup.
Sempat terjadi ketegangan ketika salah satu gerai waralaba minimarket terlambat menutup tempat usahanya. Massa secara paksa meminta gerai waralaba minimarket tersebut untuk segera tutup. Pun, di
Sepanjang jalan, mereka meneriakkan yel-yel untuk mengadili Ahok yang sedang dalam proses hukum dengan tuduhan menistakan agama Islam. Sembari membaca salawat, massa terus berjalan sebelum akhirnya terkonsentrasi di Jalan Veteran menuju Jembatan Kapuas I hanya beberapa meter dari Pasar Flamboyan.
Sebelum akhirnya, Kapolda Kalbar Irjen Pol Musyafak dan Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, turun untuk menenangkan massa. Wali Kota mendukung Aksi 411.
“Kawan-kawan taulah saya sering berbeda pendapat dengan Ahok karena bacotnya terlalu. Kalau Bapak-Ibu tak percaya, lihat Twitter saya,” tutur pemilik akun Twitter @BangMidji itu yang disambut takbir dari massa.
Ia meyakinkan, jika memang unsur pidana penistaan agama terpenuhi, pihak kepolisian pasti akan menindak Basuki T. Purnama. “Kite jangan melakukan hal-hal yang konyol, salah-salah Ahok tak jadi tersangka, kita’ (kalian) yang jadi tersangka,” ujar Midji.
Lanjut dia, mudah-mudahan kalau diperiksa, paling lama Senin (7/11) Ahok jadi tersangka. “Saya yang malah ikut demo kalau janji Pak JK (Wakil Presiden Jusuf Kalla) untuk menyelesaikan ini tidak secepatnya (dilakukan,red),” tegasnya.
Memang, mediasi antara Wapres JK dan perwakilan pengunjuk rasa di Jakarta melahirkan kesepakatan bahwa polisi akan mempercepat penyelesaian kasus Ahok. ”Kapolri menjanjikan selesai dalam dua minggu,” kata JK. Meski begitu, proses hukum yang cepat tersebut tetap harus sesuai dengan aturan yang berlaku.
Awalnya pengunjuk rasa hanya mau bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun, presiden tidak ada di istana. Jokowi mengunjungi proyek kereta Bandara Soekarno-Hatta. Mereka akhirnya bertemu dengan JK.
Midji selanjutnya meminta masyarakat menjaga Pontianak agar tetap kondusif. Ia meminta jangan sampai apa yang terjadi di Jakarta malah membuat Kota Pontianak yang mendapatkan kerugian.
“Nanti gare-gare Ahok kote kite rusak kan sayang juga. Mari dukung ulama, kawan-kita yang sedang berjuang di Jakarta dengan cara yang santun. Jangan cederai perjuangan mereka (Aksi 411 di Jakarta),” pinta Midji.
Senada, Kapolda Musyafak menyampakan bahwa ia memahami perasaan ratusan warga Pontianak yang berkumpul di sana. Tapi menurutnya, tidak seperti ini untuk mengekspresikan kemarahan karena dapat mengganggu ketertiban umum.
“Semangat boleh tapi bukan begini caranya,” tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa mereka yang masih muda ini memiliki masa depan. “Jangan sampai tindakan kalian ini tercatat sebagai tindakan kriminal, susah kalian nanti,” Musyafak mengingatkan.
Ia juga meminta para tokoh untuk mendinginkan suasana. Usai ditemui Kapolda dan Wali Kota, massa akhirnya berangsur-angsur membubarkan diri menuju arah tol Kapuas dengan dikawal aparat keamanan. Sedangkan, simpang Pasar Flamboyan masih dijaga kepolisian dan TNI bersenjata lengkap.
Musyafak mengatakan, massa di Pontianak terprovokasi isu ada ulama yang meninggal di Jakarta. “Padahal kan tidak ada. Anak-anak ini kan darahnya cair, mudah terprovokasi. Makanya kita harap yang tua yang harus meredam,” ujarnya.
Imbuh dia, “Ini banyak informasi viral yang justru menyesatkan”.
Ia juga membantah adanya insiden pemukulan terhadap warga Tionghoa sebagaimana informasi yang beredar, “Nggak ada, nggak ada,” tegas Musyafak.
Laporan: Junius Ambrosius, Iman Santosa
Editor: Mohamad iQbaL