eQuator.co.id – Jakarta-RK. Aksi Bela Islam Jilid II yang berlangsung hari ini (4/11) berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan bisnis di Jakarta. Para pelaku usaha menyikapinya dengan beragam.
Ada yang membuka toko dari pagi hingga siang, tapi ada pula yang tutuo. Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan, berdasarkan pengamatannya, demo menyebabkan jalur logistik terganggu.
Selain itu, pengunjung pusat perbelanjaan, kafe dan restoran berkurang hampir 50 persen. Bahkan banyak kantor di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, MH Thamrin, Hayam Wuruk, Gajah Mada, dan di sekitar Istana Negara pada umumnya meliburkan diri.
Menurut Sarman, pusat-pusat perdagangan seperti Tanah Abang, HWI Glodok, ITC, Glodok Plaza, Glodok Jaya, Mangga Dua Glodok, Pasar Pagi, Mangga Dua Electronic dan ruko sekitarnya tutup. Di Sentra Cempaka Mas, sambung dia, pada umumnya sebagian besar tutup.
Meski demikian ada juga kantor yang buka setengah hari. “Walau pun ada sebagian yang sempat buka di pagi hari, namun menjelang salat Jumat sudah menutup tokonya, termasuk di kawasan Kelapa Gading juga mengalami kondisi yang sama,” kata Sarman, Jumat (4/11).
Menurut Sarman, toko-toko di kawasan yang dekat dengan pusat demo tutup hari ini. Sedangkan, beberapa mal yang jauh dari pusat demo seperti di kawasan Pondok Indah, Grogol dan Kebon Jeruk relatif normal.
Sementara dari sisi perdagangan, kerugian transaksi bisa mencapai Rp 500 miliar. Angka itu dari asumsi perhitungan bahwa jumlah toko yang tutup mencapai 20 ribu toko dengan pendapatan per hari rata-rata Rp 25 juta per toko. “Ini belum termasuk sektor-sektor yang lain,” ungkap Sarman.
Sementara itu, demonstrasi berakhir ricuh. Demo dapat dibubarkan oleh petugas sekitar pukul 21.00 WIB, Jumat (4/11). Para demonstran diduga sempat membakar kendaraan operasional milik Polri di depan Istana Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat.
Sempat dikabarkan satu kendaraan yang diduga dibakar oleh massa aksi. Namun, setelah aksi diredam, tampak dua kendaraan operasional Polri yang hangus terbakar.
Kendaraan pertama adalah truk pengangkut kompi personel Brimob. Kendaraan kedua, mobil pick up pengangkut kawat blokade.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian turun tangan untuk berupaya mengentikan kerusuhan di depan Istana Negara pada Jumat (4/11) malam.
Gatot langsung berbicara menggunakan pengeras suara meminta semua tenang. “Mohon semuanya tennag, Pak Kapolri mengatakan kepolisian juga tenang. Kapolri akan menyampaikan perintah,” kata Gatot.
Jenderal Tito kemudian bicara dan memerintahkan anak buahnya supaya tidak ada menembakkan gas air mata lagi. “Saya Kapolri, saya minta kepada seluruh anggota, agar hentikan tembakan gas air mata,” ujarnya.
Mantan kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu berupaya menenangkan massa. “Dan kepada saudara-saudaraku yang berunjuk rasa segera kembali, kembali, kembali dan berusaha tenang,” katanya.
Dia menegaskan, aparat keamanan dan umat Islam adalah saudara. Karenanya Tito tak ingin ada korban luka dari kedua belah pihak.
Karena itu dia kembali memerintahkan anak buahnya menghentikan tembakan gas air mata. Namun, Tito juga meminta massa menahan diri.
“Saya minta sekali lagi anggota Polri hentikan tembakan gas air mata, jamaah jangan maju. Kita ciptakan kedamaian. Kita sebagai umat Islam, sama-sama umat Islam tidak boleh bertikai,” tegasnya.
Sayangnya, perintah Tito tak diindahkan. Bahkan saat jenderal bintang empat itu sedang bicara, suara tembakan gas airmata tetap saja terdengar. Hingga berita ini diturunkan, tidak ada tanda-tanda mereda.
Di sisi lain, sejumlah massa di Jalan Majapahit mulai bergerak turut menyerang aparat keamanan. Mereka terpancing setelah massa di sisi lain mulai ribut.
Tak hanya aksi lempar, aksi bakar-bakar di depan barikade juga dilakukan oleh massa aksi berbaju putih-putih.
“Maju terus, jangan mundur ayo maju terus,” terdengar salah seorang yang mengenakan masker mengajak massa maju.
Pantauan JPNN langsung di lapangan, satu massa aksi sempat terkena gas air mata dan pingsan. Dia terlihat diamankan oleh rekannya yang lain.
Pangkostrad Edy Rahmayadi kemudian terlihat turun di antara kerumunan massa di depan markas Kostrad, Medan Merdeka Timur. Dia berusaha meminta massa untuk tak berkumpul. Edy meminta mereka bubar dan tak terkonsentrasi dalam kelompok yang besar.
“Tidak boleh kumpul ini, harusnya tak di sini. Silakan kembali,” kata Edy.
Kalau berkumpul, lanjut dia, potensi terjadinya kerusuhan juga semakin besar.
Namun, turunnya pasukan dari Kostrad untuk meminta masyarakat tak berkumpul membuat kondisi cair.
Dia juga melihat korban yang sempat dibawa ambulans dan memintanya untuk dibawa ke kantor Kostrad. (JPNN)