Indonesia Diincar Jadi Pasar Helikopter

eQuator.co.id – Indonesia diincar menjadi salah satu pasar utama produk penerbangan berupa helikopter. Hal tersebut karena adanya kecendrungan yang terus meningkat terhadap permintaan helikopter di negara-negara kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia telah memancing produsen helikopter baik untuk sipil maupun militer dari seluruh dunia untuk berbondong-bondong datang.

Sepanjang 2015 lalu, pasar helikopter sipil Asia Pasifik tumbuh 4,5 persen menjadi 6.015 unit menurut laporan Asian Sky Group. Dari jumlah tersebut, konsultan asal Hongkong itu mencatat bahwa Indonesia sendiri memiliki 3 persennya, yakni 199 unit helikopter. Tiongkok menjadi negara dengan pasar helikopter terbesar di kawasan dengan pertumbuhan 17, 9 persen yakni menjadi 764 unit pada 2015.

Meski demikian, Indonesia sebagai negara kepulauan dianggap tetap memiliki posisi yang menarik untuk dijadikan pasar produk helikopter. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Divisi Helikopter Leonardo, Lorenzo Pariani di Indo Defence 2016, Kemayoran, Jakarta Pusat (Jakpus), kemarin (3/11).

Lorenzo menambahkan, bahwa peluang Indonesia menjadi pasar utama helikopter semakin terbuka lebar dengan diberlakukannya regulasi pada pertengahan 2015 lalu tentang pembatasan usia helikopter. Regulasi tersebut menjelaskan, usia helikopter yang dioperasikan maksimal 30 tahun dan helikopter bekas yang diimpor tidak boleh berusia lebih dari 10 tahun.

Pria asal Italia tersebut menjelaskan regulasi tersebut akan menyapu bersih sekitar 28 persen armada atau 55 unit helikopter berusia tua yang saat ini terdaftar di Indonesia. Heli-heli tua tersebut dari jenis BO105, Bell 206, Bell 212, dan Sikorsky S-76 yang harus segera diganti.

“Terutama yang dioperasikan oleh Polri dan Basarnas,” kata Lorenzo.

Lorenzo menjelaskan bahwa industri pertahanan Leonardo sendiri telah memasok tujuh unit helikopter untuk kebutuhan pemerintah Indonesia. Tiga unit AW139, tiga unit AW109, dan satu unit AW119.

Lorenzo juga menjelaskan, di bidang pertahanan, Indonesia juga mengalami pertumbuhan belanja alat-alat militer yang signifikan di antara negara-negara kawasan Asia Pasifik. Di kawasan ini, Indonesia disebut mengalami peningkatan anggaran pertahanan sebesar 12,46 persen pada 2015. Negara lainnya yakni Filipina 20 persen dan Tiongkok 40 persen.

“Prioritas utama pengadaan sektor pertahanan di kawasan adalah pembelian kapal perang dan peningkatan kekuatan udara, terutama kemampuan angkut,” ujar Lorenzo. (dod)