eQuator.co.id – Pontianak-RK. Menurunnya daya beli masyarakat disusul melimpahnya suplai membuat harga ayam potong di Kalbar, terutama Kota Pontianak, anjlok. Kondisi ekonomi terasa lebih berat dari Krisis 1998, membuat pasar sepi seusai Idul Adha 1436 H. Rakyat Kalbar coba menelusuri pasar tradisional dan menemukan komoditi protein yang merosot.
“Sepi sekarang Mas. Sudah lebih sebulan (kondisinya) begini,” ungkap Yuliana, 40, pedagang daging ayam potong di Pasar Dahlia Kelurahan Sungai Jawi, Sabtu (29/10).
Kurang bergairahnya bisnis ayam potong juga diamini rekan-rekan pedagang lainnya dibandingkan dua bulan lalu. Tak lagi nyaring berkokok sekarang, lantaran melimpahnya pasok ayam ke pasar-pasar yang tak bisa diimbangi daya beli masyarakat sehingga harga pun anjlok drastis.
“Sekarang ini harganya tidak lebih antara Rp19.000 sampai Rp22.000 saja,” keluh rata-rata para pedagang pasar tradisional.
Sebulan lalu Yuliana masih bisa menjual ayam seharga Rp25.000 per kg. Kini normalnya Yuliana hanya dapat menawarkan harga antara Rp20.000-Rp22.000 per kilo, tergantung besar kecilnya ayam.
“Ya mungkin karena banyak pasar juga ya. Informasinya, kalau di Flamboyan ada yang jual Rp19.000. Sepi sekarang,” ungkapnya.
Senada, Mustafa, 50, mengaku ayam yang dijualnya terus merosot selepas Lebaran Haji kemarin. Jika sebelumnya dia bisa menjual di harga antara Rp27.000-Rp28.0000, tapi sekarang, dengan memaksa bertahan diharga ini, bisa membuat Mustafa gulung tikar.
“Lagi banyak ayam. Penjualan saya jauh dari biasanya, kadang laku 20-25 ekor saja,” keluhnya.
Kondisi melorotnya penjualan yang dirasakan para pedagang di Pasar Dahlia pun tidak lebih baik dengan pedagang di Pasar Flamboyan. Para pedagang ayam di pasar tradisional terbesar di Kalbar, itu turut tersandar dengan turunnya harga unggas utama itu. Bahkan beberapa pedagang harus banting harga di Rp19.000 asal ayamnya bisa habis terjual hari itu.
“Ada yang Rp19.000 kalau sudah sore. Tapi standarnya Rp21 ribu. Karena memang sekarang ini pasaran sepi, pembeli kurang,” aku Ridwan.
Pria 50 tahun yang sudah berjualan sekitar 30 tahun di Pasar Flamboyan, itu menuturkan kalau pasok ayam saat ini tidak ada masalah, bahkan melimpah ruah. Pasalnya, saat ini ayam tidak tergantung lagi dari Singkawang. Banyak dipasok dari mana-mana, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau kami di sini ngambil dari agen pasar sini. Sekarang sudah banyak yang pelihara. Sudah bebaslah, kalau dulu kan kalau tidak dari Singkawang ya dari Ambawang. Sekarang banyak, boleh-boleh saja mau ngambil di mana,” ujar Mustafa.
Tak beda dengan Ipa, 42, yang mengaku dua bulan lalu perharinya bisa menjual ratusan ekor ayam, tapi saat ini untuk menghabiskan 50 ekor saja susahnya minta ampun. “Ini 50 ekor jak tak abes. Kalau kemaren, asal ade ayam jak bisa ratusan ekor pesai. Mau tiga kandang pun habis,” katanya.
Ipa tidak tahu sampai kapan kondisi ini akan berlangsung. Informasi dari agen bahwa produksi ayam sudah mulai menurun setelah breeding farm di Singkawang yang menjadwal pembayaran utang-utangnya, mengurangi produksi.
“Itu artinya harga ayam bakal kembali normal. Saya dengar Singkawang dah mulai kosong juga, sudah agak kurang. Berarti mau naik harganya. Tidak tau tapi tak lama lagi,” katanya berharap.
Laporan: Fikri Akbar
Editor: Mohamad iQbaL