eQuator.co.id – Pertanyaan serius: Berapa persen orang dari seluruh populasi bisa dianggap ganteng/cantik/good looking/beautiful?
Serius. Tiap orang mungkin bakal punya jawaban beda-beda ketika ditanya pertanyaan di atas. Bisa 0, bisa 100. Dan kalau 0 itu hitam, lalu 100 itu putih, maka di tengah-tengahnya bakal ada 99 Shades of Grey alias 99 gradasi abu-abu.
Dan kalau mengacu pada kutipan di film The Fault in Our Stars, ada infinite numbers antara 0 dan 1. Itu berarti ada infinite numbers yang lebih luas lagi antara 0 dan 100.
Itu kalau yang ditanya berani menjawab jujur. Nah, kalau ditanya seperti itu, emang berani menjawab dengan jujur?
Ini benar-benar pertanyaan yang 99 persen mungkin bakal dijawab secara normatif atau evasive (menghindar alias ngeles).
Misalnya: ”Tidak boleh bertanya begitu. Semua orang ada plus-minusnya.”
Atau jawaban yang klise: ”Beauty is in the eye of the beholder.” Alias ”Kecantikan tergantung siapa yang memandang.”
Atau yang seperti ini, yang setiap tahun muncul dalam semua kontes kecantikan: ”Beauty is on the inside.” Alias seperti komputer yang punya prosesor Intel.
Saya pun kalau ditanya mungkin harus pause dulu beberapa saat sebelum menjawab. Bukan karena tidak tahu jawabannya. Melainkan karena saya harus melihat dulu siapa yang akan mendengar jawabannya. Wkwkwkwk.
Kalau yang di depan saya tipe tidak sensitif dan bisa menerima gurauan kasar, mungkin jawabannya A. Kalau yang di depan kayaknya sensitif dan tidak punya sense of humor, ya jawabannya bisa B. Wkwkwkwkwk.
Di tulisan ini pun saya tidak akan menjawabnya. Tapi, kalau ada tipe yang blak-blakan dan mau menjawab tanpa diplomasi, kita bisa meminjam saja kutipan dari dua karakter film/televisi.
Yang pertama, dari film Liar Liar (1997), yang dibintangi komedian superkondang Jim Carrey. Di film itu, Carrey berperan sebagai Fletcher Reede, orang yang sedang ”dikutuk” tidak bisa berbicara bohong. Pada satu adegan, dia harus menimpali omongan anaknya yang masih kecil.
Max Reede, sang anak, bilang begini: ”Guru saya bilang beauty itu ada di dalam.” Karena tidak bisa bohong dalam menimpali, jawaban Fletcher Reede jadinya begini: ”Hanya orang jelek yang bicara seperti itu.”
Kasar? Mungkin ya. Lucu? Kayaknya juga iya. Buktinya, film itu dulu laris bukan kepalang. Wkwkwkwk…
Gurauan serupa muncul di serial TV Seinfeld. Jerry Seinfeld, sang tokoh utama, sedang berbincang dengan sahabatnya, Elaine Benes.
Jerry bertanya: ”Elaine, berapa persen orang yang menurut kamu good looking?”
Elaine: ”Dua puluh lima persen.”
Jerry: ”Dua puluh lima persen? Tidak mungkin. Rasanya hanya 4 sampai 6 persen. Peluang (jadi cantik/ganteng) hanya 1 banding 20.”
Elaine: ”Kamu ngawur.”
Jerry: ”Ngawur? Kamu pernah ke kantor pengurusan SIM? (Perhatikan saja orang-orang di sana).”
Elaine: ”Jadi, menurut kamu 90 sampai 95 persen populasi itu tidak layak diajak kencan?”
Jerry: ”TIDAK LAYAK.”
Elaine: ”Lalu bagaimana orang bisa (bertemu dan menikah)?”
Jerry: ”Alkohol.”
Entah Anda menganggap cuplikan dua adegan itu lucu atau tidak. Tapi, saya berharap Anda tidak langsung mengernyitkan dahi, memoncongkan mulut, pertanda marah atau tersinggung. Karena kalau sampai begitu, jangan-jangan Anda termasuk tipe yang disinggung karakter Jim Carrey. Wkwkwkwk…
Jadi, jawabannya apa? Mungkin, mending mengikuti pola form follow function saja ya. Banyak objek yang saya anggap beautiful itu sebagai hasil dari pemikiran dan riset yang bertujuan menghasilkan kemampuan/performa terbaik.
Karena saya penggemar mobil F1, jadi saya meminjam beberapa contohnya dari arena balap itu. Tidak semua mobil F1 bisa dibilang beautiful. Setiap penggemar punya kesukaan sendiri-sendiri. Favorit saya adalah Jordan 191 dan Ferrari F92A, plus Benetton B188 (silakan google). Tapi, orang lain mungkin beda.
Penggemar lantas boleh berdebat. Namun, pada akhirnya, hampir tidak ada mobil juara yang dibilang jelek. Karena juara, mobil itu pasti bener. Kalaupun dibilang jelek, kemudian tetap disangkal, kan mobil itu bisa juara. Percuma cantik kalau tidak perform dengan baik.
Sekarang gantikan mobil F1 itu dengan orang. Terserah mau dianggap jelek atau cantik/ganteng, yang penting pencapaiannya/kerjanya seperti apa. Percuma beauty is on the inside, kalau tidak ”dikeluarkan” alias hanya sekadar di dalam, kan tidak ada gunanya?
Ketika dibalik pun sama. Buku yang sampulnya bagus juga akhirnya tidak berguna kalau isinya tidak bermanfaat. Kecantikan/kegantengan juga tidak berguna kalau tidak bisa digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak.
Jadi? Menjawab pertanyaan ”berapa persen” itu silakan berbeda-beda. Mau 0, mau 100, mau infinite number antara 0 dan 100, silakan saja.
Tapi, kalau saya boleh saran, jangan menjawab dengan ”beauty is in the eye of the beholder” atau ”beauty is on the inside”. Itu klise yang terlalu klise. Benar-benar membosankan.
Kalau tidak mau menjawab dengan angka, jawab saja begini: ”Beauty is what you do.” Alias beauty adalah apa yang Anda perbuat… (*)