Musim Berubah, Ikan Mabuk Hingga Mati

Bocah sedang menjala ikan di Sungai Jawi. F IKRI A KBAR /RK

eQuator – Meningkatnya curah hujan yang terjadi di Kota Pontianak dan sekitarnya sehingga membuat fenomena air Sungai Kapuas secara tiba-tiba menjadi bening. Tak pelak, hal itu menyebabkan ikan menjadi mabuk dan akhirnya mati. Dampaknya, dalam sepekan terakhir sejumlah pengusaha tambak ikan di pesisir Sungai Kapuas mengalami kerugian.

Pengusaha tambak ikan di pesisir Kapuas, Adi Maulana mengatakan, fenomena alam ini hampir terjadi setiap tahun. “Fenomena ini membuat usaha kami rugi. Bayangkan saja dalam sehari biasanya ribuan ekor ikan yang mati,” keluh Adi.

Dijelaskannya, dua hari sebelum Pontianak diguyur hujan deras, air Sungai Kapuas memiliki dua warna, yakni warna kehijauan dan warna kecoklatan. “Nah, kejadian ini tentunya membuat semua pengusaha tambak ikan rugi. Karena kami terpaksa panen dan menjual ikan pada pengepul meski belum memasuki masa panen, dari pada ikan mati begitu saja,” ujarnya.

Menurutnya, fenomena ini terjadi diperkirakan, karena akibat siklus perubahan musim yang terjadi. Kota Pontianak cukup lama mengalami kekeringan sehingga membuat air laut mempengaruhi kadar garam serta oksigen air Kapuas. Belum lagi perubahan terjadi drastis saat musim penghujan datang.

Dalam fenomena ini, tak jarang pula ikan yang mulai mabuk dan mati banyak dibagikan kepada warga sekitar tambak. “Dari pada terbuang percuma. Karena kalau dibiarkan, ikan yang mati ini pasti akan menular pada ikan yang lainnya. Sehingga kalau mati semua, rugi besar kami,” terang warga Pontianak Barat ini.

Sementara itu, Sriyanti, pengusaha tambak ikan lainnya mengaku sangat rugi karena banyak ikannya yang mati mendadak. Dalam dua hari saja, lebih dari empat ribu ekor ikan yang mati secara tiba-tiba.

“Rugi saya bang. Sampai saya bilang sama suami saya, kalau ikan ini sudah habis tidak usah lagi usaha tambak, karena rugi besar,” ujarnya.

Meskipun demikian, Sri mengaku bahwa fenomena yang terjadi seperti saat ini tidak dirasakan setiap tahun. Melainkan hanya tiga sampai empat tahun sekali. Dengan perubahan air yang tiba-tiba bening sehingga membuat ikan tiba-tiba mati tanpa sebab. “Tidak juga setiap tahun. Tapi kali ini yang parah,” ulasnya.

Reporter: Ocsya Ade CP

Redaktur: Andry Soe

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.