eQuator.co.id – Senin (22/8), sehari setelah mampirnya Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian di Bandara Supadio Kubu Raya, bertepatan dengan peresmian Polda Kalbar tipe A, kebakaran hutan dan lahan tak berhenti, malah semakin mengancam jiwa warga Pontianak. Terobosan yang Tito minta agar pemerintah daerah memobilisasi kekuatan untuk memadamkan kebakaran lahan sulit dilaksanakan dengan segera?
Entah mimpi apa semalam, pasangan suami istri, Teguh (50 tahun) dan Ida Farida (46 tahun) harus berjibaku memadamkan kebakaran lahan dekat kediaman mereka di Gang Nazar Jalan Parit Haji Husin (Paris) II, Kecamatan Pontianak Tenggara. Damainya suasana subuh pada pukul 04.00 WIB itu pecah ketika Ida melihat api yang begitu besar mendekati rumahnya.
“Terpaksa saya dan suami memadamkan dengan alat seadanya,” ungkapnya kepada Rakyat Kalbar, ditemui di sela-sela dia dan suaminya berusaha menghentikan menjalarnya api pada pukul 11.00 WIB.
Ya, api terus menyala selama tujuh jam lamanya. Alat yang dipakai untuk memadamkan api pun cuma ember serta penyiram racun rumput yang diisi air.
“Dari pagi kami memadamkan, tapi api tak padam-padam, malah semakin mendekat,” sambung Ida.
Warga setempat yang mencoba membantu pun tak bisa berbuat banyak. Pemadam kebakaran (Damkar) yang dihubungi sedari pagi tak kunjung datang.
“Tadi itu tetangga bantu telponkan pemadam. Katanya mau datang, tapi tak datang-datang. Kalau polisi belum ditelpon, tapi polisi tahu di sini kebakaran lahan,” tuturnya.
Ida memohon Pemerintah Kota Pontianak menyelamatkan rumahnya dari kebakaran lahan tersebut. “Minta tolonglah, selamatkanlah rumah saye, macem mane gak kalau udah seperti ini,” ujarnya, terus diselimuti kepanikan.
Menurut dia, kebakaran lahan di kawasan itu berlangsung beberapa hari terakhir. Beberapa tetangganya sudah mengungsikan diri.
“Selama 20 tahun saya tinggal di sini, inilah kebakaran lahan paling parah. Sampai dekat rumah seperti ini,” ungkap Ida. Ia pun terpaksa meminta PLN mencabut aliran listrik ke rumahnya.
Sang suami, Teguh, ketika didatangi sedang berjibaku memadamkan api dengan cipratan air yang kecil. Maklum, hanya alat penyiram racun rumput yang dia gunakan. Lumayan juga keringat yang harus dikucurkan Teguh, bolak-balik puluhan kali dari sumur yang berjarak lima meter dari rumahnya ke api yang menjalar.
“Maok tak maok (mau tak mau) pakai ini, saye usaha memadamkan saja, biar bagaimana api tak sampai ke rumah,” jelasnya, dengan suara tak jelas sebab di dalam kepungan asap.
Dia tak tahu apa tujuan orang membakar lahan dekat rumahnya itu. “Orang bakar di belakang sana, akhirnya merembet sampai sini dekat rumah,” beber Teguh.
Pengungsian warga karena kebakaran lahan yang mulai mengancam jiwa mereka dibenarkan Suryana (50 tahun). Dia berdiam di Gang Amanah, Jalan Paris II, Pontianak. Menurutnya, sejumlah warga yang tinggal di gang yang bersebelahan dengan Gang Nazar (lokasi rumah Teguh-Ida) sudah menyelamatkan diri ke tempat lain. “Asap begitu tebal, api terus hidup, walaupun sudah coba untuk dipadamkan. Terpaksa ada warga yang mengungsi,” terang Suryana.
Imbuh dia, “Warga yang mengungsi itu, karena memiliki bayi”.
Ia menambahkan, kebakaran lahan yang terjadi dekat dengan rumahnya ini telah berlangsung beberapa hari belakangan. “Lima hari-an gitu lah kebakaran. Mudah-mudahan cepat padam,” harap Suryana.
Diberitakan sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang akan terbang menuju Makasar, Sulawesi Selatan, Minggu (21/8) siang transit di Bandara Internasional Supadio untuk mengisi bahan bakar pesawat yang ditumpanginya. Ia mengatakan tidak ada kemajuan dalam mengatasi atau menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Ditegaskan dia, tindakan yang dilakukan jangan hanya berupa pemadaman, tapi harus ada langkah-langkah preventif yang melibatkan semua pihak. Dan, pemerintah daerah harus berani membuat terobosan dalam rangka memobilisasi kekuatan yang ada. Termasuk TNI dan Polri.
“Hanya saja terkadang terdapat sejumlah problem. Diantaranya Pemda tidak bisa mengeluarkan anggaran jika situasi dan keadaan belum ditetapkan sebagai keadaan siaga atau darurat kebakaran,” ujarnya.
Tito sangat mengharapkan Pemda lebih proaktif, karena TNI-Polri siap bekerja untuk mengatasi Karhutla. “Pasukannya banyak, orangnya banyak, tapi kan butuh makan, butuh biaya operasional, dan lain-lain,” tukas pria berusia 51 tahun ini.
Di sisi lain, Wali Kota Pontianak Sutarmidji prihatin dengan keadaan warganya serta terbatasnya anggaran operasional yang dimiliki Damkar swasta. “Kita akan hibahkan dana, Insya Allah. Tapi itu tidak banyak, cuma sedikit,” janji dia, ditemui sejumlah wartawan di rumah dinasnya, Jalan A.R. Saleh, Kecamatan Pontianak Tenggara.
Wali Kota dua periode ini juga prihatin dengan jajaran polisi dan TNI yang apabila tidak dapat menangani Karhutla akan dimutasi. “Kasihan mereka ancaman copot,” tuturnya.
Di sisi lain, pria dengan sapaan akrab Bang Midji ini murka dengan aksi bakar-bakar yang diduga dilakukan para developer perumahan untuk membersihkan lahan (land clearing) di Pontianak. Dari pantauannya, kebakaran lahan di kota kecil kemungkinan disebabkan petani yang bercocok tanam.
“Indikasi pembersihan lahan developer dengan cara pembakaran,” ungkap dia.
Walhasil Bang Midji melontarkan ancaman kepada para developer bandel itu. “Kita akan pasang plang di lokasi kebakaran (Pontianak Tenggara,red) bahwa itu pengawasan Pemkot. Tidak akan saya berikan izin membangun selama tiga tahun,” tegas peraih Magister Humaniora dari Universitas Indonesia pada tahun 1993 ini.
Juga memberikan denda berupa membayar biaya pemadaman api kepada developer yang membakar lahan. “Harus bertanggung jawab. Perusahan lain tidak ada, itukan developer saja,” cetusnya.
Kemudian, orang suruhan developer juga diproses hukum. “Kalau tidak ada pasal pidana umum yang dapat menjerat, kita tipiring (tindak pidana ringan)-kan. Saya minta hakim untuk memberikan vonis denda seberat-beratnya,” geram Bang Midji.
Tak cukup itu saja, ia meminta masyarakat tidak ribut-ribut saat melihat ada yang membakar lahan. “Pas lihat ade yang bakar, tangkap ramai-ramai,” tukas politisi PPP yang dipilih 139.061 pemilih dalam Pilkada Pontianak 2013 ini mengarahkan warganya. (*)
Achmad Mundzirin, Pontianak
Editor: Mohamad iQbaL