eQuator.co.id – New York–RK. Polisi menemukan titik terang dalam kasus penembakan imam Masjid Al-Furqan di Liberty Avenue, Ozone Park, Queens, New York, Amerika Serikat, Sabtu lalu (13/8). Hanya sehari setelah kejadian, terduga pelaku pembunuhan imam Masjid Al-Furqan Maulama Akonjee dan asistennya, Thara Uddin, ditangkap.
Pria berusia 35 tahun tersebut tercatat sebagai warga Ozone Park. Hingga Minggu (14/8), polisi masih melakukan investigasi dan belum ada dakwaan yang ditetapkan pada pria yang tidak disebutkan namanya itu.
New York Daily News melaporkan bahwa pelaku tertangkap karena saat melarikan diri dengan mobil, dia menabrak seorang pengendara sepeda angin. Nah, korban itulah yang mencatat pelat nomor mobil yang menabraknya dan menelepon polisi. Pelaku ditangkap sekitar pukul 23.00.
Polisi memang belum menyimpulkan bahwa si penabrak sepeda adalah orang yang sama dengan pelaku penembakan Akonjee dan Uddin. Namun, ciri-cirinya sama dengan sketsa yang disebar pihak kepolisian pasca kejadian.
Orang itu juga menggunakan mobil lama jenis Chevy Trailblazer. Polisi kini masih menunggu surat perintah penggeledahan rumah terduga pembunuhan sadis tersebut. Dengan begitu, diharapkan ada bukti-bukti lain yang bisa ditemukan.
Sejauh ini motif pembunuhan itu masih simpang siur. Yang jelas, motif perampokan bisa diabaikan. Sebab, pada saat kejadian, Akonjee membawa uang USD 1.000 atau setara dengan Rp 13 juta. Namun, pelaku tidak menyentuh uang tersebut. Berdasar rekaman CCTV yang dirilis Buzzfeed, tampak pelaku mendekati kedua korban yang tengah berjalan sambil bercakap-cakap. Pelaku memuntahkan tembakan saat berjarak sekitar 3 meter dari kedua korban dan akhirnya melarikan diri.
”Pelaku tampaknya memiliki kemampuan menembak sebelumnya. Kamu tidak bisa berjalan di belakang seseorang begitu saja dan langsung menembak dua orang di kepala meski jaraknya hanya 1,5 meter,” ujar salah seorang sumber di kepolisian.
Dugaan Islamofobia masih bertebaran. Namun, ada pula yang menyebut itu adalah konflik antara warga muslim dan hispanik (berdarah Latin) di Ozone Park. Pembunuhan tersebut merupakan aksi balas dendam atas serangan warga muslim kepada warga hispanik beberapa minggu sebelumnya. Ada dugaan pelaku telah mengenal korban dan mengetahui kebiasaan keduanya setiap pulang dari masjid.
Council on American-Islamic Relations (CAIR) sempat menawarkan hadiah USD 10 ribu atau setara dengan Rp 130,8 juta bagi siapa saja yang memberikan informasi dan berujung pada penangkapan pelaku. ”Kami ingin keadilan. Mengapa mereka membunuh ayah saya?” tanya Naim, 21, salah seorang putra Akonjee, sambil meneteskan air mata.
Bagi keluarga Akonjee, kematiannya adalah pukulan luar biasa. Ulama asal Bangladesh itu berencana untuk pulang ke kampung halamannya sekitar 10 hari ke depan untuk menghadiri pernikahan putranya. Keluarga Akonjee mengakui bahwa belakangan ini Islamofobia begitu terasa di lingkungan mereka. Akonjee bahkan pernah disebut sebagai Osama yang mengacu pada Osama bin Laden yang merupakan pendiri Al Qaeda.
Sementara itu, isu penembakan juga terjadi Bandara Internasional John F. Kennedy di Queens, New York. Gara-gara informasi salah tersebut, bandara sempat ditutup dan penumpang telantar. Isu adanya penembakan muncul pada Minggu malam pukul 21.30 di terminal 8. Dua orang melapor via telepon ke 911 bahwa mereka mendengar bunyi tembakan.
Polisi kemudian menyisir setiap lantai. Para penumpang sempat dievakuasi keluar dari terminal 8. Tas-tas para penumpang itu ditinggal begitu saja di dalam bandara. Penerbangan ditunda selama berjam-jam. Polisi akhirnya menyimpulkan bahwa mungkin suara orang berteriak-teriak dan memukul-mukul saat menonton Olimpiade Rio di bandara yang dikira tembakan. Bandara akhirnya kembali dibuka. (Jawa Pos/JPG)