eQuator – Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri hingga kini belum memeriksa Direktur Utama PT Pelindo II, RJ Lino terkait penyidikan dugaan korupsi pengadaan mobile crane. Kepala Bareskrim Komjen Anang Iskandar beralasan dalam menyidik sebuah perkara itu seperti main ular tangga. “Jadi tidak bisa langsung begitu saja sampai ke puncak,” ucap Anang Iskandar, Selasa (20/10).
Lambannya Bareskrim menggarap kasus itu menambah gaduh politik. Apalagi pekan lalu, Panitia Khusus (Pansus) Pelindo II DPR RI sudah minta keterangan bekas Kabareskrim Komjen Budi Waseso dan anak buahnya, bekas Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus, Brigjen (Purn) Victor Edi Simanjuntak.
Sesepuh Polri Komjen (Purn) Noegroho Djajoesman memberikan tanggapan terkait lambannya kerja Bareskrim menggarap kasus Pelindo II.
+Kabareskrim bilang memeriksa RJ Lino seperti main ular tangga. Menurut Anda?
-Memeriksa kasus ini tidak ada bedanya dengan kasus-kasus lain. Selalu diawali oleh pembuktian, keterangan saksi. Tidak ada susahnya mengungkapkan suatu kasus, dengan catatan kita harus berani mengatakan benar untuk yang benar dan tidak untuk yang salah. Dulu, dari para senior, saya pernah diajarkan bahwa tidak ada yang sulit mengungkapkan suatu kasus, karena kita berhadapan dengan ilmu katon. Maksudnya, bukan sulap bukan sihir. Jadi masalahnya jelas.
+Maksud Anda, Kabareskrim masih tarik ulur atau tidak berani?
-Masing-masing pimpinan punya gaya tersendiri. Tapi semuanya itu mempunyai tujuan yang sama. Yang penting setiap pimpinan harus berani menghadapi intervensi dari pihak manapun juga dengan segala risiko dan konsekuensinya. Apalagi kasus Pelindo II yang sedang ditangani saat ini sudah bukan rahasia lagi. Saya yakin Polri pun tidak akan mengambil langkah-langkah blunder yang akan merugikan nama baik institusi.
+Kabareskrim sudah menggandeng Badan Pemeriksa Keuangan, tapi tampaknya susah sekali memeriksa RJ Lino?
-Ini hanya masalah teknis saja. Yang penting intinya, kasus Pelindo II ini harus diungkapkan secara tuntas dan siapa di balik ini semua harus diungkapkan kepada masyarakat.
+Apakah anda yakin temuan serta hasil audit BPK dan BPKP itu sudah cukup menjerat Lino atau pejabat lain?
-BPK dan BPKP itu kan lembaga tinggi negara yang mempunyai fungsi pengawasan terhadap penggunaan uang negara. Tentu hasilnya pun dapat dipertanggungjawabkan. Setahu saya, ada 20 temuan BPK dan 6 temuan BPKP. Yang lebih hebatnya lagi, BPKP sudah bisa menentukan pihak-pihak yang terkait dan bertanggungjawab. Apa susahnya lagi ya. Semua kan sudah terang benderang he..he..he.
+Anda melihat sejauh mana Pansus Pelindo II DPR bisa mempengaruhi proses pemeriksaan di Bareskrim?
-Pansus DPR ini kan sifatnya politis. Tentunya di dalam Pansus pun anggotanya tidak 100 persen memiliki komitmen yang sama. Buktinya dalam pembentukan Pansus saja kan muncul komentar-komentar miring. Yang penting, harapan saya, Pansus Pelindo II ini akan memberikan dan menjadikan moral support bagi Polri yang tengah mengungkapkan kasus ini.
+Jika di Pansus ada pesan sponsor, apakah Bareskrim berubah arah?
-Mempengaruhi polisi sih tidak. Tapi jelas akan mempengaruhi hasil rekomendasi Pansus itu sendiri. Siapapun yang akan bermain dalam kasus ini pasti akan ketahuan. Semangat revolusi mental yang dicanangkan Presiden Jokowi justru harus merubah sikap dan perbuatan kita semua kalau mau menjadi bangsa yang besar dan sejahtera.
+Kasus ini sudah sering disebut melibatkan elit dan petinggi negara. Apa bisa Bareskrim menghadapi mereka ini?
-Saya yakin seluruh anggota masih tetap berpegang kepada komitmen mereka saat memasuki dunia kepolisian. Profesionalisme, harga diri dan kebanggaan kepada institusi tidak boleh pupus oleh intervensi dari pihak manapun juga. Masyarakat rindu kebenaran dan keadilan ditegakkan oleh kepolisian.
+Anda termasuk salah satu yang sangat concern terhadap kasus ini. Berpihak ke mana dan mengapa?
-Saya hanya berpihak kepada kebenaran dan hukum. Saya sengaja fokus, karena heran mengapa justru pimpinan Bareskrim yang dipermasalahkan dalam penanganan kasus ini. Dan sebaliknya, pihak yang bermasalah justru sampai sekarang menyatakan dirinya seolah-olah benar, adem ayem dengan menebar pencitraan ke mana-mana. Sayang ya, saya sudah pensiun…Tapi semangat membela institusi dan kebenaran masih melekat pada diri saya.
Re-editing: Andry Soe