Perbatasan Mestinya Jadi Pintu Ekspor

ilustrasi.net

eQuator.co.id – Perbatasan Indonesia-Malaysia memiliki nilai ekonomis tinggi untuk kemajuan daerah dan negara. Mestinya wilayah perbatasan dimanfaatkan dengan baik, sebagai pintu ekspor, sehingga pertumbuhan ekonomi di Kalbar meningkat.

“Wilayah perbatasan ini harus bisa dimanfaatkan menjadi titik peningkatan pertumbuhan ekonomi,” kata Michael Jeno, Anggota Komisi XI DPR RI dihubungi Rakyat Kalbar, Minggu (7/8).

Legislator PDI Perjuangan itu mencontohkan, Entikong, Sanggau menjadi pintu perbatasan paling maju dari beberapa daerah perbatasan lainnya di Kalbar.

“Entikong bisa ditingkatkan kepabeannya. Bisa menjadi pintu ekspor impor hingga menjadi multiplayer efek yang luar biasa untuk pertumbuhan ekonomi,” jelas Jeno.

Menurutnya, ekspor crude palm oil (CPO) di Kalbar belum mempunyai pelabuhan internasional. Sehingga Kalbar dirugikan, karena ekspor CPO melalui Belawan, Surabaya dan daerah lainnya.

Apabila sebagaian CPO bisa diekspor melalui Pelabuhan Kuching langsung ke laut Cina Selatan, maka aksesnya lebih dekat dan efisien, bisa meningkatan komoditi CPO.

“Untuk itu, mestinya Entikong tidak hanya untuk lalu-lintas orang, tetapi juga barang atau jasa. Di sisi lain kita juga mendapatkan produk yang lebih efisien,” ungkap legislator Dapil Kalbar tersebut.

Dikatakan Jeno, dibangunnya Jalan Trans Kalimantan di wilayah Kalbar menuju Kalteng, berdampak baik untuk perkembangan perekonomian. Apabila Kalbar memiliki pelabuhan darat di Entikong, maka pertumbuhan ekonominya akan semakin membaik.

“Sambil menunggu rencana pemerintah membuat Pelabuhan Internasional di Temajuk. Kalau jadi, tentu CPO kita bisa di ekspor melalui pelabuhan itu,” jelas Jeno.

 

Laporan: Isfiansyah

Editor: Hamka Saptono