Anak Terlibat Narkoba, Beting Perlu Penangan Ekstra

Ilustrasi.NET

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Mau tidak mau pemerintah harus ikut mengakui stigma miring di Kampung Beting, dikenal dengan peredaran gelap Narkotika.

Setiap kali polisi melakukan sweeping Narkoba, selalu ditemukan pemakai, pengedar bahkan bandarnya. Parahnya lagi, anak-anak turut terlibat sebagai kendal, informan bahkan menjadi kurir Narkoba.

“Pencegahan sudah dilakukan kepolisian. Kondisi di lapangan, setiap kali polisi merazia, ada saja temuan dan ditangkap. Tinggal bagaimana persepsi masyarakat Kampung Beting itu sendiri,” ujar Ir. H. Edi Rusdi Kamtono, MT, Wakil Wali Kota Pontianak, Rabu (27/7).

Berdasarkan informasi kepolisian, anak-anak di Kampung Beting mejadi kedal, kurir bahkan sebagai pemantau, siapa saja yang masuk ke kampung yang dkelilinggi sungai itu. Mereka selalu menginformasikan kepada para bandar. Sehingga wajar saja, setiap melakan razia, polisi kerapkali tidak menemukan bandar yang sebenarnya, dibarengi dengan barang buktinya.

“Di sana cobaan dan godaannya sangat tinggi. Sehingga bisa saja anak-anak dimanfaatkan untuk hal seperti itu,” tutur Edi.

Kemudian diperparah, jika dilihat dari tingkat pereknomian masyarakatnya. Terlebih stigma miring itu tetap melekat di luar Kampung Beting, sehingga warga di sana hanya berkutat di lingkungan sekitar saja.

“Untuk memikirkan makan saja susah. Ujung-ujungnya memikirkan orang-orang yang masuk. Makanya gampang disusupi, ditambah lagi lokasinya mendukung seperti itu,” jelas Edi.

Pemberantasan Narkoba tidak hanya diberatkan pada penegak hukum atau aparatur pemerintah saja. Masyarakat turut andil, minimal di lingkungan sekitarnya. Begitu pula di Kampung Beting, jika masyarakatnya berkomitmen menolak kehadiran barang haram itu, maka tidak akan mudah beredar luas.

“Kita juga mengajak tokoh masyarakat, agar mengajak anak produktif menjalankan kegiatan positif. Kalau saya melihat kawasan kumuhnya harus dihilangkan, memberdayakan masyarakat. Karena sejauh ini masyarakat tidak berdaya, lantaran ekonominya yang pas-pasan. Kalau sudah berdaya, ditambah dengan religi yang baik, otomatis akan membendung, minimal mereka tidak mengizinkan rumahnya digunakan untuk pesta Narkoba,” papar Edi.

Ketua Komisi D DPRD Kota Pontianak, Yuli Armansyah mengatakan warga Kampung Beting harus mendapatkan pembinaan secara khusus. Tujuan pokoknya, memperbaiki moral. Jika sudah baik, anak-anak tidak akan terlibat peredaran Narkoba.

“Ini semua tanggungjawab kita bersama. Dinas terkait dengan kepolisian, serta pihak lainnya dapat bekerjasama untuk mendidik moralnya,” papar Yuli.

Meurut Yuli, pembinaan sudah dilakukan, namun tidak secara periodik. Sehingga perubahan pun tidak pernah tampak dari pembinaan tersebut.

“Monitoring perkembangan pembinaan, polisinya juga harus sering-seringlah masuk ke lokasi itu. Kalau sering dipantau, diberikan peringatan tegas, Insya Allah dengan sendirinya barang haram itu tidak akan beredar luas lagi,” jelas Yuli.

Stigma bisa berubah. Asalkan didukung dengan keinginan warga di lingkungan tersebut. Sebaliknya, jika masyarakatnya tidak ingin berubah dan menganggap itu adalah hal yang wajar, maka selama itulah stigma Beting akan terus melekat.

“Tidak menutup kemungkinan ada oknum penegak hukumnya juga yang terlibat. Dilihat dari bisnis Narkoba, untungnya sangat menggiurkan sekali,” katanya.

Presiden Forum Anak Kota Pontianak, Tedy Chandra mengatakan, suatu tindakan amoral atas kejahatan yang melibatkan anak sebagai pelaku, apalagi terkait kasus hukum seperti Narkoba, meski disikapi dengan sangat serius. Di Kota Pontianak, organisasi maupun perangkat pemerintah serta penegak hukum, konsen dalam memberantas Narkoba. Hanya saja, perlu adanya sinegisitas dalam penerapannya di lapangan.

“Kalau menurut saya, itu sangat memprihatinkan. Karena menargetkan anak untuk melakukan pekerjaan ini,” kata Tedy.

Presiden Forum Anak Kota Pontianak yang baru saja menerima penghargaan dari pemerintah pusat itu mengajak orangtua, memberikan hak anak sepenuhnya. Namun bukan justru sebaliknya, menjerumuskan anak dan mempekerjakannya kepada orang dewasa. Telebih keterlibatan anak dengan Narkoba yang hanya merusak moral.

“Yang kami bisa lakukan, mengajak mereka (anak-anak) untuk melakukan hal-hal positif. Salah satunya gabung ke forum anak,” jelas Tedy.

Bergabungnya anak di organisasi positif, akan ada ilmu yang didapat. Sebagai bekal agar terhindar dari kejahatan, termasuk Narkoba. (agn)