eQuator.co.id – Bercerita soal sebab musabab kecelakaan lalu lintas (Laka Lantas), kecepatan saat mengemudi bisa jadi satu faktor. Tentu yang saban hari mengendarai kendaraan dan melewati Jalan Trans Kalimantan lah paling tahu situasi dan kondisi yang dihadapi.
Zf sudah dua tahun melakoni pekerjaan sebagai supir jasa pengiriman logistik ke timur Kalbar. Markas perusahaan delivery service itu di Kota Pontianak.
Umur Zf baru 24 tahun. Masih berdarah muda. “Kalau tak laju (kencang) di jalan itu, tak enak. Ibaratkan seperti itu,” ungkap Zf, kepada Rakyat Kalbar, Selasa (26/7).
Siapa yang tak geram melihat jalanan di depan mata sepi? Walhasil, Zf doyan memacu truknya sekencang dia bisa untuk mengejar tenggat pengiriman logistik ke daerah-daerah.
“Kalau pelan itu kita juga bisa mengantuk, jadi milih laju. Tidak hanya saya, pengendara lain juga begitu. Jalan (Trans Kalimantan,red) itu saking mulusnya menekan gas pun tak terasa. Udah bagaikan sirkuit balapan di sana,” paparnya.
Dia membeberkan, rambu batas kecepatan tak dihiraukan rata-rata pengendara. “Rata-rata itu kecepatan 100 KM perjam. Saya tahunya karena saya itu paling 80 KM perjam. Nah, apalagi yang menyalip saya,” sambung Zf. Dari pantauan, rambu batas kecepatan di sana ada 40 KM perjam dan 60 KM perjam.
Sedemikian tinggikah nyali para pengendara ketika melewati Jalan Trans Kalimantan? Tidak juga. Kata Zf, siapapun supirnya ketika melintasi jalan tersebut pasti memiliki rasa takut.
“Perasaan berbeda ketika melewati jalan yang satu itu. Kecelakaan menghantui pikiran. Jadi, kembali lagi ke supirnya, kalau hati-hati dan tidak lalai saat mengendarai, selamat lah dia,” tuturnya.
Hingga kini, Alhamdulillah, sebut dia, Laka Lantas belum pernah menghampirinya. “Jangan sampai lah. Kalau sudah kecelakaan di jalan itu, rata-rata meninggal dunia,” harap Zf.
Namun, ia pernah menyaksikan rekannya yang mengalami Laka Lantas. “Kami menuju luar kota. Itu teman saya yang ada di depan (mobil berbeda) ditabrak truk ekspedisi. Truk ekspedisi itu melewati garis dan masuk ke (jalur) jalan kami,” terangnya.
Beruntung tak ada korban jiwa kala itu. Dari penuturan supir yang menabrak kepadanya, ternyata peristiwa terjadi karena mengendarai saat rasa ingin tidur menerpa.
“Bawa (mobil) laju terus mengantuk. Ya begitulah, kecelakaan pun terjadi,” tukas Zf.
Medan paling mencemaskan mana di Jalan Trans Kalimantan bagi para sopir yang kendaraannya membawa muatan berat? “Ada satu tanjakan. Disebut tanjakan air mancur. Di situ lah yang paling ditakuti sopir-sopir truk,” bebernya.
Hanya saja, Laka Lantas sebenarnya bergantung pengemudi kendaraan itu sendiri. “Tidak hanya truk-truk. Mobil, bus, dan sepeda motor, juga kalau tidak kontrol diri pasti mengalami kecelakaan. Karena lajunya tadi itu,” tutup dia.
Lain Zf lain Rendi Agung. Rendi pernah menabrak tapi tak parah. “Alhamdulillah.. Kalau nabrak pinggiran jalan karena menghindari kendaraan yang sama-sama menyalip (mendahului, red) pernah. Juga nabrak hewan peliharaan pernah,” tuturnya ditemui di pangkalan taksi Terminal Kapuas Indah, Pontianak, Selasa (26/7).
Warga Pontianak ini sudah menjadi sopir taksi sejak 2009 silam. Kawasan operasinya Pontianak-Nanga Tayap, Ketapang pulang pergi (PP). Rendi memberikan tips menjaga keselamatan, tidak peduli itu pengendara taksi, barang, maupun pribadi.
“Intinya, dalam berkendara, kita harus tenang. Berdoa dahulu sebelum dan sepanjang perjalanan. Seperti saya, minimal baca Basmalah,” ucap pria berumur 32 tahun tersebut.
Namun, ia melanjutkan, namanya musibah tak satupun yang tahu kapan akan terjadi. Selain kelalaian, menurutnya, infrastruktur jalan juga salah satu penyebab Laka Lantas.
“Seperti banyak marka jalan yang rusak, lampu penerangan yang minim. Itukan bisa menyebabkan kecelakaan juga,” tutur Rendi.
Termasuk, ia menuturkan, kurang lebarnya jalan juga menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan. Jalan yang tak cukup lapang membuat para pengguna jalan susah untuk mendahului.
“Kita juga tidak tahu masing-masing tipikal orang dalam berkendara. Ada yang pelan, ada yang laju. Kita ingin cepat sampai, maka kita laju, sementara kendaraan di depan kita pelan, otomatis kita harus menyalip. Nah, nyalip lah dengan perhitungan,” ujarnya.
Belum lagi jika ada hambatan mendadak di jalan. Misalnya warga yang tinggal di pinggiran jalan melaksanakan hajatan namun tidak memasang rambu atau tanda.
“Ini kadang juga terjadi di Jalan Trans Kalimantan. Tiba-tiba ada saja warga menyeberang untuk pergi ke acara itu. Kemudian, warga yang keluar dari jalan kecil ke jalan raya tanpa pandang kiri kanan dulu,” ucap Rendi.
Meski sudah berhati-hati, nasib buruk memang tak disangka-sangka kapan datangnya. “Karena itu, mari kita sama-sama tertib berlalu lintas dan tunjukkan kesadaran kita bahwa keselamatan itu penting. Jangan saling emosi dan tak mau mengalah,” pungkasnya.
Laporan: Achmad Mundzirin dan Ambrosius Junius
Editor: Mohamad iQbaL