eQuator.co.id – Ketika berbicara soal stigma Kampung Beting, Pontianak Timur, semua pihak berwacana untuk mengubahnya. Namun belum ada langkah nyata dilakukan sejumlah pihak.
Kendati demikian, usaha untuk mengubah stigma itu, justeru tumbuh dari masyarakat setempat. Lantaran tidak ingin dikenal sebagai kampung atau sarangnya pelaku kejahatan dan obat-obatan terlarang secara terus-terusan.
Ustaz Muhammad Haidar nama pemuda itu. Ia tidak ingin kampung halamannya dikenal sebagai tempat yang jahat. Karena tidak semua yang jahat atau melakukan kejahatan.
Berpikir jernih bahwa yang jahat dapat menjadi baik. Ia merelakan rumah peninggalan orangtuanya dijadikan tempat diadakannya pertemuan atau perkumpulan dalam membahas tentang keagamaan (Islam).
Ia pun memberikan rumah peninggalan orangtuanya itu menjadi markas Majelis Taklim El Betinqy. Berdiri pada 2010. Usaha yang begitu kuat, tidaklah ditolak masyarakat setempat. Bahkan didukung penuh.
Majelis Taklim yang dibentuknya itu memiliki jemaah yang begitu banyak. Bukan hanya masyarakat setempat, melain juga warga luar Kampung Beting datang ke sana, untuk belajar agama.
Tidak cukup sampai di situ. Mantan pecandu Narkoba pun bertaubat, penerus bangsa di sana pun terus diolesi dengan nuansa religius untuk menolak hal-hal yang tidak baik. Hari demi hari, minggu, bulan hingga tahunan, El Betingqy berkembang dengan begitu banyak jemaah dari berbagai daerah.
Ustaz Muhammad Haidar tidak sendiri mengembangkan Majelis Taklim ini. Ustaz Ade Maulana selaku Pembimbing, memiliki peran penting dalam mengembangkan kegiatan positif di Kampung Beting tersebut.
Tentunya semua itu dilakukan untuk menuju Kampung Beting yang lebih baik, yakni kampung yang di dalamnya menjamur pembahasan tentang Fiqih, Bahasa Arab, Tauhid, Tajwid, Hadits, dan Tafsir Alquran.
Penulis: Achmad Mundzirin
Fotografer: Ocsya Ade CP