Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi BI Lebih Rendah Daripada Pemerintah

Ilustrasi.NET

eQuator.co.id – JAKARTA – Pemerintah optimistis menatap prospek perekonomian tahun depan. Salah satunya, menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,3–5,9 persen.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengakui, asumsi pertumbuhan ekonomi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2016 yang mencapai 5,2 persen.

Bambang pun menyebut sejumlah alasan yang mendasari asumsi optimisme tersebut. Di antaranya, peningkatan konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (PMTB), serta konsumsi rumah tangga.

Tahun depan konsumsi pemerintah diperkirakan mencapai 6,3–6,5 persen. Sementara itu, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) mencapai 6,4–7,3 persen. Demikian pula konsumsi rumah tangga yang diperkirakan mencapai 5,1–5,2 persen.

Kenaikan target kinerja PMTB dilandasi keyakinan terjadinya perbaikan iklim investasi dan pembangunan infrastruktur yang memanfaatkan skema kerja sama pemerintah dan swasta.

”Perkiraan perbaikan ekonomi domestik serta harmonisasi kebijakan fiskal dan moneter diharapkan mendorong kinerja konsumsi rumah tangga,” jelas Bambang di gedung DPR kemarin (14/7).

Sejalan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi tersebut, Kemenkeu mengalokasikan kenaikan penyaluran dana desa menjadi Rp 1 miliar per desa pada 2017. Ada sejumlah perubahan kebijakan transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) tahun depan.

Tujuannya, meningkatkan alokasi dan efektivitas belanja TKDD. Langkah lain adalah meningkatkan efektivitas dana transfer umum melalui peningkatan kualitas penganggaran dan penyaluran dana bagi hasil (DBH) serta pengalokasian DBH kurang bayar.

Selain itu, meningkatkan efektivitas pagu dana alokasi umum (DAU) dengan menetapkan formulasi baru penghitungan alokasi DAU. Ketiga, meningkatkan efektivitas dana transfer khusus melalui penambahan jumlah dana alokasi khusus. Sumber dana tambahan berasal dari pengalihan dana dekonsentrasi dari kementerian serta penghilangan kewajiban dana pendamping proyek fisik.

Berbeda halnya dengan pemerintah, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo menegaskan, bank sentral memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun depan 5,2–5,6 persen. Dia mengakui, target itu lebih rendah daripada asumsi pemerintah.

Alasannya, pertumbuhan ekonomi tahun depan ditopang permintaan konsumsi domestik dan penguatan investasi. ”Investasi bukan hanya bangunan dan non bangunan ke depan. Ada upaya stimulus fiskal pembangunan infrastruktur yang perlu diakselerasi,” jelasnya. (dee)