Gangguan Pola Cuaca di Utara, Kalbar Kekeringan

PADAMKAN API. Kabid Humas Polda Kombes Pol Suhadi SW memadamkan api yang membara di lahan milik Bujang Ali, di Dusun Sidomulyo, Desa Limbung, Sungai Raya, Kubu Raya belum lama ini. HUMAS POLDA KALBAR FOR RAKYAT KALBAR

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Sejak 15 hari terakhir, Kalbar kekurangan hujan. Hal ini terjadi karena gangguan pola cuaca di bagian utara wilayah Indonesia.

“Seluruh uap air yang ada di wilayah Indonesia, yang melintas di wilayah Kalimantan, disedot dan dibawa ke utara. Sehingga curah hujan menjadi berkurang,” ungkap Wandayantolis, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Siantan, Pontianak, Rabu (13/7).

Pada umumnya, lanjut dia, seharusnya fase curah hujan di Kalbar menurun sejak Juni dan di bagian selatan akan mengalami musim kering. “Walaupun curah hujan menurun, tetap masih ada hujan lebih dari 50 milimeter. Namun karena ada gangguan cuaca di utara tadi, hujan itu juga hilang dibawa ke utara,” ujarnya.

Fase kekeringan seperti inilah menyebabkan munculnya sejumlah titik api. Sudah dimulai sejak 10 Juli lalu. “Karena memang udara sangat kering. Namun atas kerja sama berbagai pihak, titik api berhasil dipadamkan. Dan kebetulan kemarin terjadi hujan deras di sebelah utara Kalimantan,” papar Wandayantolis.

Meski demikian, BMKG Stasiun Siantan memprediksi di akhir Juli nanti hujan kembali mengucur. Karena, menurutnya, akan ada pasokan uap air dari Pasifik, seiring masuknya Lanina (gejala gangguan iklim yang diakibatkan suhu permukaan laut Samudera Pasifik dibandingkan dengan daerah sekitarnya) ke wilayah Indonesia.

“Dari update Satelit Modis tadi pagi, jumlah titik api terpantau hanya satu dan itupun dengan tingkat kepercayaan 66 persen. Jadi usaha yang dilakukan stakeholder untuk memadamkan api, cukup membuahkan hasil,” pungkasnya.

Walhasil Dinas Kesehatan Kalbar mewanti-wanti kondisi cuaca saat ini. “Sudah beberapa lahan gambut yang mulai berasap lagi dan menghadapi kemarau, antisipasi kita dilakukan terhadap timbulnya penyakit-penyakit ISPA dan Diare,” ungkap Kepala Dinas Andy Jap, ditemui di Politeknik Tonggak Equator Pontianak.

Ia meminta kabupaten/kota juga mengantisipasinya. Terutama menyiapkan logistik obat-obatan. Dinas Kesehatan Kalbar sendiri menjadwalkan Rapat Kerja Kesehatan Daerah pekan depan untuk membicarakan antisipasi tersebut.

Mengenai data ISPA, menurut Andy, sejauh ini belum ada peningkatan signifikan. Namun pasti ada nanti. “Harapan kita tidak seperti tahun kemarin, kabut asap yang cukup lama,” tuturnya.

Kata dia, teriknya sinar matahari beberapa hari ini terjadi karena kelembaban udara sangat tinggi. Ia menyatakan, yang paling terdampak adalah bayi yang daya tahan tubuhnya belum baik.

“Jadi, tetap penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu, banyak minum air putih  dan mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran serta istirahat cukup. Kebersihan air tetap dijaga terutama bagi Balita yang rentan terhadap penyakit diare,” tutup Andy.

KALBAR BAGIAN SELATAN WASPADA KARHUTLA

Di sisi lain, semua Daerah Operasi (Daops) Manggala Agni di Kalbar meningkatkan kewaspadaannya. Menyusul Daops Pontianak dan Kubu Raya, Kepala Daops Ketapang, Rudi Windra Darisman menyatakan pihaknya masuk siaga 2 dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

“Kita terus lakukan patroli pencegehan kemudian juga patroli pengecekan ke lokasi hotspot untuk memastikan apakah titik yang terpantau satelit kebakaran atau bukan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, pihaknya juga bekerja sama dengan instansi lain di Ketapang. Termasuk dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ketapang terkait informasi hotspot setempat.

“Kami langsung membuatkan lahan data hotspot yang kemudian kami share di grup Posko Karhutla. Untuk kemudian ditindaklanjuti dengan patroli dan kroscek ke lapangan,” jelas Rudi.

Sejak Januari hingga 13 Juli ini, BMKG Ketapang mencatat 20 hotspot yang tersebar di berbagai kecamatan dengan total lahan yang terbakar seluas 25,4 hektar. Yang berhasil dipadamkan seluas 3,1 hektar sedangkan sisanya padam sendiri ketika dilakukan groundcheck.

“Kita mengimbau semua lapisan masyrakat lebih peduli terhadap pencegahan Karhutla dengan melakukan upaya pemadaman dini ketika melihat adanya kebakaran. Langsung melaporkan hal tersebut ke pihak berwenang agar dapat segera ditanggulangi,” pintanya.

Senada, Prakirawan BMKG Rahadi Oesman Ketapang, Weni Julianti meminta masyarakat tidak membuka lahan atau ladang dengan cara membakar dan membuang puntung rokok sembarangan. Ia menjelaskan, memasuki pekan ketiga Juli 2016, diperkirakan curah hujan wilayah Ketapang kurang dari 150 milimeter. Sejumlah wilayah di Kalbar juga akan mengalaminya hingga bulan Agustus mendatang.

“Sebaran titik hotspot yang terpantau melalui citra Satelit Modis terjadi mulai Minggu (3/7) diantaranya Ketapang bagian selatan, Utara, dan Barat. Itu meliputi Kecamatan Kendawangan, Kecamatan Manis Mata, serta Kecamatan Simpang Dua.Namun, potensi kebakaran hutan pada tahun ini diperkirakan jauh berkurang dari tahun sebelumnya karena adanya fenomena Lanina,” paparnya.
Di kabupaten tetangga, Kayong Utara, Polsek Teluk Batang bersama Danramil, Camat, Pol PP, Kepala Desa serta masyarakat di Desa Masbangun, Kecamatan Teluk Batang, menggelar apel siaga Karhutla, Senin (11/7).

Diikuti 31 Peleton Desa, apel dipimpin langsung Danton Karhutla Desa Masbangun, Kades Sutino. Kapolsek Teluk Batang, Iptu Aris Pramudji mengatakan, mulai saat ini pleton desa dapat siaga. Dan jika memang dibutuhkan, dapat dengan cepat berkumpul untuk memadamkan api.

Kemudian, sambung dia, dilanjutkan dengan patroli gabungan di Dusun Parit Pelang, Desa Masbangun, yang selama ini rawan Karhutla. “Tentunya kita sangat menginginkan tahun ini tidak ada lagi kebakaran hutan dan lahan,” harapnya.

Imbuh dia, ”Berdasarkan hasil dari patroli kita hingga saat ini belum ada ditemukannya titik api”.

Laporan: Ocsya Ade CP, Isfiansyah, Jaidi Chandra, dan Kamiriluddin

Editor: Mohamad iQbaL