Harga Emas di Pontianak Naik, tapi Transaksi Sepi

Sedikit Imbas Brexit

Ilustrasi.NET

eQuator.co.id – Dampak referendum rakyat Inggris yang menyatakan keluar dari Uni Eropa (British Exit/Brexit) sampai ke Pontianak, meski tidak signifikan. Hal itu terlihat di pasaran emas. Harganya positif mengalami kenaikan sejak Jumat siang (24/6), namun transaksi jual beli emas di sejumlah sentra penjualan perhiasan Pontianak diakui terbilang sepi.

Andi, pemilik toko perhiasan Mas Sehati di Jalan H Rais A. Rahman Pontianak, bahkan mengatakan persentase Jual beli emas ini lebih rendah sekitar 40-50 persen dibandingkan tahun lalu. “Sepi, tidak tahu kenapa. Baru-baru ini saja agak mulai ramai,” ucapnya kepada Rakyat Kalbar, Selasa (28/6).

Padahal, dikatakannya, harga emas Jakarta yang dijualnya sudah naik dari sebulan lalu. Untuk kadar 37,5 persen, tokonya menjualnya Rp260 ribu pergram plus upah, Rp430 ribu untuk kadar 70 persen plus upah.

“Kalau emas murni hari ini Rp545 ribu. Kenaikan ini dari sebulan yang lalu, sebelumnya sekitar Rp240 ribu,” tutur dia.

Dia mengakui, seperti halnya acuan kenaikan harga emas, transaksi jual beli emas yang dilakukan masyarakat tidak dipengaruhi momentum tertentu seperti hari raya dam sebagainya. “Tidak ada pengaruhnya. Memang harga emas ini cepat sekali berubahnya, bisa tiga hari, bisa seminggu,” ujar Andi.

Senada, pemilik Toko Mas Sumber Baru, Sunarto. Ia juga mengaku kenaikan harga emas tidak terlalu berdampak pada pembelian atau penjualan emas oleh masyarakat di tokonya. “Harga emas sekarang sekitar Rp430 ribu pergram untuk kadar tinggi, 70 persen. Untuk yang kadar rendah, 40 persen harganya Rp280 ribu. Kalau murni Rp560 ribuan,” terangnya.

Kenaikan harga emas ini, relatif berangsur naik sejak Imlek lalu. Sebelum Imlek, harga emas di tokonya Rp470 ribu.

“Kita ikut saja. Biasanya ikut kalau pasar Eropa naik, kalau turun, harga emas turun, seperti dua tahun lalu emas turun. Tapi tahun ini sepi, apalagi yang beli,” beber Sunarto.

Di sisi lain, Sumber Rakyat Kalbar di sentra penjualan emas Matahari Mall Pontianak mengatakan, kondisi harga emas beberapa saat sebelum Brexit diumumkan cukup ‘mengerikan’. Jumat (24/6), sekitar pukul 11.00 hingga 12.00 lewat menjelang pengumuman Brexit, harga emas tiba-tiba meroket 80 poin. Saat itu, harga logam mulia memang melonjak setinggi US$ 1.359,08 per ons, yang disebut-sebut tingkat tertinggi sejak 19 Maret 2014, sebelum akhirnya menetap di US$ 1.318,80 pada pukul 13.50.

Sementara kemarin (29/6), di salah satu situs panduan jual beli emas, www.geraidinar.com, harga emas (gold spot) dijual di level Rp557.456 dan dibeli di level Rp535.166. Sang Sumber menyatakan, masyarakat memang wait and see alias menduga harga emas bakal naik lagi sehingga pasaran menjadi sepi.

Senada, akademisi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Muhammad Rizal Edwin. Kata dia, kendati beberapa hari ini harga emas mengalami kenaikan, masyarakat tidak buru-buru membeli atau menjualnya.

“Melihat harga emas yang cenderung stabil dan sedikit mengalami kenaikan, meski sempat turun sedikit, masyarakat masih menganggap emas adalah investasi yang cukup aman, apalagi dengan bunga bank yang turun,” ujarnya.

Selain itu, Ketua HIPMI Kalbar Bidang Ekonomi Kreatif Kesehatan dan Telekomunikasi ini mengatakan, kurang bergairahnya persentase jual-beli emas di sejumlah pertokoan oleh masyarakat di Kota Pontianak juga dapat dipengaruhi beberapa faktor.

Pertama, bisa dikarenakan tidak semua lapisan masyarakat mengetahui mengenai kenaikan harga emas. Sehingga informasi tersebut belum menjadi faktor meningkatnya keinginan jual masyarakat.

“Justru yang ada, daya beli bisa jadi lebih tinggi karena sebagian orang yang memanfaatkan momen lebaran ini untuk menggunakan perhiasan baru, yang bahkan ini menjadi faktor kedua,” tutur Edwin.

Pria yang juga mengajar di Perguruan Tinggi Akademi Perpajakan (APJ) Panca Bhakti Pontianak ini berpendapat, tren yang biasa terjadi, masyarakat terkadang cenderung menunggu perkembangan harga emas setelah lebaran.

“Bisa jadi malah mereka berbondong-bondong menjual atau bahkan menggadaikan emasnya setelah lebaran. Ini yang menjadi tren masyarakat awam, mungkin bisa diselaraskan data tingkat pembelian kendaraan baru, dibantu harga uang muka yang kecil dan dipermudah leasing, orang-orang berbondong-bondong membeli kendaraan roda dua dan empat,” ulasnya.

BREXIT TAK TERLALU BERPENGARUH

Selain naiknya harga emas di PT Antam, secara global Brexit disebut-sebut sebagai faktor dominan naiknya harga emas dunia, termasuk di Indonesia. Namun Edwin berpendapat, secara makro hak itu tidak terlalu berpengaruh, karena sebenarnya Indonesia tidak serta merta terpengaruh dengan kejadian Brexit.

“Memang saya lihat fenomena kenaikan harga emas kemarin saat Brexit lagi hangat-hangatnya, dikarenakan investor juga mau mengambil jalan aman, safety investment. Ya salah satu instrumennya adalah emas. Karena itulah harga emas melonjak jauh. Kurs Inggris sempat melemah dan orang berbondong-bondong membeli dolar Amerika dan sebagian melarikan (investasi)-nya di emas,” papar dia.

Selebihnya, gejolak pasar uang dan emas di Indonesia, menurutnya, tidak begitu besar sebab nilai ekspor Indonesia kurang signifikan ke Inggris. Justru ekspor Indonesia lumayan besar ke Uni Eropa-nya.

“Sekali lagi, memang kenaikan emas dipicu oleh aksi borong investor yang ingin melihat perkembangan dari Brexit effect (dampak Brexit). Hanya saja kenaikan harga emas Antam juga melihat harga emas global. Kita lihat saja perkembangannya kedepan. Prediksi saya, setelah isu Brexit mereda, harga emas kembali stabil,” pungkas Edwin. (*)

Fikri Akbar, Pontianak