Banjir di Tanjung Lokang, Saking Derasnya Air, Bayi 11 Bulan Lepas dari Pelukan

BANJIR BANDANG LOKANG. Lokasi Dusun Tosoing Loing, Desa Tanjung Lokang, Kecamatan Putussibau Selatan, yang diterjang banjir bandang Sabtu (18/6). Foto diambil sekitar pukul 10.00 Wib. WARGA for RAKYAT KALBAR

eQuator.co.id – Putussibau–RK. Banjir bandang yang meluluhlantakkan Dusun Tosoing Loing, Desa Tanjung Lokang, Kecamatan Putussibau Selatan, pada Sabtu (18/6) tengah malam, menyisakan kepedihan bagi seorang warga setempat, Alberta Hangin. Upaya keras perempuan 36 tahun ini menyelamatkan bayi temannya, Lawai, dihadang terjangan air luar biasa deras.

Saat itu, Alberta dan sejumlah warga dusun sedang di lokasi mendulang emas di hulu salah satu anak Sungai Kapuas, Sungai Bungan. Cukup jauh dari Dusun Tosoing. “Pas dengar gemuruh, kami keluar pondok lokasi kerja menyelamatkan diri mencari perteduhan. Saya waktu itu menggendong anak teman yang baru berusia 11 bulan,” tuturnya, ditemui di RSUD Achmad Diponegoro Putussibau, Selasa (21/6).

Karena derasnya air, Lawai lepas dari pelukan Alberta dan hanyut. “Saya panik, saya sampai terangkat karena derasnya arus sungai,” tukas dia. Angut, panggilan Lawai, anak pasangan Topik dan Diana baru ditemukan hari berikutnya.

Alberta sendiri mengalami luka parah pada bagian pergelangan tangan di bawah bahunya. Selain dia, belasan korban longsor lainnya juga mengalami luka lebam parah di bagian muka, kaki, tangan, hingga beberapa bagian tubuh mereka. RSUD Achmad Diponegoro menyediakan ruangan khusus untuk merawat para korban di Bangsal Mawar.

Terjangan banjir plus longsor itu memang dahsyat. Dari laporan anggota Polsek Putussibau Utara, Bripka Sungkono, jarak antara lokasi tanah longsor yang mengakibatkan banjir bandang dari pemukiman warga sebenarnya sangat jauh. Sekitar tiga jam dengan menggunakan speed 40 PK.

“Namun, karena air yang turun ke pemukiman begitu besar, sehingga menghancurkan pemukiman warga yang tinggal di Desa Tanjung Longkang,” tulisnya. Setakat ini, akses masyarakat di sana lumpuh total, termasuk penerangan yang bersumber dari PLTMH Tanjung Longkang.

Senada, korban lainnya, Ernawati. “Saat itu kami di lokasi, hulu kampung yang lumayan jauh. Kami berlarian menyelamatkan diri masing-masing,” tutur perempuan berusia 25 tahun itu.

Lebih kurang serupa keterangan Warga Tanjung Lokang lainnya, Jason. Ia menyebut, seandainya penduduk yang berada di lokasi kerja sempat tertidur maka tak ada yang selamat karena tertimbun longsor.

“Mereka ini lagi di rimba karena sedang bekerja mendulang emas,” terangnya.

Bersamaan dengan banjir, lanjut dia, terjadilah longsor dari seberang Sungai Bungan karena di sebelahnya terdapat Bukit Marung yang berseberangan dengan pondok warga. “Di lokasi longsor ada sekitar enam orang. Waktu itu, saya berada di Putussibau (Ibukota Kabupaten Kapuas Hulu). Saat dengar informasi saya langsung meluncur ke sana jemput mereka untuk dibawa ke rumah sakit. Yang parah sekitar 3 orang, yang lain luka ringan,” papar Jason.

Pascalongsor, sambung dia, warga sempat menginap di hutan pada malam harinya. Mereka tidak mampu meneruskan perjalanan pulang ke kampung yang berjarak sekitar 20 kilometer dengan kondisi medan yang sulit.

Sementara itu, Bupati Kapuas Hulu AM Nasir telah memerintahkan instansi terkait bersama unsur Forkopimda terjun ke lokasi dengan membawa bantuan ringan untuk warga setempat. “Malam itu kita dapat informasi, langsung pertemuan. Karena komunikasi ke sana sulit, malam kita rapat dengan para SKPD terkait, termasuk dengan Forkopimda. Dari Kodim melalui staf Koramil, Polres, Dinkes, Transos, dan BPBD,” paparnya.

Karena mendadak, bantuan yang bisa dibawa hanya makanan ringan, kelambu, tikar, dan peralatan penting lainnya. Membawa banyak barang ke Tanjung Longkang pun bukan hal yang mudah. “Medan ke sana sulit, lewat beberapa riam yang cukup ekstrim,” tutur Nasir.

Ia memastikan bantuan lanjutan diberikan. Sementara waktu sedang diinventarisir petugas. Sepanjang tidak menyalahi aturan, Nasir pun menyatakan biaya berobat korban di RSUD akan ditanggung pemerintahannya.

“Apalagi ini kan musibah,” tuntas dia.

Informasi yang berhasil dihimpun, longsor dan banjir bandang tersebut menyebabkan sejumlah korban luka ringan dan berat, selain korban jiwa atas nama Lawai. Yang luka berat diantaranya Joma (7), Teri (33), Apui (56), Imun (27), dan Nunun (35). Yang mengalami luka ringan selain Alberta Hangin diantaranya Madang (32), Luhung (28), Nunun (32), Yoga (15), Sigin (9), Jeno (30), Tukou (28), Pirok (7), Risal (15), Vera (5), Erna (25), Dony (20), Onet (23), Topik (22), dan Diana (18).

Sedangkan kerugian materi selain pembangkit listrik yang rusak parah sebagai berikut: Rumah hanyut sebanyak 3 unit milik Gilang, Abang (temanggung), dan Timo. Kemudian, rumah yang mengalami rusak berat adalah rumah Alem, Anton, Jahani, Imun, dan Jabang. Sedangkan gudang yang rusak sebanyak 26 unit. Fasilitas Umum yang hanyut terbawa arus banjir diantaranya perumahan guru 2 unit, 1 unit pendopo, 1 unit Gereja Firman Allah (GFA) beserta dapurnya, 1 unit penginapan GFA, 1 unit rumah kiospon desa, 1 unit dapur umum desa, dan 31 unit lumbung padi.

Laporan : Andreas

Editor: Mohamad iQbaL