eQuator.co.id – Baru berusia beberapa bulan, seorang bayi di Pontianak punya pengalaman unik. Ditelantarkan orangtuanya yang entah siapa, kelahiran 10 April 2016 itu dirawat di dua rumah sakit. Namanya pun sempat bergonta-ganti.
Rizki Ramadhan. Itu nama yang dilekatkan Kepala Dinas Sosial Kota Pontianak, Aswin Djafar, kepada bayi tersebut kemarin (20/6). Sempat dipanggil Kevin oleh para perawat di RS Antonius sebelum diserahkan Wakil Direktur rumah sakit itu, dr. Petrus Juntu, ke Aswin.
Dokter spesialis Obgyn dan Gynecology itu mendatangi Kantor Dinas Sosial Pontianak di Jalan Gusti Sulung Lelanang bersama dua perawat dari bagian Perinatologi. Seorang perawat menggendong Rizki yang terlihat imut mengenakan topi merah. Perawat yang lain membawa berkas dan perlengkapan bayi.
Rizki lahir di RS Yarsi Pontianak Timur kemudian dirujuk ke RS Antonius dengan kondisi lahir prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR). “Sempat juga agak sesak nafas ketika datang. Maklumlah, lahir prematur, cuma satu koma tiga kilogram jak beratnya waktu datang ke kita,” tutur Petrus. Ia menambahkan, Rizki diperkirakan lahir saat usia kehamilan ibu antara minggu ke 28-32.
RS Antonius segera memberikan perawatan kepada Si Bayi yang awalnya terdata sebagai putra Nurwahyuni. Sayang, Rizki ditinggal begitu saja oleh orangtuanya.
“Kami sudah berusaha menelusuri alamat yang diberikan. Tapi hasilnya, malah orang di sekitar menyebut tidak kenal,” beber Petrus.
Rizki yang malang dirawat di Bangsal Perinatalogi RS Antonius selama dua bulan sepuluh hari. Di sana, para perawat memanggilnya dengan nama Kevin. Ketika diserahkan kepada Dinas Sosial, berat badannya sudah mencapai tiga koma tiga kilogram. Naik dua kilogram selama menjalani perawatan.
“Karena kita kasian dengan nasib bayi ini. Tapi, kita pun tidak mungkin merawat seterusnya di rumah sakit, jadi kita serahkanlah ke dinas terkait, dalam hal ini Dinas Sosial,” jelas Petrus.
Pria berkacamata ini menyebut bahwa selama perawatan di RS Antonius, pihak rumah sakit mengeluarkan biaya tidak sedikit. Maklum, Rizki menjalani perawatan di inkubator karena, ya itu, berat badannya saat lahir sangat rendah.
“Total selama di kita itu sebesar Rp24 juta lebih, untuk obat dan perawatan” ungkapnya. Sambung dia, “Kita berharap orangtua atau keluarganya mau pedulilah dengan bayi ini. Ndak usah takut kita tagih“.
Gayung untuk menentukan nasib Rizki selanjutnya disambut Dinas Sosial Kota Pontianak. “Karena ini bulan baik, bulan penuh berkah, saya kasi dia ni nama Rizki Ramadhan,” ujar Kepala Dinas Sosial Pontianak Aswin Djafar sambil menggendong Si Bayi.
Ia menginginkan Rizki tak terlantar. “Lebih baik kalau tinggal bersama orangtua kandung lah. Namun, dalam hal ini Negara lewat kami, Dinas Sosial, tetaplah mengusahakan penghidupan yang layak bagi Rizki ini,” tambahnya.
Ketua Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Pontianak, Achamad Huasinie memuji kecepatan respon Dinas Sosial. “Kita mendapat surat pengaduan dari RS Antonius mengenai kasus penelantaran bayi ini karena orangtuanya memberikan alamat yang nyata-nyata palsu,” ujar Achmad.
Dalam keterangan berita acara, tertulis bahwa orang yang mengantarkan Rizki bernama Nurwahyuni, warga Gang Agung, Sungai Jawi.
“Lalu kita beritahukanlah ke Dinas Sosial. Dalam beberapa hari, mereka mengabari untuk proses penyerahan ini,” papar Achmad.
KPAID dalam kasus ini bertindak sebagai fasilitator. “Yah kita juga pantau tumbuh kembang Si Bayi selama diurus oleh Dinas Sosial. Mungkin, barangkali, pelan-pelan akan terungkap siapa orangtuanya,” harapnya.
Berdasarkan kasus sebelumnya, dia cukup yakin orangtua bayi akan ditemukan. Pada tahun 2016, KPAID telah menangani penelantaran anak, dalam berbagai bentuk, kurang dari lima kasus.
“Selama ini ketemu kok. Kita mungkin akan meminta aparat kepolisian untuk membantu mengungkap hal ini. Juga semogalah keluarga tergerak setelah liat pemberitaan dari teman-teman media,” tutur Achmad.
Setakat ini, Rizki diurus oleh Lembaga Kesejahteraan Ibu dan Anak (LKIA) Pontianak. Kusmanto merupakan kepala pelaksana lembaga tersebut. “Sekarang kami yang akan mengurus bayi ini. Kita tempatkan di Permata Bunda yang berada di Jalan Sulawesi,” tuturnya. Menurut dia, proses adopsi akan diurus bila di kemudian hari ada yang ingin jadi orangtua angkat Rizki.
Sedih memang melihat bayi kecil yang terlelap dengan damai dioper-oper dari satu tangan ke tangan lain karena ditelantarkan orangtuanya. (*)
Marselina Evy, Pontianak