eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. DR. Harjani Hefni, Lc, MA menuturkan diantara ciri mukmin yang paling baik adalah mampu menjaga lisannya. Ramadan ini menjadi target dan sarana untuk latihan menjaga lisan.
“Jadikan menjaga lisan ini salah satu indikator keberhasilan puasa kita. Sebagaimana Sabda Nabi SAW, Barangsiapa yang tidak mampu meninggalkan kata-kata yang kotor dan pekerjaan yang kotor, maka Allah SWT tidak perlu orang tersebut meninggalkan makan dan minum,” katanya, saat berceramah pada Majelis Quran Edisi Spesial Ramadan, Minggu (12/6) di Masjid Raya Mujahidin.
Mengutip Imam Ibnu Hajjar Al Asyqalani, Harjani menuturkan bahwa menjaga lisan mencegah untuk mengucapkan sesuatu yang tidak pantas secara syariat dan tidak penting.
“Imam Nawawi juga menegaskan kepada kita. Sepantasnya bagi orang yang ingin mengucapkan satu kata atau kalimat, hendaknya dipikirkan dulu sebelum diucapkan. Apabila ada maslahat didalamnya, silahkan disampaikan. Bila tidak perlu, sebaiknya ditahan,” ujarnya.
Lisan bisa menjadikan seseorang mulia. Lisan juga bisa menjadi sebab Allah SWT mencampakkannya ke neraka. Lisan pulalah yang dapat membuat seseorang lurus ataupun bengkok. Dalam sebuah riwayat menurutnya, setiap pagi anggota tubuh yang lain memberikan tausyiah atau teguran kepada lisan. “Apabila anak Adam berada di pagi hari, seluruh anggota tubuh menegur dan meminta ampun untuk lisan. Bertakwalah kepada Allah untuk kami. Kami ini tergantung kamu. Jika kamu lurus, kami lurus. Jika kamu bengkok, kami bengkok,” jelasnya.
Karena itu, Dosen Komunikasi Dakwah di IAIN Pontianak ini mengingatkan jamaah Majelis Quran untuk belajar memperhatikan setiap tutur kata. Bicara yang baik atau diam. “Jangan sembarangan bicara, karena malaikat mengaminkan setiap yang terucap. Dan sifat ucapan adalah setiap yang sudah diucapkan tidak akan bisa ditarik kembali,” tuturnya.
Anggota Dewan Syuro PP Ikatan Dai Indonesia ini mengingatkan bahwa lisan juga berhubungan erat dengan tauhid. Sebuah komentar sederhana bisa membuat kita menjadi seorang mukmin atau bahkan kufur. “Karena itu, mari biasakan lisan kita dengan ungkapan yang ringan namun berat timbangannya di sisi Allah SWT. Sebagai contoh, saat diperjalanan atau menunggu biasakan mengucapkan ‘Subhanallah wa bihamdih, Subhanallahil adzim.’ Mudah dan ringan, tapi berat timbangannya di sisi Allah, ” terang Harjani. (agn/*)