Enggang Borneo Ditemukan Membusuk

Enggang Borneo hitam dengan perut putih membusuk di Mungguk Linang, Desa Batu Ampar, Kecamatan Batu Ampar, Kubu Raya. IST

eQuator.co.id – Kubu Raya-RK. Seekor Enggang Borneo hitam dengan perut putih atau sering disebut kangkaren perut putih ditemukan membusuk di Mungguk Linang, Desa Batu Ampar, Kecamatan Batu Ampar, Kubu Raya baru-baru ini.

Saat ditemukan kondisi enggang sudah membusuk dikerumuni semut dan lalat. Terlihat sebagian tubuhnya membiru dan luka. Anak enggang yang berukuran sekitar 15 Cm dengan berat sekitar 0,5 Kg itu ditemuakan membusuk di tepi tangga menuju tower salah satu operator selular di Mungguk Linang.

Diduga Enggang yang masuk famili bucerotidae tersebut merupakan korban perburuan liar. Di sekujur tubuhnya terdapat luka berlubang di bagian dada hingga sayap. Kuat dugaan bahwa luka tersebut akibat timah panas pemburu.

Padahal, Enggang atau disebut dengan istilah harnbill tersebut merupakan satwa dilindungi, berdasarkan peraturan perlindungan binatang liar 1931 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 07 Tahun 1991 tentang Jenis Satwa Yang Dilindungi.

Saksi mata, Iqbal, 31, menuturkan, Enggang tersebut diperkirakan mati sekitar dua hari lalu. Dia menjelaskan, dari luka yang terdapat di tubuh Enggang, kemungkinan besar akibat ditembak pemburu di hutan. Iqbal menyayangkan masih adanya masyarakat yang melakukan perburuan satwa-satwa langka dan dilindungi.

Iqbal mengkhawatirkan, jika hal tersebut terus terjadi, tidak menutup kemungkinan habitat Enggang terancam punah. Padahal Enggang masuk satwa yang dilindungi, bahkan menjadi maskot Kalbar.

Saksi mata lainnya yang juga berada di lokasi kejadian, Iyanmengatakan hal serupa. Pria 33 tahun itu menyayangkan adanya perburuan Enggang. Sebab Enggang Borneo saat ini termasuk bagian satwa yang dilindungi dan harus dijaga bersama.

Iyan mengharapkan adanya pendampingan kepada masyarakat berupa penyuluhan yang dilakukan pemerintah maupun NGO. Memberi informasi kepada masyarakat untuk mengetahui apa saja satwa yang dilindungi dan yang tidak, sehingga tidak diburu secara sembarangan.

Laporan: Syamsul Arifin

Editor: Andry Soe