Sempat Ditangkap Polisi, Pakai Baju ISIS

Waspadai Radikalisme Racuni Pikiran Remaja

Salah satu remaja yang kedapatan mengenakan baju bertuliskan ISIS menandatangani surat pernyataan siap jadi pelopor pencegahan radikalisme, Selasa (10/5) di aula Mapolres Sanggau. DARMANSYAH DALIMUNTE

eQuator.co.id – Sanggau-RK. Kapolres Sanggau AKBP Donny Charles Go menggelar tatap muka bersama tokoh agama dan masyarakat di Kota Sanggau serta remaja yang pernah diamankan, karena mengenakan baju Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) beberapa waktu lalu.

Tatap muka yang dilaksanakan di aula Bara Dhaksa Polres Sanggau, Selasa (10/5) itu, juga dihadiri Kasi Syariah Kantor Kementerian Agama Sanggau, H. Abdurrahman didampingi Kasi Bimas Kristen Supriadi, perwakilan Kesbangpolinmas, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang juga Kasi Bimas Islam Kementerian Agama Sanggau H. Toyib Saefudin Alayubi, Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Nabhan Husein, Ketua Muhammadiyah Ade Djuandi serta sejumlah tokoh lainnya.

Ditemui wartawan usai menggelar tatap muka, Kapolres Sanggau AKBP Donny Charles Go menyampaikan, pertemuan itu guna memastikan bahwa para remaja yang sempat diamankan, karena menggunakan baju ISIS, tidak terindikasi dengan kelompok radikalisme.

“Kami terus melakukan pemantauan selama dua bulan. Bukan hanya kami dari Polres, dari Polda dan TNI pun juga ikut memantau. Dan warga sekitar tempat mereka tinggal juga memantau bagaimana perkembangan mereka, ternyata kasus mereka ini memang hanya masalah pengetahuan akibat ketidakpahaman,” kata Kapolres Donny Charles Go.

Untuk mencegah hal serupa, khususnya kepada remaja, Kapolres menjelaskan akan melibatkan banyak pihak. Mulai dari tingkat RT/RW, Lurah/Kepala Desa, para tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat.

“Pada acara ini kan para tokoh itu hadir menjadi saksi bahwa anak-anak ini memang tidak terlibat dengan tujuan, supaya masyarakat tahu bahwa perlakuan polisi ini akan sama kepada siapa pun. Bukan kita reaktif. Ini bagian dari tugas kita. Kita tidak mau menunggu yang bersangkutan sampai ke arah yang lebih parah, tapi pada saat mereka sudah menjadi cikal-bakal saja, kita segera tangani,” tegasnya.

Kepada para remaja tersebut, dilakukan pendekatan persuasif. Peran keluarga dan masyarakat juga sangat penting untuk memantau perilaku remaja di luar rumah.

“Kita tidak menggunakan tindakan hukum kepada mereka. Menurut saya, pendekatan hukum itu tidak semuanya bisa menyelesaikan masalah, justru pendekatan seperti ini menurut saya jauh lebih efektif dalam rangka merubah mereka. Karena mereka diberikan pemahaman, bahwa apa yang mereka lakukan itu salah,” tegas Charles Go.

Sementara itu, Ade Djuandi, perwakilan keluarga dari remaja pengguna baju ISIS yakin, keponakannya beserta teman-temannnya, tidak sampai ke arah radikalisme. Mereka menggunakan baju ISIS itu, lantaran keyakinan terhadap Islam yang berlebihan apalagi melihat baju yang bertuliskan arab.

“Saya yakin Pak Kapolres, keponakan saya ini setelah saya amati dan pantau terus 99,99 persen tidak masuk ke paham ISIS. Mereka menggunakan baju itu, karena ketertarikan dengan tulisan arab, tidak ada motif lain,” jelasnya.

Sebelumnya, petugas Sapol PP pada Sabtu (23/1) sekitar pukul 21.30 mengamankan EA (16) pelajar SMP karena menggunakan baju kaos ISIS. Untuk penanganan lebih lanjut, Sat Pol PP kemudian menyerahkan penanganan lebih lanjut kepada pihak Kepolisian Polres Sanggau. Hasil pengembangan Polres Sanggau, baju kaos tersebut dibeli dari Rn, 21, yang mengaku membeli dari Uj, 25, seharga Rp100 ribu. Setelah dilakukan pengembangan, didapati faktor bahwa mereka hanya mengikuti trend.

Laporan: Kiram Akbar