Mantan Imam Besar Masjid Istiqlal Wafat

eQuator.co.id – Jakarta-RK. Indonesia kembali kehilangan salah seorang putra terbaiknya. Kamis pagi (28/4), mantan imam besar Masjid Istiqlal Ali Musthofa Yaqub tutup usia di rumah sakit Hermina, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel) di usia 54 tahun.

Meninggalnya sosok yang banyak bergelut di Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu terhitung mendadak. Pada Rabu (27/4), almarhum masih beraktivitas secara normal.

“Tapi malamnya tidak enak badan. Saat konsultasi ke dokter, katanya hanya kecapekan masuk angin,” ujar Ali Nurdin, perwakilan keluarga di Kompleks Pesantren Darussunah, Tangsel.

Karena merasa tak terlalu parah, almarhum pun hanya beristirahat di rumah. Bahkan, sebelum wafat sekitar pukul 06.30 WIB, ahli tafsir hadits itu masih sempat melaksanakan salat subuh berjamaah di masjid.

“Setelahnya kembali ke rumah, kemudian dari kamar mandi beliau sudah lemas. Lalu dibawa ke RS, sempat dipacu jantung cuma sudah tidak tertolong,” imbuhnya.

Di mata Nurdin yang juga santrinya yang paling senior, Ali merupakan pribadi yang luar biasa. Bukan hanya sebagai guru, semua santri menganggapnya sebagai orang tua yang tak berhenti memberi pengetahuan lahir batin. Tak ayal, kepergiannya membuat ribuan santri merasa kehilangan sosoknya.

Disinggung soal cita-cita almarhum yang belum tercapai, Nurdin mengatakan bahwa Ali memiliki keinginan membangun lembaga advokasi untuk mualaf. Hal itu, tak lepas dari latar belakangnya yang banyak mengislamkan orang. Tidak hanya dari Indonesia, melainkan juga dari berbagai negara.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma’ruf Amin menambahkan, Ali bukan hanya sosok agamawan, melainkan juga memiliki komitmen kebangsaan yang tinggi. “Sering kali di dalam membuat statemen galak dan tegas terhadap yang menyimpang,” terangnya.

Aksinya menerima Presiden Barrack Obama di Masjid Istiqlal beberapa waktu lalu, menurutnya, merupakan bukti jika yang bersangkutan memiliki pandangan yang terbuka. “Maknanya bisa pluralis, menerima kehadiran yang berbeda,” imbuhnya.

Sementara sebagai agamawan, Ma’ruf menilai Ali sebagai pribadi yang kritis. Selama bekecimpung di majelis fatwa MUI, pemikiran dan ilmu yang dimilikinya ikut mewarnai diskusi di MUI. “Beliau kalau diskusi ramai, seru. Karena memiliki dasar yang kuat,” terangnya.

Mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Hamdan Zoelva juga tampak hadir di rumah duka. Kepada wartawan, Hamdan menyampaikan jika Indonesia kehilangan salah satu tokoh islam terbaiknya. Menurutnya, pemahaman Islam almarhum yang moderat sangat dibutuhkan bangsa Indonesia yang tengah memerangi kekerasan dan terorisme.

Untuk itu, dia berharap agar generasi muda Indonesia meneladani apa yang sudah dilakukan Imam Ali. “Beliau melihat islam dalam konteks yang tepat. Beliau ulama yang patut kita teladani,” pungkasnya. (Jawa Pos/JPG)